Oleh orang tuaku, aku di jadikan sebagai pelunas utang dan menikahkan ku dengan seorang pria kaya. Tidak ada cinta di antara kami. Suatu malam, tanpa sengaja, aku melakukan one night stand dengan bos ku hingga aku harus mengakhiri rumah tangga ku yang masih berumur jagung.
Ternyata, kejadian malam itu adalah jebakan. Jebakan balas dendam yang membuatku terluka dan trauma.
Lima tahun berlalu, aku bertemu lagi dengannya, bertemu dengan pria yang malam itu membuatku tak berdaya karena sentuhannya. Pria yang sangat aku benci dan ingin aku lupakan.
Tapi pertemuan itu kembali membuatku terseret oleh pesonanya.
Mampukah aku tetap membenci atau justru aku malah jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 : Pria pertama
Gerrard mengetuk pintu kamar mandi. Lama menunggu Emilia keluar membuatnya sedikit khawatir.
" Ada apa dengan mu?" Gerrard setengah berteriak begitu melihat Emilia yang sudah terlihat pucat karena kedinginan.
Sekujur tubuh Emilia basah semua, ternyata tiga puluh menit di dalam kamar mandi ia habiskan dengan berendam di dalam bathtub, bahkan sesekali Emilia menyelam, memasukkan semua bagian tubuhnya ke dalam air hingga beberapa menit berlalu, semua ia lakukan untuk menghilangkan perasaan panas yang semakin lama semakin hebat.
Emilia tak menjawab, ia hanya menatap Gerrard dengan tatapan sendu.
" Tunggu aku ambilkan handuk." Gerrard bergerak hendak meninggalkan Emilia, namun urung ia lakukan karena Emilia tiba tiba saja menarik lengannya.
Gerrard melihat Emilia dengan kening mengernyit.
Emilia berjalan mendekati Gerrard, mengikis jarak keduanya. Gerrard nampak diam saja dengan sikap aneh Emilia. Lantai yang basah dari air yang berjatuhan dari gaun Emilia tidak membuat Emilia mundur begitu saja. Ia seakan tidak peduli.
" Ada apa dengan mu Emilia?" Tanya Gerrard bingung.
Emilia melepaskan tangan Gerrard dari genggamannya, lalu beralih mengepalkan kedua tangannya sendiri. " Pak."
Gerrard tidak menyahut, ia terus memperhatikan gerak gerik Emilia.
" Pak, bantu aku." Emilia menggigit bibir bawahnya.
" Lalu kenapa kau menahan ku? Kau kedinginan Emilia, yang kau butuhkan saat ini adalah pakaian hangat."
Emilia menggeleng.
" Aku membutuhkan mu." Emilia semakin merapatkan tubuhnya pada Gerrard. Bahkan Gerrard bisa merasakan hembusan nafas Emilia yang memburu di wajahnya.
" Kau itu kenap..?"
Belum usai kalimat pertanyaan Gerrard, Emilia justru lebih dulu membungkam mulut pria tampan itu dengan bibirnya.
Gerrard kaget, matanya membulat sempurna, ini serangan mendadak yang tidak bisa ia hindari.
Gerrard mendorong tubuh Emilia pelan. Lantai yang licin masih menjadi pertimbangan tidak melakukannya dengan keras.
" Apa yang kau lakukan Emilia!" Sentaknya.
Emilia tidak menjawab, ia tertunduk dalam.
" Maafkan aku." Hanya itu kalimat yang bisa ia ucapkan.
Hening.
Gerrard segera mengambil handuk untuk Emilia.
" Ini." Ucapnya memberikan handuk tersebut.
Lama Emilia menatap kain berwarna putih itu, ada rasa enggan untuk mengambilnya. Terus terang dia ingin sekali keluar dari rumah mewah Gerrard sekarang juga, andai kata ia punya ilmu menghilangkan diri, sudah ia gunakan sejak tadi, malu. Tentu saja Emilia sangatlah malu.
" Kau mau aku yang melakukannya?" Kata Gerrard Karena Emilia tidak menggubrisnya.
Emilia masih mematung, di sekitar tempatnya berdiri, air sudah mulai menggenang. Bisa di bayangkan, sedingin apa dia sekarang. Ini jam sepuluh malam, tubuhnya baru saja berendam di tambah kamar yang suhunya sudah seperti di pegunungan Siberia.
Gerrard menghela nafas, ia pun bergerak menghampiri Emilia, menaruh handuk di kepala wanita cantik itu, kemudian menggosoknya perlahan.
Gerrard terus melakukan itu sembari menatap wajah pucat Emilia. Beberapa saat kemudian, Emilia mengangkat wajahnya, dan netra mereka akhirnya bertemu.
Cukup lama keduanya saling tatap, hingga Emilia yang memutusnya. Namun, itu hanya sementara, karena Gerrard mengikis jarak mereka dan menarik wajah Emilia ke arah wajahnya.
Anak rambut Emilia yang menutupi sebagian wajahnya nampak bergoyang karena hembusan nafas Gerrard.
Gerrard terus menatap Emilia dengan jarak yang sangat dekat. Begitupun Emilia, hasrat yang semula surut, kembali meningkat begitu bibir mereka menyatu persis seperti apa yang baru saja Emilia lakukan hingga Gerrard mendorongnya. Bedanya, kali ini buka Emilia pelakunya, melainkan Gerrard.
Tapi sekarang, ini bukan lagi tentang tempel menempel, tapi lebih dari itu. Gerrard mencari celah agar Emilia mau membuka mulutnya dan setelah berhasil, ia mengabsen satu persatu organ dalam mulut Emilia. mencium dengan brutal hingga Emilia kewalahan. Emilia sempat terkejut, terus terang ini pengalaman pertama untuknya. Bahkan saking kagetnya, tangannya mencengkeram kuat bahu Gerrard.
Gerrard terus melancarkan serangannya. Hingga akhirnya Emilia pasrah dan menyerah.
*
*
Gerrard POV
Aku melihat Heidi membopong tubuh Emilia keluar, meninggalkan acara yang masih sedang berlangsung.
Aku menghampiri mereka. Heidi sempat terkejut melihat keberadaan ku.
Aku meminta pada Heidi untuk membawa Emilia bersamaku, awalnya ia menolak, dari tatapannya aku tau kalau dia tidak percaya padaku. Mungkin karena aku atasannya, mau tidak mau dia melepas Emilia untuk aku bawa pulang.
Di perjalanan, aku memperhatikan gelagat Emilia yang sedikit mencurigakan. Aku tau apa sebab dia berbuat seperti itu. Tapi aku pura pura tidak terlalu peduli.
Dia mencoba menutup mata, aku pun tau kenapa dia melakukan itu. Dan sikapku masih sama.
Sebelum mengantarnya pulang, aku terlebih dahulu mampir ke rumah. Sebenarnya aku sengaja melakukan itu. Aku ingin tau sampai kapan ia bisa bertahan setelah mengkonsumsi zat afrodisiak yang tercampur dalam minumannya.
Dan aku tidak perlu menunggu lama untuk membuatnya melangkah dengan kakinya sendiri memasuki jengkal demi jengkal lantai rumahku.
Aku tau akan kemana Emilia ketika masuk ke dalam istanaku. Ya, ke mana lagi jika bukan ke kamar mandi.
Aku sempat khawatir karena dia membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan ku. Jantungku berdegup kencang, aku pikir dia berbuat aneh aneh di dalam sana. Aku mencoba mengetuk pintu, dan akhirnya bisa bernafas lega. Dia tidak apa apa.
Hanya saja, tubuhnya yang basah sempat membuatku berdebar. Aku terpesona sesaat dengan siluet tubuhnya yang sangat menggairahkan. Dengan tinggi di kisaran seratus tujuh puluh dua centi meter, kulit putih mulus bak porselen tentu membuat siapa saja yang melihatnya akan tergoda, tak terkecuali denganku. Tapi segera ku tepis rasa menjijikkan itu.
Awalnya aku sempat terkejut karena dia yang sehari harinya terlihat bar bar dan sangat cuek, tiba tiba saja berubah agresif. Dia berani mencium ku lebih dulu. Jadi ku pikir jika obat itu masih menguasai seluruh tubuhnya.
Jujur, aku menikmatinya, meski bibir kami hanya menempel. Aku sempat terbuai beberapa saat, bibirnya sangat lembut dan manis. Namun aku segera mendorongnya. Jika ingin balas dendam ku usai, gampang saja, tinggal menjoroknya dengan kekuatan penuh sudah bisa membuatnya berpindah alam, apalagi dengan air menggenang yang cukup banyak tepat di sekitar tubuhnya.
Aku melihatnya menunduk. Aku tau kalau dia malu. Aku berpura pura menawarkan kebaikan, ku beri dia handuk. Aku berharap dia tidak mengambil handuk itu agar rencana ku berjalan lancar. Dan benar saja, Tuhan berpihak padaku. Aku jadi lebih leluasa mendekatinya.
Ku tatap wajahnya, dan beberapa saat dia pun menatapku. Ku akui dengan sangat jujur jika dia sangatlah cantik. Tapi aku mencoba tidak terpengaruh. Perlahan aku mendekatinya, menyatukan bibirku dan bibirnya, aku menciuminya cukup kasar. Dan ternyata dia menyambut dengan tangan terbuka. Aku tersenyum smirk di sela hasratku yang juga semakin meningkat.
Sebenarnya, aku tidak ada niatan menidurinya, aku punya seribu cara untuk membuatnya menderita, tapi ku rasa ini cara yang paling akurat, apalagi saat aku bertemu dengan keluarga Weber beberapa jam lalu. Tekadku semakin bulat untuk menjalankan rencana yang baru saja aku dapatkan.
Menjadi selingkuhannya, itu yang ku pikirkan, aku tau kalau Emilia menikahi salah satu penerus W Grup. Dan untuk membalas perlakuannya pada keluargaku, aku harus menghancurkan rumah tangganya, tentu dengan cara membuat istrinya jatuh ke pelukanku.
Wanita ini memang tidak tau apa apa, bahkan aku baru melihatnya saat Arthur mengirimkan fotonya dan ternyata dia bekerja di perusahan ku. Tapi karena dia menikah dengan salah satu anggota keluarga W Grup, jelas dia sudah masuk ke dalam target balas dendam ku.
Aku mulai memonopoli permainan meski aku pun belum pernah melakukannya, tapi kurasa, wanita ini jauh lebih kaku dariku.
Sembari terus melancarkan aksiku, otakku juga berpikir, bagaimana cara wanita ini menyenangkan suaminya di ranjang? Apa dia tidak pernah melakukannya setelah menikah? Aku rasa itu mustahil. Tapi aku juga ragu, karena berciuman saja yang merupakan hal paling lumrah di lakukan bahkan bagi kebanyakan orang sebelum menikah itupun sangat susah ia lakukan. Beberapa menit lalu, tanpa sengaja, aku hampir saja membunuhnya karena membungkam mulutnya menggunakan mulutku.
Kini tubuh kami sama sama polos, entah sejak kapan hiasan tubuh itu berjatuhan. Aku mulai menindihnya, ia menatapku sayu. Rasanya aku sudah tidak tahan.
Setelah banyak drama yang ku buat, akhirnya dia pun bertekuk lutut.
Aku berhasil menggagahinya dengan kemenangan telak, membuatnya terkapar di atas tempat tidurku karena kehabisan tenaga.
Tapi, satu yang mencengangkan sekaligus membuat kedua sudut bibirku terangkat sempurna...
Ternyata, akulah pria pertama untuknya.
...****************...
Emmy dlm bahayaaaa
pura2nya sungkan Pd Emmy padahal hati bersorak Sorai 😂
🤓🤓🤓🤓
up nya rutin dong kak ,sama kyk cnta zara,nih cerita juga bagus 🙏🏻👍🫰🏻
btw, semangat nulisnya dan sehat selalu /Kiss//Kiss/
semoga Gerrad bisa terus melindungi Emilia dari bahaya..
maka dia benar-benar monster
mati! 😃😁
selama wyn blm di kasih syok terapi hidup Emy tidak akan tenang kayanya
kabar Ludwig gimana zaaa