NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

asisten yang malang

Maya duduk di bangku di sebuah cafe kecil dekat klinik. Cangkir kopi yang dingin sudah menghuni meja, sementara pikirannya berkelana jauh di luar jendela. Di dalam hatinya, tersimpan rasa marah bercampur kecewa setelah tuduhan yang tak berdasar dari Dr. Smith.

Dia menghela napas panjang, kemudian meraih ponsel di meja. Jari-jarinya bergerak ragu untuk menghubungi Ara. Selang beberapa detik, bunyi dering memecah kesunyian.

“Ya?” suara Ara terdengar dari ujung telepon, bersemangat.

“Mba Ara, aku butuh bicara,” suara Maya bergetar.

“Kenapa? Ada apa? Tunggu, apa kamu baik-baik saja?” nada khawatir terdengar jelas.

Maya menelan ludah.

“Aku dipecat, Ara. Dr. Smith menuduhku meracik obat tanpa izin,” keluhnya, suaranya mulai serak.

“Serius? Kenapa dia melakukan itu? Dia salah besar!” Ara menjawab, ketidakpercayaan menonjol dalam suaranya.

Maya menatap cangkir kopi itu.

“Entahlah. Dia bahkan tidak mau mendengar penjelasanku. Rasanya, aku dituduh tanpa bukti. Seharusnya dia tahu aku sudah bekerja di sini bertahun-tahun,” ujarnya dengan meluapnya emosi.

“Tenang, Maya. Apa yang dia sampaikan? Apa ada alasan lain?”

“Aku tidak tahu. Dia hanya bilang temuan resminya cukup untuk mengeluarkanku,” jawab Maya merasa sangat hancur.

“Tunggu, jika tidak salah, ada hal aneh akhir-akhir ini di klinik, bukan? Kenapa banyak pasien hamil datang?” Ara bertanya.

Maya menggeleng, meski Ara tidak bisa melihatnya.

“Itu bukan urusanku. Aku hanya mengikuti prosedur biasa. Mungkin mereka datang karena rekomendasi,” jawabnya.

“Jangan terlalu terbawa perasaan. Aku akan cari tahu. Sampaikan padaku jika ada yang kau ingat,” Ara bersikeras.

“Baik. Tapi, Ara, bagaimana jika ini semua ada hubungannya dengan Doni? Dia tampaknya juga merasakannya,” seru Maya.

“Sabar… biarkan aku menyelidiki ini,” jawab Ara mantap.

Maya menutup telepon dengan nada berat. Dia tahu, suasana di klinik tidak lagi sama. Tapi tidak ada yang lebih memberatkan hatinya melainkan kehilangan pekerjaan tanpa alasan.

Hari itu, Doni tanpa sengaja menemuinya di cafe ketika pergi membeli makan siang.

“Hey, Maya! Kau terlihat buruk. Apa yang terjadi?” tanya Doni, ekspresinya penuh kepedulian.

Maya hendak menjawab, tetapi mendapati suaranya serak.

“Aku dipecat. Dr. Smith menuduhku melakukan kesalahan fatal,” jelasnya dengan nada putus asa.

“Pemecatan? Kenapa?” tanya Doni, terkejut.

“Menyangkut pencampuran obat. Dia tidak percaya padaku. Padahal aku tidak melakukan apa-apa,” ungkap Maya, matanya mulai berkaca-kaca.

Doni mengerutkan kening.

“Jika Dr. Smith memang benar, kenapa tiba-tiba dia bersikap aneh? Ada hal lain di balik ini,” tebaknya.

Maya hanya bisa menggeleng.

“Aku merasa seperti terjebak. Tidak mungkin dia melakukannya tanpa alasan. Tentu ada sesuatu yang ingin dia sembunyikan,” cetusnya.

“Aku akan berbicara padanya,” Doni bersikeras, ekspresinya menunjukkan keberanian.

Maya menggeleng lagi.

“Tidak! Itu tidak akan menyelesaikan apa-apa, Doni. Aku lebih baik mencari cara untuk menemui Ara dibandingkan dengan berurusan langsung dengannya,” saran Maya.

Doni hendak berargumen, tetapi kemudian terdiam.

“Mungkin kau benar. Tapi berhati-hatilah, ada sesuatu yang aneh di klinik akhir-akhir ini,” ujarnya, nada terpatah-patah terpancar jelas.

Maya memijat pelipisnya, berusaha menenangkan pikiran yang berkecamuk.

“Kau tahu, sejak kemarin ada banyak pasien hamil, dan aku merasa ada yang salah,” keluhnya.

Doni mengangguk.

“Saat aku pergi ke klinik kemarin, aku melihat seorang wanita hamil, dan hal itu aneh untuk klinik spesialis kulit.”

“Apa? Di klinik itu?” Maya melotot.

“Ya, aku rasa itu bisa menjelaskan kenapa dia memperlakukanmu seperti itu. Dia mungkin terlibat dalam sesuatu yang lebih besar,” jelas Doni.

“Sepertinya kita perlu menyelidiki lebih dalam tentang semua ini,” Maya bertekad, gelisah.

“Kalau begitu, ayo! Kita perlu bicara dengan Ara. Dia mungkin memiliki informasi lebih,” kata Doni bersemangat.

Maya tersenyum tipis.

“Aku tahu, dia selalu punya cara untuk menyibak kebuntuan,” ucapnya.

Setelah sepakat, keduanya menuju klinik, perasaan was-was itu menggantung di udara.

Di klinik, suasana terasa canggung ketika mereka masuk. Ara terlihat sibuk menyusun berkas-berkas pasien yang tersebar, tetapi saat melihat kedatangan mereka, wajahnya otomatis cerah.

“Doni! Maya! Kenapa kalian datang?” tanyanya, nada ceria Ara membuat Maya merasa sedikit lebih baik.

“Aku datang untuk membahas masalah di klinik,” ujar Maya langsung.

Ara menatapnya penuh perhatian.

“Ada apa?” dia bertanya lembut.

“Dr. Smith menuduhku mencoba meracik obat, dan aku dipecat. Itu gila!” Maya menjelaskan.

Ekspresi Ara berubah serius.

“Kita harus melakukan sesuatu. Dia tidak bisa memperlakukanmu seperti itu,” ujarnya bertekad.

Sementara itu, Doni melanjutkan.

“Sepertinya ada sesuatu yang lebih besar yang mungkin berhubungan dengan pasien hamil yang sering datang ke sini. Kita perlu mencari tahu lebih lanjut,” sarannya.

Ara mengerutkan kening.

“Aku sudah mendengar tentang pasien hamil itu, dan itu terasa sangat aneh. Kenapa klinik spesialis kulit bisa dikunjungi oleh wanita hamil?”

Doni berusaha berdiskusi.

“Bagaimana dengan berkas-berkas pasien? Apa ada yang mencolok?” tanya Doni.

“Belum kukira, tapi bisa jadi aku akan menyelidiki lebih jauh,” ujarnya.

Sambil berbisik, Maya menambahkan.

“Bahkan, saat aku dipecat, aku mendengar percakapan yang mencurigakan dari Dr. Smith. Rasanya seperti ada hal lain yang dia sembunyikan,” ungkapnya.

Ara menatap Maya dengan serius.

“Kita perlu mencatat semua ini, dan menyusun rencana untuk menggali lebih dalam. Kita tidak bisa tinggal diam,” Ara mengambil inisiatif.

Doni dan Maya setuju.

Percakapan di klinik semakin menggairahkan, seolah membuka pintu menuju kemungkinan yang lebih besar. Di dalam hati mereka, bayangan misteri klinik semakin menebal, tak ayal menyulut perasaan untuk mencuri tahu lebih banyak.

“Mari kita cari tahu apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Ara, semangatnya mulai membara.

“Mungkin kita bisa mulai dengan berkas-berkas yang ada di lemari tua. Di sana mungkin terdapat informasi yang tidak seharusnya disimpan,” Doni menambahkan, matanya berkilau dengan ide.

Maya menyetujui. “Aku akan mencarimu berkas-berkas yang mungkin terlewatkan saat aku masih bekerja di klinik. Ada kemungkinan Dr. Smith menyimpan sesuatu untuk menyembunyikan kebenaran.”

“Kita juga perlu melihat perilaku Dr. Smith. Ada perubahan yang tidak biasa sejak pasien hamil mulai berdatangan,” Ara bersikap lebih serius. “Dia semakin tertutup dan menghindari pertanyaan-pertanyaan tertentu.”

“Benar, kita bisa memanfaatkan CCTV yang dipasang. Jika ada hal mencurigakan, kita akan bisa menangkapnya,” Doni mengusulkan.

Semua sepakat untuk mengatur rencana. Mereka akan saling berkumpul di malam hari di rumah Ara untuk mendiskusikan langkah-langkah selanjutnya.

***

Malam itu, di ruang tamu yang hangat, ketiganya berkumpul. Ara tercatat sebagai yang paling tenang. Dia menyusun ide dan mendirikan catatan di atas meja.

“Maya dan aku akan menyelidiki berkas itu, sementara Doni, kau amati Dr. Smith dari jars jauh. Apa dia berbicara sesuatu yang tidak biasa atau melakukan sesuatu yang mencolok,” perintah Ara, suaranya penuh otoritas.

“Baik, aku akan mengamati situasinya selama beberapa hari ke depan. Tapi aku perlu lebih dekat dengan Dr. Smith... mungkin melakukan percakapan santai,” Doni memikirkan ide itu, merencanakan tiap detilnya.

“Aku tidak yakin itu ide yang tepat. Kau harus berhati-hati, jangan sampai menarik perhatian dia,” Maya memperingatkan, matanya bergetar.

“Yah, aku akan berusaha. Kita tidak bisa membiarkan semua ini terus berlanjut tanpa mencari tahu,” jawab Doni dengan percaya diri.

“Aku akan meminta izin untuk melihat berkas di lemari tua itu. Kau tahu, aku masih punya akses ke sana,” Maya menambahkan.

“Jika itu berhasil, kita mungkin bisa menemukan sesuatu yang bisa membalik keadaan ini,” Ara tersenyum, bersemangat.

Maya mengangguk, “Kita harus bergerak cepat, sebelum Dr. Smith menyadari bahwa kita mencurigai dia.”

Waktu berlalu, dan larut malam mulai menyelimuti kota. Ketiga teman ini menghabiskan waktu merencanakan langkah-langkah lanjut, seolah-olah mereka yakin bahwa misteri ini akan terungkap.

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!