NovelToon NovelToon
The One Who Give Me Butterflies Feeling

The One Who Give Me Butterflies Feeling

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Cerita cinta dari masa remaja saat SMU hingga dewasa.
Bagaimana proses pendewasaan terbentuk karena mengenal cinta.
Cinta itu seperti permen dengan berbagai rasa, manis, asam, juga rasa mint yang kadang terasa pedas tapi menyegarkan.

Aku membuat cerita ini tidak dalam bentuk panjang, tidak banyak drama dan bertele-tele.
Cerita fiksi yang berdasarkan detail kebenaran.

Semoga kalian menyukainya.
Full of love from me,
Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Gara-gara mantan

Hari itu, hari aku wisuda. Pagi-pagi aku dan mamaku sudah ke salon berdandan rapi menggunakan kebaya modern. Armand datang membawakan buket bunga di acara wisuda itu. Hari itu juga adalah hari pertama Armand bertemu dengan orangtuaku. Setelah acara wisuda kami makan siang bersama, lalu sorenya Armand pamit pulang kembali ke Jakarta.

Harapanku terkabulkan, aku mendapatkan pekerjaan resmi pertamaku di Jakarta. Kantornya cukup strategis menurutku, dekat dengan salah satu kampus terkenal di Jakarta, jadi memudahkanku untuk mencari kost sesuai budget, juga dekat dengan stasiun kereta, karena tiap weekend orangtuaku memintaku pulang ke Bogor.

Dari awal kepindahanku ke Jakarta, Armand selalu membantuku. Membantuku mencari kost, membantuku ke Bandung membereskan barang-barangku, lalu merapikannya di kost baruku di Jakarta. Setelah selesai dengan urusan kamarku, Armand mengajakku pulang ke rumahnya, untuk makan malam bersama orangtuanya. Aku pertama kali bertemu dengan orangtuanya, mereka menyambutku dengan ramah.

Setelah makan malam selesai, Armand mengajakku melihat kamarnya. Aku melihat-lihat tempelan dindingnya berupa kumpulan foto-foto, tentu saja ada fotoku bersama Armand di dinding itu. Lalu mataku tertarik dengan beberapa foto Armand bersama perempuan manis saling merangkul, kutebak ini adalah mantannya.

"Itu Ita mantanku" Kata Armand sambil memelukku dari belakang.

Aku tahu cerita mantannya, Ita, mereka putus karena beda agama, karena tidak melihat ada ujungnya di masa depan mereka, mereka memutuskan hubungan secara baik-baik. Aku juga tahu, mereka masih suka berhubungan di hari-hari tertentu, seperti ulang tahun, ataupun hari raya, bagiku itu tidak masalah.

"Kamu berapa lama sih Mand sama dia?" tanyaku.

"Sekitar 5 tahunan" jawab Armand.

Dalam hatiku berkata, wah lama banget itu ya.

Lalu Armand membalikkan tubuhku menghadapnya, kamipun berciuman.

"Udah Mand...ada orangtua kamu diruang tamu" Kataku menyudahi ciuman kami.

Armand hanya terkekeh, "Ayo kita ngobrol aja sama mereka sebentar, lalu aku antar kamu pulang".

Suatu saat kudengar dari Armand, papa Ita jatuh sakit terkena serangan jantung. Armand meminta ijin untuk menengok papa Ita dan aku mengijinkannya. Armand bercerita kepadaku kalau dia merasa iba dengan Ita, Ita adalah anak tunggal, kini papanya berada di ICU, masuk ICU berarti harus selalu ada yang menunggu papanya di ruang tunggu ICU. Ita tidak memiliki keluarga lain di Jakarta, keluarga dari papa dan mamanya semua berada di Jawa Tengah. Ita hanya berdua bergantian dengan mamanya untuk menjaga papanya.

Armand meminta ijin untuk sering melihat keadaan Ita atau mamanya. Keluarga Armand dan Ita sangat dekat karena dulu mereka pernah bertetangga, Armand baru jadian dengan Ita, tidak lama setelah keluarga Ita pindah ke wilayah Jakarta yang lain. Dan aku baru tau, kalau dulu yang menentang hubungan mereka adalah papa Ita. Mama Ita dan orangtua Armand tidak masalah jika suatu saat Armand menikah beda agama dengan Ita, tapi papa Armand meminta Armand pindah ke agama Ita, dan Armand tidak bisa melakukan itu.

Saat weekend Armand mengajakku menjenguk papa Ita sambil membawakan makan siang, tentu saja kami hanya di ruang tunggu ICU, hanya Ita dan mamanya yang boleh masuk melihat papa Ita. Disitu aku tidak bertemu Ita hanya bertemu dengan mamanya. Aku beramah tamah dengan mamanya, sambil mendengarkan Armand mengobrol dengan mama Ita. Tidak lama Ita datang, lalu aku diperkenalkan kepada Ita, ya ini pertama kalinya aku bertemu langsung dengan Ita, dia manis juga kataku dalam hati. Kami berempat mengobrol sebentar lalu Armand pamit pulang.

Saat kami hendak meninggalkan ruang ICU kulihat dari jauh orangtua Armand datang mau menjenguk Ita. Aku dan Armand menunggu sebentar orangtua Armand, untuk menyapa dan pamit pulang. Saat kumelangkah menjauh menuju lift yang mengarah parkiran, aku menengok ke arah orangtua Armand. Mama Armand memegang tangan mama Ita. Jika aku bukan pacar Armand, itu adalah pemandangan yang sempurna. Tapi aku jadi sedikit mempertanyakan perasaan Armand, apakah Armand sungguh sudah melepaskan Ita?

Papa Ita dirawat diruang ICU selama seminggu, tapi tim dokter akhirnya tetap tidak bisa menyelamatkan nyawa papa Ita. Armand dan keluarganya selalu membantu Ita, mengurus segala administrasi rumah sakit, dan juga memakamkan papa Ita di Jawa Tengah. Armand dan keluarganya datang ke Jawa Tengah ikut memakamkan papa Ita.

1 bulan berlalu, Armand masih sesekali mengurus keperluan Ita, dan aku mulai merasa terganggu akan hal itu. Seperti halnya malam ini. Seperti biasa, setiap malam Armand akan meneleponku sebelum tidur, lalu ia meminta ijinku sabtu pagi membawa mobil Ita ke bengkel.

"Mand... masa bantuin Ita terus, kan dia harus belajar ke bengkel sendiri dong, lagian ini cuma cek rutin biasa Mand." Protesku pada Armand.

"Fann... tapi kasihan, dia ga ngerti, dia ga pernah sama sekali ke bengkel, pakai mobil aja dia jarang karena belum berani menyetir jauh-jauh" Bela Armand.

"Aku hanya perlu menunjukkan 1x lalu aku akan membiarkan Ita belajar sendiri lain kali" Kata Armand lagi.

Aku masih tidak terima dengan pembelaan Armand, ini bukan hanya masalah bengkel, sebelum bengkel selalu ada alasan untuk membantu Ita. Kamipun akhirnya bertengkar dan memutuskan telepon begitu saja.

Sabtu pagi Armand muncul di depan gerbang kostku, lalu kami masuk kamarku.

"Fann lihat jam, masih pagi kan, kamu aja belum mandi tapi aku sudah selesai urusannya dengan Ita, aku benar-benar hanya menunjukkan caranya setelah itu kutinggal dia di bengkel" Cerocos Armand setelah menutup pintu kamarku.

Lalu kami mulai berkelahi lagi. Sampai akhirnya kami berdua sama-sama terdiam.

Kali ini aku mulai berbicara dengan nada setenang mungkin.

"Mand ... kalau Danny sering berada didekatku meski hanya sekitar 15 menit, tapi itu terjadi berulang kali, bagaimana perasaanmu?"

"Tapi ini kondisinya berbeda Fann, aku tahu dia harus bisa mandiri, tapi dia masih syok ditinggal papanya, aku kan ga tega Fann" kata Armand.

"Lalu kamu mau aku bagaimana Fann?" Kata Armand lagi.

"Aku mau kamu ga ketemu sama Ita, apa kamu bisa?" Tanyaku.

Lalu aku melanjutkan pembicaraan lagi, "Kamu masih bisa bantu dia, tapi cukup melalui WA atau telepon saja, tidak perlu bertemu".

Armand terdiam sesaat, lalu mengiyakan permintaanku. Kami berbaikan, Armand memelukku erat, lalu mencium bibirku, ia menggigit bibirku memintaku membuka mulutku. Kami berciuman hanya sebentar, aku lalu mendorongnya menjauh, dengan alasan sudah mulai lapar dan mengajaknya pergi keluar makan siang. Selesai makan siang, Armand pamit pulang, mungkin karena melihat moodku yang masih jelek, jadi dia ingin memberi ruang bagi kami masing-masing.

Hubungan aku dan Armand membaik semenjak pertengkaran itu. Aku masih mendengar nama Ita disebut disela sela kencan kami ataupun pembicaraan kami, tapi selama Armand hanya membantunya melalui telepon aku berusaha mengerti situasinya.

Suatu saat aku dan Armand memutuskan kencan seharian, kami pergi sarapan, siangnya menonton film lalu berjalan jalan di taman, dan makan malam bersama. Kami memutuskan hanya makan malam di taman jajan tidak jauh dengan taman tempat kami berjalan jalan tadi. Karena Armand sudah seharian ini membayar semua pengeluaran kami, aku berinisiatif untuk membayar makan malam ini, saat Armand pergi mencari toilet. Setelah selesai membayar, datang pengamen menghampiri mejaku, karena tidak punya uang kecil aku memutuskan membuka tas kecil Armand tempat ia meletakkan dompetnya, dan mengambil uang kecil dari dompet Armand. Sambil menunggu Armand kuputuskan melihat-lihat foto yang ada di dompet Armand. Foto paling depan adalah fotoku bersama Armand waktu wisuda, kemudian ada fotoku bersama Armand beberapa waktu yang lalu kami ke photobox salah satu mall, lalu ada foto Armand dan Ita. Ya aku pernah melihat foto itu dikamar Armand dulu waktu aku datang kerumahnya, itu memang bukan foto baru, foto lama waktu mereka masih berpacaran, tapi buat apa Armand menyimpannya di dompet.

Lalu kurapikan dompet Armand dan kumasukkan kembali ke dalam tas kecilnya.

"Mand...tadi aku buka dompet kamu, terus ambil uang kecil kamu buat bayar pengamen" Kataku pada Armand.

"Iya ambil aja ga apa apa, yuk kita pulang, aku bayar dulu" Kata Armand.

"Tadi aku udah bayarin kok, gantian, kan kamu tadi seharian yang bayar".

Sepanjang perjalanan menuju parkiran mobil, aku sungguh ingin marah, cuma ga lucu kalau aku harus teriak di tempat ramai seperti ini jadi kutahan sampai masuk mobil.

Sudah 1 bulan ini Armand bertransportasi menggunakan mobil kantor. Saat berada di dalam mobil langsung kukatakan kepadanya:

"Jangan jalan dulu Mand, kita di parkiran dulu sebentar."

"Kamu tau kan tadi aku buka dompetmu", aku memulainya dengan nada yang agak tinggi karena menahan marah.

"Ya, terus kenapa" Tanya Armand bingung.

"Kok bisa kamu masih simpan foto Ita di dompetmu" Kataku setengah berteriak.

"Lah aku lupa ada fotonya disitu" Kata Armand.

"Mana ada lupa sih Mand, itu ada foto yang baru kita ambil sekitar 1 bulan yang lalu diphotobox, masa kasih alesan lupa" Ujarku menahan marah dan mau menangis.

"Ya lagian ga perlu teriak begitu, tadi kamu bilang sendiri ada foto kita juga disitu" Kata Armand.

"Heh, kita jadian udah berapa lama, masa kamu masih nyimpen foto mantan, yang benar saja, bego apa aku ini", lalu kumelanjutkan pembicaraan lagi, "Kamu masih belum bisa lupain Ita kan, mangkanya kemarin kamu selalu sibuk ngurus dia" Kali ini aku berbicara sambil menahan air mata yang sudah menetes ke pipiku.

"Fann, mana ada begitu, kan aku udah nurutin kemauan kamu, aku udah ga pernah ketemuan sama Ita, lagipula kalau aku bantu dia juga selalu bilang kamu" Kata Armand melakukan pembelaan.

"Sudahlah Mand... aku butuh waktu sendiri, ga usah antar pulang, jangan datang ke kostku juga" Kataku marah kepada Armand .

"Ok" Kata Armand setengah berteriak juga, marah kepadaku.

Aku meninggalkan Armand di tempat parkir dan segera mencari taksi pulang ke kost.

Selama 1 minggu aku putus komunikasi dengan Armand, aku juga meminta pendapat teman-temanku kantorku dan group teman SMU ku, ya aku masih berhubungan sangat baik dengan Dian, Nadia, Angga dan Bea, sesekali kami masih suka ketemuan dan jalan bareng.

Semua teman-temanku mengatakan aku wajar marah kepada Armand, tapi mengenai apa aku perlu putus dengan Armand, ada yang mengatakan ya ada pula yang tidak setuju.

Apa aku sebaiknya memutuskan Armand saja, semua temanku mengatakan aku wajar marah kepadanya, berarti aku bukan cewek irasional kan, apa mereka mengatakan itu karena mereka adalah temanku jadi mereka pasti berada dipihakku. Tapi aku masih cinta sama Armand, apa mungkin aku terlalu bersikap berlebihan kalau minta putus hanya karena foto. Tapi ini bukan pertengkaran yang pertama gara-gara Ita. Aku sungguh pusing harus bagaimana. Mungkin sebaiknya aku putus saja.

Armand meneleponku sabtu sore, mengajakku ketemuan makan malam sambil membicarakan pertengkaran kami.

Aku menolaknya, aku takut hanya akan menangis terus dihadapannya dan luluh pada sikapnya lalu akhirnya memaafkannya karena masih mencintainya dan melupakan ada Ita diantara kami. Aku meminta Armand membicarakan masalah kami melalui telepon saja.

"Fann... jadi bagaimana soal kita, kamu maunya apa?" Itulah kalimat pertama yang Armand ucapkan, bahkan dia tidak meminta maaf.

"Kamu sendiri maunya bagaimana Mand?" Aku balik bertanya, berharap dia meminta maaf dan minta melupakan semua ini.

"Aku ga tau Fann" Kata Armand lalu terdiam.

Aku berkata dalam hati, bahkan dia ga tau maunya apa.

"Apa kamu benar ga tau Mand?".

Armand tetap terdiam mendengar pertanyaanku. Tadinya aku mau bertanya, apa dia masih mencintaiku, tapi aku takut dengan jawabannya dan memutuskan untuk tidak bertanya.

"Mand... aku bahagia bersama kamu Mand, aku mensyukuri menjadi bagian dari kamu, meski kita suka bertengkar tapi aku tidak pernah menyesal mengenal kamu".

"Tapi aku takut akan terus bertengkar mengenai masalah yang sama, aku takut tidak bisa mempercayaimu lagi jika menyangkut soal Ita, Mand".

"Mungkin ini saatnya kita istirahat, dan menjalani hidup masing-masing dulu, bagaimana Mand?" Tanyaku.

"Apa maksud kamu, kamu mau kita putus aja Fann?" Tanya Armand.

"Ya Mand, tadinya aku bingung harus bagaimana, tapi pembicaraan kita sekarang membuatku yakin untuk putus saja, kamu juga udah cape untuk terus bertengkar denganku kan Mand".

"Aku tahu kamu juga merasa kecewa dengan sikapku kan Mand" Kata ku terbata bata sambil menangis.

"Fann..." Lalu Armand terdiam sejenak baru melanjutkan kata katanya lagi, "Maafkan aku".

"Aku sudah memaafkanmu Mand"

"Bye Mand" Lalu aku mengakhiri pembicaraan kami.

Ya, aku sudah memaafkannya, saat ini aku sudah tidak marah, saat ini aku merasa sangat sedih kehilangan Armand. Aku berpikir, jika semua sudah tenang, dan ternyata Armand tidak ada hubungan apa-apa dengan Ita, mungkin kali ini aku yang akan mengejarnya dan menembaknya. Ya begitulah pikiranku saat itu, karena sebenarnya aku tidak mau kehilangan Armand, cuma pikiran logisku berkata, Armand bukan milikku seorang.

1
Jayrbr
Jiwa saya terkoyak!
fien: terima kasih kakak 🥰
total 1 replies
Ignacia belen Gamboa rojas
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Terima kasih banget thor!
fien: waahhh seneng banget dengernya. nantikan bab selanjutnya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!