NovelToon NovelToon
Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Bad Boy
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kyure Aamz

Maulana Nevan Ganendra, para sahabatnya sering menyebut lelaki itu dengan sebutan gangster penyayang Bunda. Nevan selalu berhasil membuat orang terkena mental hanya dengan kata-katanya, mulutnya sangat licin seperti lantai yang baru saja di pel.

Tidak ada hari tanpa julit, ibarat kata pepatah hidup Nevan itu seperti sayur tanpa garam jika tidak julit. Sudah galak, julit, tak punya hati pula, lengkap sudah hidup Nevan. Semua berawal saat Nevan mendapat sebuah tantangan konyol untuk menikahi gadis bercadar bernama Nazma.

Nevan memanggil gadis itu dengan sebutan Nanaz, seorang gadis yang hidupnya penuh dengan masalah dan jauh dari kata bahagia.

°°°

"Berhenti kayak gini Nevan, sikap kamu bikin aku kelihatan semakin rendah di mata orang-orang." Air mata Nazma lolos begitu saja. "Boleh aku minta sesuatu."

"Apa?" Nevan seakan terhipnotis dengan tatapan Nazma.

"Jangan bilang aku sok jual mahal lagi, sakit dengernya. Aku emang miskin, tapi orang miskin juga punya harga diri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyure Aamz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

07. Terlalu mendadak

Keesokan harinya Nevan sudah membulatkan tekad untuk berhenti memaksa Nazma menjadi istrinya, mungkin lebih baik Nevan menjadi asisten keempat sahabatnya. Nevan tidak ingin terjebak ke dalam perasaan yang sama, hingga akhirnya ia harus kembali hancur.

"Yakin Pan mau jadi asisten kita? Sebulan loh." Bukannya Calvin tidak yakin, tapi mana mungkin Nevan yang galak akan dengan suka rela menjadi seorang asisten.

"Hem." Nevan sudah sangat malas berbicara.

"Serius? Demi apa? Kalau jadi asisten, gue mau minta lo beli malkist abon setoko." Iqbal menunjuk Nevan dengan penuh semangat.

"Gue mau lo nge-live bareng gue, dan gue mau lo ngomong kalau gue jauuuuh lebih cakep daripada lo." Jeno merapikan poni rambut model koreanya agar terlihat semakin kiyowo dan kece badai.

Sean menatap Nevan cukup lama. "Lo minder sama dia?"

"Dia?" Nevan terlihat bingung.

"Alif." Sean menjawab dengan tenang.

Setelah kemarin Nevan mengatakan jika ada seseorang yang lebih pantas untuk Nazma, Sean pun tidak berhenti memikirkan hal itu. Dan pikirannya pun tertuju pada Alif, nama itu memang cukup populer. Dan setahu Sean, Alif memang sekelas dengan Nazma.

Alif mempunyai wajah yang mendukung, ya meskipun penampilannya agak aneh karena selalu memakai peci hitam. Sebenarnya bukan penampilan Alif yang aneh, tapi sekolahnya yang aneh. SMA Pelita itu tempat dimana hampir seluruh siswanya berandalan semua, seharusnya Alif berada di pesantren bukan di SMA Pelita.

"Gue tahu tuh!" seru Jeno. "Alif kan? Kenal banget gue mah."

"Siapa?" Calvin yang tidak tahu apa-apa kini menatap Jeno.

"Itu loh Alif cepmek, yang sukanya bilang kamu naeeeenyaaa." Jeno tersenyum lebar. "Bestie gue tuh."

"Bukan," sahut Sean.

"Alah si kampret, sok tahu lo!" Calvin menyemprot Jeno.

"Bestie ... dia tahu lo idup aja kagak." Nevan sudah mulai mengeluarkan kata-kata pedasnya.

Iqbal tertawa disela-sela memakan wafer nabati rasa keju miliknya. "Mak jleb nggak tuh."

Untuk saat ini Iqbal beralih rutinitas menjadi maniak nabati, hanya seminggu tidak lebih.

"Balik ke topik, jadi si Alip tuh siapa?" Calvin berganti menatap Sean, jiwa penasarannya mulai bangkit.

"Dia anak kyai Ilyas, beliau punya pondok pesantren namanya Zain al-iman. Jadi secara nggak langsung dia itu gus, dan dia anak tunggal." Sean hanya memberitahukan informasi yang telah ia dapat.

Mendengar hal itu Nevan merasa tidak percaya, tapi mana mungkin Sean berbohong. Belum apa-apa tapi Nevan sudah kalah telak, cukup sadar diri saja jika Alif memang jauh lebih pantas untuk bersanding dengan Nazma.

"Lah, salah server dia mah. Harusnya dia nggak sekolah di sini, isinya aja orang-orang biadab semua," celetuk Jeno.

"Kalau ngomongin salah server, Nazma juga salah server lah. Cuma dia yang pakek cadar di sekolah ini." Benar juga apa yang dikatakan si kampret Calvin.

***

Lagi-lagi Desi dan Loli kembali berulah, saat istirahat kedua orang itu memalak Nazma. Sudah jelas-jelas Nazma itu anak orang yang tidak mampu, masih saja dipalak. Entah ditaruh mana otak kedua orang itu? Seharusnya mereka membantu Nazma bukan malah membuat hidup Nazma semakin berat.

"Gue butuh duit seratus ribu." Desi menyudutkan Nazma di dinding.

"Aku nggak punya uang." Nazma berkata jujur.

"Boong lo!" Loli tidak percaya begitu saja.

"Periksa." Desi memberi isyarat pada Loli lewat mata.

Loli tersenyum dan dengan senang hati memeriksa saku Nazma, gadis itu dengan paksa mengambil uang lima ribu yang ada di saku Nazma.

"Yah cuma goceng." Loli tertawa mengejek.

Desi merebut uang itu dan meremasnya lalu melemparkan ke wajah Nazma. "Receh!"

Nazma berjongkok hendak mengambil uang itu, Desi dengan begitu teganya menginjak kaki Nazma hingga gadis itu tampak kesakitan. Sangat tidak punya belas kasihan, orang-orang yang lewat pun hanya memilih acuh dan tidak mau ikut campur.

"Aa-aa." Nazma memegangi kaki Desi. "Aku minta maaf kalau ada salah."

Desi menyingkirkan kakinya dan ikut berjongkok agar setara dengan Nazma. "Salah lo itu sekolah disini!"

Loli menatap bawah. "Lo itu kecentilan tahu nggak, deket-deket sama Alif. Gatel banget, dia itu jodoh gue!"

Sangat tidak tahu diri, lagipula mana mau Alif berjodoh dengan perempuan seperti Loli.

"Bahkan Nevan aja deketin lo, apa sih yang spesial dari lo. Lo juga ngapain pakek ginian, sok alim." Desi memegang kasar cadar Nazma.

"Udah buka aja tuh kain, gue mau tahu wajahnya dia," kompor Loli.

Desi tersenyum licik. "Boleh juga."

Desi hendak menarik cadar Nazma, namun dengan cepat Nazma mendorong Desi membuat gadis itu terjungkal ke belakang. Nazma langsung berdiri, menurutnya mereka sudah sangat keterlaluan. Selama ini Nazma hanya diam, tapi mereka malah semakin menjadi.

"Sialan lo!" Desi berdiri, gadis itu tampak marah.

Loli diam-diam berhasil mengunci kedua tangan Nazma. "Cepet buka Des."

"Gue tahu lo pasti jelek." Desi memegang pipi kanan Nazma yang terbalut oleh cadar.

Nazma memalingkan wajahnya. "Jangan, aku mohon ...."

Tingkah Desi dan Loli mencuri perhatian beberapa siswa, sejujurnya mereka juga penasaran dengan wajah Nazma. Para siswa itu bersorak agar Desi segera membuka cadar yang dikenakan oleh Nazma.

"Lo denger? Mereka aja penasaran," ujar Desi.

"Nggak, jangan kayak gini." Nazma tidak ingin hal yang selama ini ia jaga hancur begitu saja.

"Mundur semua!" Nevan tiba-tiba datang sendirian.

Nevan yang menggunakan sarung tangan berwarna putih kini menarik kasar tangan Desi membuat gadis itu sedikit mundur ke belakang. Nevan tidak mau kulitnya bersentuhan dengan kulit Desi, najis mungkin.

"Mau ngapain hah? Gue tanya mau ngapain?!" sentak Nevan.

"Lo kenapa sih belain dia terus? Dia itu sok suci." Desi berusaha memberanikan diri.

"Dia yang sok suci atau lo yang terlalu najis tapi nggak sadar diri?" Kata-kata Nevan begitu menyakitkan.

Desi terdiam, ia tidak terima namun hanya mampu mengepalkan tangan. Loli juga tidak berani pada Nevan, dia yang tadinya terlihat begitu berani kini hanya diam seperti benda pajangan.

"Dia nggak sok suci." Nevan menatap Nazma sekilas. "Tapi dia menjaga diri."

Nevan menatap nyalang para siswa yang ada dihadapannya. "Lo pada cowok bukan sih? Ada kejadian kayak gini malah didukung, sampah!"

Aji, siswa kelas tiga yang terkenal berandalan kini berjalan menghampiri Nevan dengan gaya yang angkuh. Tentu saja lelaki itu tidak takut, dia sudah sangat sering berkelahi dan baku hantam adalah makanannya sehari-hari.

"Nggak usah sok pahlawan, lo mau jadi sok alim juga?" Aji memegang salah satu bahu Nevan. "Kalau mau jadi baik, ke pesantren sana. Sekalian dakwah, lo nggak perlu sekolah disini."

Tanpa basa-basi Nevan langsung menendang perut Aji dengan sangat kuat membuat lelaki itu tersungkur.

"Lo yang harusnya ke pesantren, minta rukiyah biar kelakuan lo nggak ngalah-ngalahin setan!" Nevan tersenyum remeh.

Aji berdiri dan langsung memukul wajah Nevan, tentu saja Aji tidak mau diremehkan. Nevan juga membalas memukul wajah Aji, dan terjadilah pertarungan sengit antara mereka. Hanya butuh waktu beberapa menit Nevan berhasil membuat Aji tumbang.

"Lo pikir gue nggak tahu kelakuan busuk lo? Sampah, pindah planet sana!" Nevan benar-benar muak dengan Aji.

Nevan berganti menatap Nazma. "Ayo pergi, jangan di sini. Isinya setan semua."

***

Setelah mengurus Nazma dan membawa gadis itu ke uks, Nevan pergi ke kantin untuk menemui keempat sahabatnya. Tentu saja mereka berempat heran saat melihat luka lebam yang sudah menghiasi wajah Nevan, berbeda dengan Nevan yang saat ini malah duduk dengan santai.

"Gue habis main ... mainin tulang anak orang." Nevan mengerti saat melihat tatapan bingung keempat sahabatnya.

"Lo ya Pan, istirahat ilang gitu aja. Balik-balik muka udah banyak hiasan kayak gitu." Calvin menggeleng pelan.

"Inget kata-kata tante Ajwa Van, lo tuh udah kelas tiga. Kalau tante Ajwa lihat muka lo kayak gitu, entar lo di kasih wejangan," ujar Jeno.

"Gue udah siap dapet wejangan." Nevan berganti menatap Sean. "Gue udah kirim video ke lo, guru-guru suruh ambil tindakan. Gue nggak mau sekolah ini ada bully-bully lagi, kalau ada yang nggak terima bilang suruh duel sama gue."

"Enak nggak sih muka babak belur kayak gitu?" Iqbal mengamati wajah Nevan.

"Sok nanya lagi lo Cil, kalau makan malkist abon baru enak. Gue tahu lo jago karate, nggak usah sok polos lo." Ucapan Calvin membuat Iqbal menyengir lebar.

"Bully?" Jeno mencoba untuk berpikir. "Lo beneran udah suka ya sama Nazma? Cieee ... tapi, lo udah lupain dia Van?"

"Je, gue nggak suka lo bahas dia." Suara Nevan terdengar dingin.

***

Saat pulang Nevan meringis kala melihat wajah datar Ajwa, itu semua pasti karena wajahnya yang terdapat lebam karena berkelahi dengan Aji tadi. Sementara Altair tampak biasa-biasa saja, waktu muda Altair juga sering pulang dengan wajah seperti itu.

"Nevan, kamu berantem?" Sebenernya Ajwa sudah menasehati Nevan berkali-kali agar tidak berkelahi.

Nevan menggeleng. "Nggak berantem Bunda, cuma ngelatih tulang biar makin kuat."

"Nevan---"

Altair memegang lengan Ajwa. "Bentar Wa, aku mau ngomong penting."

Ajwa menghela nafas panjang dan hanya mengangguk pelan, sementara Nevan samasekali tidak terlihat penasaran.

"Siap-siap, besok kamu nikah." Altair berucap tanpa beban.

"Hah?" Tentu saja Nevan terkejut. "Bercanda."

"Serius, kamu mau nikah kan? Ya udah nikah," ucap Altair.

"Nggak, mau nikah sama siapa coba?" Nevan tidak mau di jodoh-jodohkan.

"Nazma namanya, Ayah udah urus semua. Kamu tinggal siapin mental doang."

Nevan lebih terkejut lagi, benarkah itu mungkin Nazma yang sama? Atau mungkin Nazma yang lain? Saat ini Nevan pasti sedang bermimpi, mana mungkin besok dirinya akan menikah dengan Nazma. Ini semua benar-benar terlalu mendadak.

'Gue kan belom ngelakuin apa-apa buat dapetin dia, lagian gue udah nggak mau nikah sama dia. Ini beneran nggak sih?' batin Nevan.

Bersambung...

1
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
wah kejam kali wak
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
maksudnya? kan masih sklh thor
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
hah bukan nya anak sklh belum boleh nikah ya?
Neng Sum
lanjutt kak😄😄
Zaldin Agt
kapan di update?
putri baqis aina
Keren banget thor, semangat terus ya!
hoba
Gemesin banget! 😍
Aono Morimiya
Saya merasa seperti berada di dalam cerita, mengalami segalanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!