Sugih Ronggeng merupakan kisah terdahulu hingga kini yang tidak pernah usai (terkecuali). Nadia merupakan gadis cantik dari keluarga Kartaca yang ia ketahui bahwa dirinya merupakan cucu ke 7. Banyak kejadian yang tidak Nadia pahami, namun Nadia yakin, di ujung sana "pasti ada penawarnya".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAYYA , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Kota
"Ayahhhhhhh, Ibuuuuuuuu, Neng pulang" Ucap Nadia sambil membuka pintu dan terlihat hanya seorang diri.
"Neng, Sandi mana?" Tanya Atik Ibu dari Sandi yang pada saat itu sedang berada di rumah Nadia.
"Ua, maaf, Neng pulang tidak bersama Sandi" Jawab Nadia.
"Sini Sayang, duduk. Simpan dulu tas nya, Ibu buatkan teh hangat ya" Ucap Ibunya Nadia.
Nadia pun duduk di tengah - tengah antara Atik dan Arum sembari memegang segelas teh hangat.
"Wah, wah wah, anak Ayah sudah pulang" Ucap Amirudin yang baru saja turun dari kamarnya kemudian menyapa anaknya Nadia.
Amirudin mengerucutkan alis mata nya dan bertanya,
"Ada apa ini? Kenapa terlihat tegang?" Tanya Amirudin.
"Bu, kenapa? Ada apa?" Tanya Amirudin kepada Arum.
Semua terdiam, dan...
"Ayah, Neng pulang sendirian, tidak bersama Sandi" Jawab Nadia.
"Loh, kok bisa? Posisi Sandi sekarang di mana?" Tanya Ayahnya.
"Jadi Ayah, Ibu, Ua, pada hari pertama Neng dan Sandi sampai di kediaman kakek dan nenek, Neng bersama Sandi langsung berbagi tugas untuk membersihkan rumah kakek nenek. Kemudian kami bertemu dengan wanita cantik seusia kami, yang kebetulan wanita itu sendiri yang datang ke rumah menghampiri kami. Namanyaaa... Mmm siapa ya kok tiba - tiba lupa, pokoknya cantik deh. Wanita tersebut berbagi makanan khas desa Aden, kami pun berbincang - bincang hingga larut malam sambil menikmati makanan yang di suguhkan oleh wanita itu. Neng sendiri merasa heran, kata Ayah dan Ibu, desa tersebut sudah tidak berpenghuni. Tapi masih ada kok, baik lagi. Posisi kami bertiga berbincang ya di rumah kakek dan nenek. Neng pun sudah berpamitan kepada wanita tersebut bahwa esok hari baik Neng dan Sandi akan pulang ke kota. Nah ketika ke esokan harinya, Neng sudah siap berkemas nih, tinggal berangkat saja. Eh Sandi bilang bahwa dirinya mau tinggal satu malam lagi, karena Sandi belum sempat berpamitan dengan wanita itu. Sudah Neng paksa Ua, Ayah, Ibu, tapi Sandi tetap pada pendiriannya, bahwa setelah berpamitan dengan wanita tersebut, Sandi akan pulang menggunakan transportasi lain" Penjelasan Nadia kepada kedua orangtuanya dan Ua nya yang merupakan Ibu dari Sandi.
"Arummmmmmm" Ucap Atik seperti mau pingsan dan tangisan Atik pun pecah sembari memegang tangan adiknya Arum.
"Kumaha waeeee?" (Gimana ini?) Tanya Atik kepada Arum sambil menggoyangkan tangan Arum.
"Nadia, kenapa kamu tidak menghubungi kami?" Tanya Arum dengan nada sedikit tinggi.
"Maaf Ibu, maaf, bukannya tidak ingin memberi tahu. Ibu, Ayah dan Ua sendiri tahu bahwa di sana tidak ada signal" Jawab Nadia.
Atik, Arum dan Amirudin pun memperlihatkan mimik khawatir mengenai kondisi Sandi yang masih di desa Aden.
"Arum, Amir, hayu urang susulan!" (Arum, Amir, ayo kita susul ke sana!) Pinta Atik kepada adik dan adik iparnya tersebut.
Nadia pun kebingungan. Kenapa mereka semua begitu khawatir? Karena setahu Nadia, desa Aden tidak semenyeramkan itu, dan Sandi pun bukan di culik atau di paksa, melainkan atas kesadaran dirinya sendiri bahwa dirinya ingin bermalam dan itu pun hanya satu hari dengan alasan mau terlebih dahulu berpamitan dengan wanita cantik tersebut.
Nadia pun meminta izin untuk bersih - bersih dan langsung masuk ke kamarnya.
Sedangkan Atik, Arum dan Amirudin masih tetap dengan posisi mereka yakni di ruang keluarga dan fokus dalam membuat perencanaan supaya bisa menjemput Sandi se segera mungkin.
