Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Prolog

Lima pemuda baru saja memasuki area sekolah, kelima orang itu jalan berjejer dengan Nevan yang berada di barisan paling tengah. Maulana Nevan Ganendra, beberapa orang menyebutnya sebagai gangster.

Padahal gangster itu sebutan untuk orang jahat, sebenarnya Nevan tidak jahat. Hanya saja Nevan kejam dengan orang-orang yang di anggap musuh, jika tidak diusik Nevan juga pasti tidak akan mengusik orang.

"Lihat-lihat, gini nih kalau cewek nggak pernah lihat yang cakep-cakep." Dia adalah Jeno si youtubers muda, lelaki itu mengarahkan kamera ponselnya ke arah para gadis yang berbaris hanya untuk melihat Nevan dan ke empat sahabatnya.

"Ambil foto kok pakek hp, pakek komputer lah." Calvin, sahabat Nevan yang paling gila berkomentar.

Jeno melirik sinis Calvin. "Nggak sekalian pakek panci."

"Yan, ke kantin beli malkist abon." Iqbal, sahabat Nevan yang mempunyai sebutan maniak malkist.

"Masih pagi." Sean begitu sabar, dia adalah anggota yang paling kalem dan muda.

Nevan berdecak pelan. "Lo pada bisa kalem nggak? Les privat sama Sean biar akhlak lo pada nambah."

Tatapan Calvin begitu polos. "Berarti akhlak kita dikit ya Bos?"

"Masih perlu gue jawab? Bukan dikit tapi nggak ada." Ucapan Nevan begitu menyakitkan.

Calvin memasang wajah memelas seakan telah tersakiti, sementara Jeno samasekali tidak peduli dan sibuk dengan ponselnya. Yang terpenting bagi Jeno adalah tiktok, youtube, followers, subscribe, like, dan komen.

Di antara kelima orang itu hanya Sean dan Iqbal yang memakai baju masuk, sementara yang lain bajunya di keluarkan. Kelima orang itu menempati kelas yang sama dengan Sean sebagai ketua kelas.

"Bos, selera cewek lo yang kayak gimana?" Calvin menatap jejeran para gadis.

"Yang kalau di maki nggak marah, yang kalau di sakitin senyum, yang nggak baperan, nggak boleh cinta dan kagum sama gue, dan pastinya nggak banyak omong." Syarat Nevan sangatlah sulit.

"Kalau nggak cinta sama lo pasti nggak mau sama lo lah Bos." Otak Calvin terasa buntu.

"Mana cewek yang nggak tertarik sama gue? bawa sini biar gue kawinin." Nevan berucap tanpa beban.

"Nih Iqbal, dia nggak tertarik sama lo." Calvin menarik pelan tangan Iqbal.

"Apa?" Iqbal tampak bingung.

"Nevan mau kawin sama Iqbal? What, sini gue videoin biar viral." Kini Jeno malah ikut-ikutan.

"Sabar." Sean menatap Nevan yang tampak tertekan.

***

Semua murid sudah duduk di bangkunya masing-masing, semua berpakaian rapi kecuali Nevan, Calvin, dan Jeno. Guru belum datang membuat Iqbal sibuk memakan malkist abon miliknya. Sean berdiri menatap tiga pelaku yang tidak berpakaian rapi.

"Masukin seragam kalian." Ucapan Sean begitu singkat.

"Nggak." Nevan menentang keras memakai baju masuk, karena itu bisa menghilangkan kesan keren dalam dirinya.

"Gue ngikut si Bos lah." Hobi Calvin adalah meniru apapun yang di lakukan oleh Nevan, dia pengikut Nevan garis keras.

"Baju masuk tuh jelek, nggak suka gelay." Jiwa tiktok ayahnya menurun pada Jeno.

"Yang rapi dong kayak gue." Iqbal menyombongkan diri dan memasang wajah sok tampan.

"Bocah malkist diem," sahut Calvin.

Sean menunjukkan kertas yang berisi peraturan. "Wajib berpakaian rapi, tidak boleh memakai baju keluar."

"Nggak boleh pakek baju keluar?" Nevan tiba-tiba berdiri.

Baik Jeno, Calvin, Iqbal, maupun Sean menunggu apa yang akan di lakukan oleh Nevan. Lelaki itu tiba-tiba membuka kancing seragam nya satu persatu lalu melepas seragam yang di kenakannya hingga tersisa kaos polos yang melekat di tubuhnya.

"Anjaaay, lo ngapain dah Bos?" Calvin tampak terkejut.

Semua gadis menatap ke arah Nevan namun tidak berani untuk memuji, mereka takut dengan kata-kata Nevan yang kelewat pedas dan bisa menyakiti mental siapapun.

"Nggak boleh pakek baju keluar kan? Ya udah gue nggak pakek." Nevan menatap datar Sean.

Sean tercengang. "Ya nggak gitu konsep nya."

"Wah." Iqbal berhenti memakan malkist dan bertepuk tangan dengan suara pelan.

"Van gue videoin nih biar tante Ajwa tahu," ujar Jeno.

Nevan melotot. "Heh! Mau gue panah ginjal lo!"

***

Saat perjalanan ke kantin Nevan baru sadar jika gantungan kunci yang biasa ia gantung di casing hp nya hilang, lelaki itu baru tahu karena baru saja mengeluarkan ponselnya. Itu adalah gantungan kunci berbentuk es krim, benda tersebut sangat istimewa.

Gantungan kunci itu adalah hadiah ulang tahun dari Ajwa di tahun kemarin, Ajwa sangat tahu jika putranya begitu menyukai es krim dari kecil. Nevan mencari gantungan kunci itu di saku nya tapi ia tidak menemukan benda tersebut.

"Nyari apa?" Sean selalu peka pada lingkungan sekitar.

"Bentar." Nevan tiba-tiba berhenti.

Keempat sahabat Nevan ikut berhenti dan memperhatikan Nevan.

"Nyari apa sih?" Jeno terlihat penasaran.

Nevan menatap Jeno. "Gantungan kunci gue nggak ada."

"Yang hadiah dari tante Ajwa itu ya?" Pertanyaan Calvin langsung di angguki oleh Nevan.

"Demi roma malkist, kok bisa ilang?" Hidup Iqbal selalu berkaitan dengan malkist.

"Mau kita bantu nyariin?" tawar Sean.

"Nggak perlu, gue cari sendiri aja." Nevan lalu pergi begitu saja.

Nevan menyusuri koridor, bahkan ia rela menatap bawah untuk mencari gantungan kunci tersebut. Andai itu barang lain Nevan pasti tidak perlu repot-repot seperti ini, bahkan lelaki itu mungkin tidak peduli dan lebih memilih membeli yang baru.

'Kemana ya, masa jatoh?' batin Nevan.

Nevan menatap tajam gadis yang berani menatapnya secara terang-terangan, ia tidak suka di tatap wanita dengan tatapan kagum dan penuh cinta. Bahkan ia tidak suka dekat dengan wanita, kecuali orang tertentu saja termasuk Ajwa dan Aylin.

"Kenapa pakek acara ilang sih? benda mati aja ngrepotin. Awas aja tuh gantungan kunci kalau ketemu, gue julitin habis-habisan.' Di saat seperti ini Nevan sempat-sempatnya julit

***

Di sisi lain seorang gadis bercadar sedang berjalan di koridor sambil menunduk, penampilannya membuat gadis itu dipandang aneh karena dia adalah satu-satunya gadis yang memakai cadar.

Gadis itu bernama Nazma Alisha, di tambah lagi Nazma hanya seorang siswi beasiswa membuat dirinya di pandang rendah oleh orang-orang. Jujur saja Nazma risih dengan tatapan itu, tatapan orang-orang yang begitu tidak menyukainya.

"Heh lo!" seru seorang laki-laki.

Nazma berhenti sejenak dan menatap orang itu, tubuhnya mematung saat mengetahui jika orang itu adalah Nevan. Lelaki yang terkenal kejam, pernah membuat tulang seseorang patah dan berujung di rumah sakit.

Nevan juga terkenal suka memalak, ia juga sering kabur di jam pelajaran, dia adalah ketua dari sebuah kelompok yang bernama Jevister. Seluruh murid tahu siapa itu Jevister, kelompok itu tidak suka di tentang apalagi dibicarakan secara diam-diam.

Mereka tidak tahu saja jika Jevister bukan kelompok yang seperti itu, mereka tidak sejahat dan sekejam itu.

"Heh lo, cewek yang pakek cadar!" Nevan kembali bersuara.

Nazma langsung berbalik arah dan berjalan dengan langkah cepat, gadis itu tidak ingin berurusan dengan Nevan. Sudah cukup setiap hari dia menjadi bahan bully, ia tidak mau menambah beban hidupnya dengan mengenal Nevan dan berada di dekat lelaki itu.

"Woi jangan kabur!" Nevan berdecak pelan.

Nevan berjalan ke arah tempat berdiri Nazma tadi, ia mengambil gantungan kunci yang ada didekat sepatutnya.

"Padahal gue cuma mau minta tolong ambilin gantungan kunci."

"Malah kabur, emang gue setan apa. Bener-bener kurang ajar tuh cewek." Nevan memasukkan gantungan kunci itu ke saku celana nya.

Nevan menatap Nazma yang sudah menghilang dari pandangannya. "Jadi keinget Bunda."

'Tuh kan jadi kangen, pengen peluk, pengen diperhatiin.' Nevan mengusap wajahnya frustasi, ia selalu menjadi kucing anggora saat berada di dekat Ajwa.

"Tapi kan ada Tuyul, pasti lebih sayang sama si Tuyul." Wajah Nevan terlihat kesal, yang di maksud oleh Nevan adalah adik laki-laki nya yang berumur lima tahun.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!