NovelToon NovelToon
PINK BUBBLES #1

PINK BUBBLES #1

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pernikahan Kilat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: LeoRa_

Judul kecil: SUAMI KECIL YANG LENGKET DAN MANJA

Sinopsis (pendek saja):
Ini tentang remaja laki-laki yang ingin menikahi seorang gadis yang lebih tua darinya sejak pertemuan pertama. Dengan laki-laki berpostur dewasa dan gadisnya justru kebalikannya.

[Catatan penulis: tidak ada konflik berarti yang mengganggu, hanya cerita yang menghibur saja. sebab penulis tidak mau tambah stress, cukup di dunia nyata saja.]

Buat yang suka alur santai, bisa datang ke penulis. di jamin gak akan nambah beban pikiran. kecuali agak hambar. hahaha. maklum, menulis cerita juga butuh ide dan ide datangnya dari kinerja otak yang bagus. jadi, penulis harus selalu menjaga pikiran tetap tenang dan bersih agar bisa berpikir lebih imajinatif untuk menghibur pembaca semua.

love u😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LeoRa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Pembicaraan tempo hari antara ibu dan anak memberikan hasil yang sukses membuat sang kepala keluarga geleng-geleng kepala.

"Istriku masih sinis padamu, nak?" tanya Ginda usai meminum obatnya dengan ditemani sang istri. Namun, momen manis itu buyar kala istrinya menatap sinis kearah pintu yang ternyata ada Giass disana hendak masuk.

Seolah tak berniat bertegur sapa pada putranya yang bebal, Stevani langsung nyelonong pergi tanpa sepatah katapun.

Melihat itu Ginda hanya menatap wajah datar putranya yang tak terganggu lalu mendengus.

Dalam hati dia bergumam, beraninya dia merusak mood baik istrinya.

Giass malah menaikkan bahunya acuh seolah tak peduli apakah ibunya masih kesal padanya atau tidak. Toh, dia belum berniat berubah pikiran dan mungkin tak ada hal seperti itu kedepannya.

Terlalu yakin dianya!

"Apa yang sudah kau lakukan pada istriku? Dia melihat mu seperti melihat tetangga nyinyir." cecar Ginda tak puas bila belum mendapatkan jawaban dari sang putra.

Itu karena Ginda tidak tahu problematika yang terjadi antara ibu dan anak itu dibelakangnya.

Stevani yang enggan merusak moodnya dengan menceritakan hal itu dan putranya yang terlalu irit bicara. Jadilah, Ginda yang tak tahu apa-apa bingung sendiri dengan perubahan suasana diantara keduanya.

Sebelum menjawab, Giass menatap dalam dan serius wajah ayahnya yang masih sedikit pucat. Dilihat seperti itu, membuat Ginda semakin penasaran.

Pasti ada sesuatu yang telah dilakukan putranya ini.

"Katakan saja. Aku harus tahu, ulah apa yang kau perbuat sampai membuat istri ku kesal. Cepat." desak sang ayah. Ginda paling tidak bisa melihat istrinya badmood.

Tanpa mengubah ekspresinya, Giass menjawab. "Aku ingin menikah... Itu yang aku katakan pada Mama."

Kamar itu sunyi senyap dalam beberapa detik dengan 2 pasang mata saling bertatapan. Satu terkejut dan lainnya acuh tak acuh.

"Apa?! Kau gila! Berapa umurmu?! Kau bahkan masih makan dari uang jajan yang ku beri, beraninya kau berpikir untuk menikah!" Ginda pun meledak begitu pikirannya terkoneksi oleh pengakuan anaknya.

Seketika mendadak sembuh dia!

Wajahnya yang pucat akhirnya menampilkan kemerahan. Bukan memerah karena sembuh, tapi karena marah.

Plak!

Paha Giass menjadi sasaran geplak kan sang ayah yang tergolong kuat, karena dia duduk di pinggir kasur dekat dengan ayahnya.

Pukulan itu tidak membuatnya meringis, malah hanya mengerutkan sedikit keningnya sejenak.

"Bukankah kau bilang sebelumnya ingin membantuku menemukan solusi untuk masalah ku. Kenapa malah jadi pernyataan ingin menikah?! Tidak! Tidak bisa! Sukses dulu, baru menikah!" bersungut-sungut sudah sang ayah karena ulah putranya yang tak terduga itu.

"Inilah solusinya, Pa..."

"Apa?!"

"Aku bilang ini solusinya."

"Kenapa kau bisa bilang begitu? Dilihat dari sudut manapun, ini sama sekali tidak terlihat sebagai solusi. Ini justru konyol namanya!" gregetnya Ginda sampai rasanya ingin memakan putranya sekarang juga.

"Makanya, Papa dengarkan aku dulu." kedua pria beberapa generasi itu saling tatap sebelum Giass melanjutkan perkataannya. "Aku sudah bertemu langsung dengan putri korban. Saat itu aku langsung mengerti mengapa Papa kukuh ingin bertanggung jawab sampai dia menikah. Tapi, sayangnya dia menolak semua tawaran Papa yang menurutnya tak masuk akal. Jadi, aku mengorbankan diri ku untuk membuat tawaran Papa masuk akal..." jedanya.

Pintar sekali Giass beralibi. Tapi, bagaimana bisa Tuan Droov tertipu?

"Coba Papa bayangkan. Dengan aku menikahinya, Papa jadi tidak perlu khawatir akan apapun lagi. Tawaran Papa yang ingin memberinya tunjangan, lowongan pekerjaan, sampai menjadikannya anak angkat akan langsung teratasi dengan statusnya sebagai menantu Tuan Droov. Itulah yang aku lakukan saat ini." terang Giass yang malah membuat Ginda merasa sudut bibirnya berkedut, lalu dia menyipitkan matanya penuh curiga.

"Ini tidak mungkin sesederhana itu. Kau tidak mungkin melakukannya sampai sejauh ini. Alibi mu yang mengorbankan diri sangat tidak mungkin. Tidak masuk akal sama sekali. Kau pasti menyembunyikan sesuatu dibalik semua ini." terka Ginda semakin yakin bila sesuatu telah terjadi pada putranya.

"Kenapa tidak mungkin?! Aku lakukan ini untuk Papa." dengan wajah tak berdosanya dia membantah penuh ekspresi pembenaran.

"Heh. Kau lahir dari benihku. Kau pikir aku tidak tahu isi pikiran mu?!" dengus Ginda sambil menyeringai sinis.

Ginda memajukan wajahnya mendekat ke wajah datar putranya. Dengan suara rendah dia bertanya. "Kau tertarik pada gadis itu, kan? Kau jatuh cinta pada pandangan pertama, kan? Mengaku saja... Kalau tidak, kau tak akan repot-repot melakukan hal semacam ini. Kau itu tak pernah patuh, bocah!"

Giass tidak menjawab, jadi Ginda melanjutkan. "Papa akui, dia terlihat cantik dan imut, dia juga mungil. Papa bisa membayangkan bila dia berdiri disisi mu, pasti akan sangat serasi. Tapi, tetap saja, nak... Berapa umurmu? Berapa umurnya? Kau mau menikahi anak dibawah umur? Yang benar saja. Kau bahkan belum bisa mencari nafkah sendiri, sekarang kau mau menafkahi anak orang?! Pasti ada yang salah dengan otakmu."

Giass berkedip sekali dan berujar. "Koreksi, Pa. Dia sudah bukan lagi anak dibawah umur. Dia sudah dewasa. Kupikir umurnya sudah 24 atau 25 tahunan. Harusnya Papa tahu itu."

Mata Ginda membulat. "Omong kosong! Gadis seperti bocah begitu kau bilang sudah dewasa!" jedanya. "Lagipula, Papa tidak tahu itu."

Kini giliran Giass yang menyipitkan matanya. "Benarkah? Lalu, kenapa menawarinya lowongan kerja di perusahaan?"

"Ouh. Itu karena dia sudah tinggal sebatang kara. Belum lagi dia menolak tawaran Papa yang lain. Jadi, Papa pikir, karena dia tidak suka menerima sesuatu secara cuma-cuma berikan saja dia pekerjaan. Sayangnya dia juga menolaknya dengan alasan kalau bisnis bukan bidangnya." jelas Ginda tentang tawarannya.

Giass geleng-geleng kecil mendengarnya, dia pikir ayahnya sudah tahu. Jadi, dia yakin kalau semuanya akan berjalan lancar. Siapa yang sangka kalau sang ayah tidak menyelidiki secara menyeluruh. Membuatnya harus bekerja ekstra hanya demi sebuah restu dan persetujuan.

"Jadi, dia benar-benar sudah dewasa?" tanya Ginda lagi. Belum puas rasanya kalau belum memastikan dengan jelas.

Melihat ayahnya tak percaya membuat Giass menghela nafas. Tampaknya dia harus meyakinkan ayahnya dulu agar jalan menikahi Qiena lancar.

"Aku tidak berbohong. Papa bisa memeriksanya lagi. Lalu, segera beri restu."

Plak!

Kali ini Giass meringis. Pukulan ayahnya di pahanya kali ini tampaknya dikerahkan sekuat tenaga. Sakitnya terasa.

Dengan melotot, Ginda mulai menceramahi putranya lagi. "Anak ini. Apa isi otakmu hanya tentang menikahinya? Kau pikir menjadi seorang suami itu gampang! Kau harus bekerja dulu, baru berpikir untuk menanggung hidup pasangan mu. Kau saja masih susah untuk ku minta belajar menggantikan ku, sekarang kau mau minta menikah. Jangan harap! Tidak ada restu untuk mu. Sana, kembali ke kamar mu dan belajarlah dengan rajin. Dapatkan nilai bagus, lanjut kuliah bisnis, lalu gantikan posisi ku di perusahaan. Baru aku beri restu."

Ginda jadi ingin bertanya pada Tuhan, apakah dia memiliki garansi atas anaknya ini?!

"Enak saja! Gadis itu terlalu murni untuk putraku yang berandal!" diakhir Ginda masih bergumam menggerutu.

Sebelum mengusir putranya, Ginda mengucapkan kalimat penutup. "Aku tidak percaya dengan cinta pandangan pertama mu. Kau masih kecil. Masih belum bisa apa-apa di mataku. Jangan membuat ku malu dan merasa bersalah dengan membiarkan mu menjadi suami orang. Dia mungkin sudah tak memiliki kerabat lagi, tapi bukan berarti hidupnya bisa di anggap candaan. Gadis itu punya hak untuk meraih kebahagiaan dan kedamaian hidupnya. Dengan membiarkan mu menjadi suaminya, hanya akan membuat ku semakin merasa bersalah. Kau mengerti?!" lugas Ginda. Kali ini sangat serius.

Hening sejenak.

Sampai suara datar dan berat Giass menggema.

Tanpa menghindari tatapan tajam sang ayah, Giass berbicara. "Aku mengerti... Tapi, aku tidak pernah jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya. Hanya saja, melihatnya membangkitkan keinginan ku untuk berkeluarga. Aku ingin menikahinya untuk menjadikannya istriku. Aku merasa kami terikat..."

Lanjutnya. "Tapi... Karena Papa tidak percaya. Beri aku kesempatan untuk membuktikannya... Ini keseriusan ku."

Ginda terdiam melihat tingkat keseriusan putranya yang melebihi biasanya. Dia tahu, putranya memang bukan tipikal laki-laki yang banyak bicara omong kosong. Sejak awal, putranya sudah membangun prinsipnya sendiri tentang bagaimana menjadi pria sejati. Tentunya semua itu juga tak lepas dari ajaran dia dan istrinya. Tapi, untuk menjadi begitu bertanggung jawab pastinya harus dimiliki dari dalam dirinya sendiri dan hanya perlu menumbuhkan, mengasah, dan menjaganya tetap pada jalurnya.

Saat ini, itulah yang dilihat Ginda.

Jadi, dia diam menandakan mengizinkan putranya menentukan jalannya.

Karena pada akhirnya, jika memang jodoh putranya datang lebih awal. Dia tak bisa berbuat apa-apa. Yang penting, putranya benar-benar siap untuk menerima segala konsekuensi dari menikah dini.

Seperti dia dan istrinya dulu.

.

.

.

.

.

.

.

1
@train
tetap semangat ya thor
@train
siap thor
Fauziah Tallya
mudah2an qiena nya gpp sama semua bayi nya
@train
ya oke thor maklum aku karena semua pekerjaan itu tidak bisa dikerjakan sekalian
@train
wow,selamat untuk pasangan muda kita
@train
apa mungkin oiena alumni sekolah tersebut
@train
semangat thor
@train
belum banyak yang join ya
@train
wow,semakin seru saja
@train
karya yang bagus
Fauziah Tallya
selamat, sudah sah aja nanti h
@train
wow,bunga cinta bertebaran
Fauziah Tallya
mama stevani ngelamar nya sweet bangett, pengen nabung bab tapi tiap ada notif gak kuat pengen langsung baca...
ditunggu up lagi yah thor
Fauziah Tallya
bagus banget ceritanya, semangat up thor
Fauziah Tallya
ditunggu up lagi ka 😊
anggita
like👍+☝iklan moga novelnya lancar sukses.
anggita
disemua novel tiap pintu dibuka bunyinya.... ceklek🤭
Dewi
Kangen 3Ry (Ryura,Reychu sma Rayan)
Dewi: Slalu di tunggu thor krya krya nya semngat trus ☺️
LeoRa_: makasih dh rindu anak2ku. tapi ada kepikiran bikin keturunan mereka, cuma belum Nemu ide yang pas. semoga aja bisa ketemu segera, biar bisa di proses. thor jg kangen bikin mereka bertiga lagi🥲😌
total 2 replies
Dewi
Di tunggu kak..☺️Semngat trus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!