NovelToon NovelToon
Ijabah Cinta

Ijabah Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Reza Ramadhan

[ OST. NADZIRA SAFA - ARAH BERSAMAMU ]

Kejadian menyedihkan di alami seorang Adiyaksa yang harus kehilangan istrinya, meninggalkan sebuah kesedihan mendalam.

Hari - hari yang kelam membuat Adiyaksa terjerumus dalam kesedihan & Keputusasaan

Dengan bantuan orang tua sekaligus mertua dari Adiyaksa, Adiyaksa pun dibawa ke pondok pesantren untuk mengobati luka batinnya.

Dan di sana dia bertemu dengan Safa, anak pemilik pondok pesantren. Rasa kagum dan bahagia pun turut menyertai hati Adiyaksa.

Bagaimanakah lika - liku perjalanan hidup Adiyaksa hingga menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reza Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08

Dengan di pimpin oleh seseorang ulama yang berasal dari warga sekitar. Acara pemakaman Pak Cokroaminoto, Ibu Laras dan juga Yulianti berlangsung dengan khidmat.

Atas izin Adiyaksa, makam ketiga orang tersebut saling berjejer. Beberapa orang yang berziarah dan berpakaian hitam kini mengerumuni ketiga makam itu.

Adiyaksa selaku anak dari Cokroaminoto dan juga Ibu Laras pun turut membantu pemakaman orang tuanya dan juga istrinya yaitu Yulianti.

Namun saat akan menurunkan jenazah Almarhumah Yulianti, mendadak lelaki itu goyah, rasa sakit di kepala kini dirasakan oleh Adiyaksa.

Orang - orang yang berada di atas pun terkejut lantas menyuruh beberapa orang untuk membantu Adiyaksa naik ke atas dan di gantikan oleh warga lainnya.

Seorang warga segera mengambil kursi dan menyuruh Adiyaksa untuk duduk di sana. Mereka berdua lantas duduk di sebuah kursi. Seorang warga pun memberikan sebotol minuman pada Pak Sapto yang langsung di sodorkan pada Adiyaksa.

"Minumlah dulu, tubuhmu mungkin belum sepenuhnya sehat." Tutur Pak Sapto.

Adiyaksa lantas meminum air di botol tersebut hingga habis. Lelaki itu menundukkan kepalanya dan berwajah sendu kala mengingat jenazah ayah, Ibu serta Yulianti turun ke liang lahat.

"Kalau begitu, Ayah akan melanjutkan acara pemakaman dulu. Kau duduklah disini." Tutur Pak Sapto seraya berdiri.

"Iya, Ayah."

Tak lama kemudian, acara pemakaman ketiga orang tersebut usai di lakukan, Pak Sapto segera menghampiri Adiyaksa untuk ikut berdoa bersama.

Terasa hening saat doa - doa di lantunkan. Para pelayat dan juga Adiyaksa serta Pak Sapto saling mendoakan ketiga orang yang kini telah tiada.

Rasa gemetar dan juga jantung yang berdebar kini dirasakan oleh Adiyaksa kala melihat ketiga gundukkan itu kini ada di depan kedua matanya.

Tiba - tiba sebuah linangan air mata kini membasahi wajahnya seraya melafalkan doa - doa di dalam lubuk hatinya yang dalam. Dirinya masih tak percaya bahwa kepergian ketiga orang yang sangat di cintainya itu kini telah melukai batinnya.

Tanpa mereka ketahui, seseorang yang sedari tadi bersembunyi di balik pohon yang tak jauh dari lokasi pemakaman kini keluar dari persembunyiannya.

Senyum tipis kini tercetak di bibir orang yang kini memakai hoodie hitam kala melihat ketiga gundukan tersebut dan juga proses pemakaman lantas mengayunkan langkah pergi dari tempat tersebut.

...🕌🕌🕌...

"Ayah.."

Ibu Laras yang baru saja tiba pun di buat terkejut ketika saat membuka pintu kamar, Perempuan itu mendengar gumaman dari Damar.

Bergegas, Ibu Laras menghampiri Damar yang masih terus saja memanggil ayahnya. Ia lalu memencet tombol darurat seraya memanggil nama cucunya tersebut.

"Sayang, bangun nak." Ibu Dewi perlahan mengusap rambut cucunya tersebut dan tanpa di sadari air mata kini berlinang di kedua matanya.

Tak lama kemudian, seorang dokter dan juga perawat masuk ke dalam ruangan dengan sedikit tergopoh lantas dokter lelaki itu menyuruh Ibu Dewi untuk keluar dari ruangan.

"Mohon maaf, sebaiknya anda keluar dulu. Biarkan kami yang akan memeriksa." Ucap sang dokter.

"Baik, Dok."

Ibu Dewi lantas keluar sesekali menoleh ke belakang, melihat kondisi cucunya yang sedari tadi memanggil nama ayahnya.

Perempuan itu kini segera duduk di sebuah kursi dengan sorot kekhawatiran yang berlebih. Di dalam kerisauan hatinya, ia berdoa supaya cucunya itu dalam keadaan baik - baik saja.

Langkah kaki terdengar sangat memburu, membuat Ibu Dewi yang duduk dengan kedua tangannya menangkup wajahnya kini mendongak.

Perempuan itu melihat Pak Sapto kini sudah ada di sampingnya. "Bagaimana keadaan Damar? Apakah cucu kita itu sudah bangun?" Ucap Pak Sapto.

"Masih dalam penanganan dokter, aku sempat khawatir karena saat aku menemukannya, dia bergumam memanggil sosok ayahnya." Terlihat kekhawatiran di raut wajah Ibu Dewi.

Pak Sapto menepuk bahu istrinya itu lantas menyuruhnya untuk duduk kembali. Melihat ada kekhawatiran dari istrinya, Pak Sapto lantas mulai menenangkan perempuan tersebut.

"Sudahlah, kita serahkan saja pada dokter dan banyak - banyaklah berdoa supaya cucu kita dalam keadaan baik - baik saja."

Ibu Dewi segera menatap Pak Sapto kembali ketika mengingat pemakaman dan juga kondisi Adiyaksa sekarang.

"Lalu , bagaimana dengan pemakaman besan dan juga anak kita? Dan.. " Kedua mata Ibu Dewi mengitari lorong rumah sakit untuk mencari sosok Adiyaksa.

"Dimana Adiyaksa? Kenapa dia tidak ikut dengan kamu?"

Senyum tipis kini tercipta di bibir Pak Sapto, lelaki itu kini menepuk punggung Ibu Dewi. "Aku menyuruhnya untuk pulang ke rumah."

Pak Sapto lantas menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di area pemakaman hingga membuat Ibu Dewi kini prihatin mendengar keadaan Adiyaksa dari bibir suaminya itu.

"Kasihan menantu kita, dalam sehari dirinya harus kehilangan ketiga orang yang di sayanginya secara langsung." Ucap Ibu Dewi dengan nada prihatin.

"Untuk itu, kita mulai sekarang harus bisa menjaga dan merawat menantu dan cucu kita dengan sebaik - baiknya. Kita tidak bisa menggantikan sosok Pak Cokro dan juga Ibu Laras tapi di sini kita lah yang harus bisa menjadi orang tua pelindung bagi mereka."

"Iya, Mas."

...🕌🕌🕌...

Setelah pergi untuk memakamkan kedua orang tuanya dan juga istrinya, Adiyaksa bergegas kembali ke rumah Cokroaminoto.

Entah kenapa, lelaki itu ingin kembali ke rumah orang tuanya dan bukan ke rumah Pak Sapto dan juga Ibu Dewi selaku mertuanya.

Terlihat kesedihan kini masih membayangi lelaki itu saat mengingat kembali ketiga gundukan yang merupakan makam orang - orang yang di sayanginya.

Tak lama kemudian, lelaki itu sudah sampai di rumah dan saat membuka pintu rumah yang merupakan pintu rumah Cokroaminoto tampak kesunyian dan juga kesepian yang kini menyambutnya.

Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke setiap sudut rumah. Teringat sekali di pikiran lelaki itu akan pernikahan yang beberapa hari lalu di laksanakan.

Saat itu kebahagiaan tengah merengkuhnya bersama dengan Yulianti dan juga sang anak yaitu Damar dan berharap kebahagiaan setelah menikah akan menjadi kebahagiaan yang tak terlupakan di hidupnya.

Namun kini hilang sudah harapan itu karena suatu musibah yang datang tiba - tiba. Entah apa yang sudah di takdirkan Tuhan padanya hingga harus mengalami hal seperti ini.

Dengan langkah perlahan dan juga tertatih, Adiyaksa mulai mengayunkan langkah demi langkah hingga tangis yang sedari tadi di tahannya pun akhirnya runtuh juga.

"Hiks.. Hiks... Kenapa hidupku jadi seperti ini? Kenapa kau meninggalkan aku???" Gumam lelaki itu dengan terisak. Lelaki itu kini terduduk, menjerit dan merasa putus asa.

"Bugh.. Bugh.. "

Berkali - kali ia meninju lantai yang pernah menjadi saksi pernikahannya. Ia melampiaskan kesedihan dan juga amarah hingga tanpa sadar, darah segar kini mulai membasahi punggung tangan lelaki itu.

...🕌🕌🕌...

Di tengah kerisauan yang menghampiri Pak Sapto dan juga Ibu Dewi yang sedari tadi menghampiri mereka berdua.

Sebuah keajaiban datang dari seorang Damar, pintu ruang yang di tempati oleh Damar kini terbuka. Dokter yang merawat bergegas keluar dan menghampiri mereka.

Ibu Dewi dan juga Pak Sapto pun segera berdiri dan bertatap muka dengan sang dan dokter, mereka sudah tidak sabar untuk mendengar keadaan Damar.

"Bagaimana keadaan cucu saya, Dok?" Ucap Pak Sapto sesekali melirik Ibu Dewi yang terlihat was - was.

Senyum terukir di wajah dokter tersebut lantas memberitahu bahwa koma yang di alami oleh Damar berakhir dan bocah lelaki itu sudah sadar.

"Kabar gembira buat Ibu dan bapak, cucu anda sudah sadar."

...Bersambung. ...

1
Andi Budiman
pembuka yang menarik
Sinchan1103: terima kasih 🙏🙏
total 1 replies
LISA
Sedih bgt..baru nikah istrinya udh dipanggil Tuhan
LISA
Aq mampir Kak
Sinchan1103: terima kasih... 🙏🙏🙏
total 1 replies
Rowan
Pokoknya ini cerita wajib banget dibaca sama semua orang!❤️
Matilda
Jangan bikin penggemarmu menderita terus thor 😭
Kiritsugu Emiya
Pokoknya karya ini singkatnya kereeeeen banget! Makasih author sudah membuat karya yang luar biasa😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!