NovelToon NovelToon
Dia Lelakiku

Dia Lelakiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Menikah dengan seseorang yang di cintai adalah impian semua orang, sama seperti Meta yang akhirnya bisa bersanding dengan lelaki yang ia cintai sejak kecil— Dipta.

Namun setelah menikah sikap Dipta yang dulu hangat, berubah semakin dingin dan tak terjangkau.

Meta tak tahu kenapa!

Namun akhirnya sebuah rahasia besar terungkap, membuat Meta bimbang, haruskah dia melepaskan orang yang ia cintai agar bahagia.

Atau membuktikan pada Dipta bahwa kebahagiaan lelaki itu ada padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaan aneh Jelita

"Mas Ale kenal sama mamihku?"

Ale menatap Meta dalam. Banyak yang dia pikirkan, tapi tak mampu dia ungkapkan.

"Kami tetangga, jadi ngga aneh kalau saling kenalkan?" kelakarnya mengalihkan kecemasan Meta, meski di rasa kurang berhasil.

"Jangan bilang kalau Mamih aku juga pasien Mas Ale," jawab Meta yang tak bisa di bohongi.

"Aku tahu mamih ngga bahagia sama Papih, tapi aku ngga tahu juga apa yang buat mamih bertahan. Mungkin semua salah aku," lirihnya.

"Hei kenapa kamu menyalahkan dirimu. Mereka punya masalah, kalau kamu belum tahu, mungkin ibu Liliana belum mau bercerita padamu. Sabarlah."

Meta tersenyum lalu mengangguk. Dia memang merasa selalu mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orang tuanya.

Dirinya ingat saat dia remaja, dia tak sengaja mendengar kedua orang tuanya bertengkar dan sang ibu menangis sambil mengatakan ingin berpisah.

Meta tak pernah tahu apa masalah keduanya. Meski sampai sekarang, dirinya pun penasaran dengan kemunculan Jelita yang tiba-tiba di keluarganya.

Yang dia tahu Jelita adalah kakaknya yang lama tinggal di kota yang sama dengan neneknya, begitulah cerita mereka.

Namun dari cara sang ibu menatap Jelita, Meta menyadari kalau sorot mata itu bukanlah seperti sorot mata sang ibu ketika menatapnya.

Meta merasa sang ibu memiliki kebencian tersendiri pada Jelita, yang Meta juga tak mengerti karena apa.

"Ya udah, sebaiknya kamu masuk. Aku juga harus kembali ke Jakarta, apa ada yang kamu inginkan? Malam nanti aku kembali ke sini," tawar Ale.

Meta menggeleng, "ngga mas, makasih ya udah kasih aku sarapan gratis, kalau mas Ale minta imbalan yang sama, maaf, aku ngga bisa masak," kelakarnya.

"Kamu ini," balas Ale sembari mengusap kepala Meta.

Perasaan Meta cukup tenang, kini dia tengah memikirkan bagaimana menghadapi masalahnya dengan sang suami.

Meta kemudian mengabari Kiran melalui email karena tak mungkin dia menyalakan ponselnya.

Kiran di seberang sana terkejut karena Meta yang sejak pagi tak bisa dia hubungi, tiba-tiba mengirim pesan padanya, meski melalui Email kantor.

[Kamu baik-baik aja Met?]

[Aku cukup baik Ran, tapi aku butuh waktu menenangkan diri. Maaf kalau aku enggak profesional. Nanti desainnya aku kirim melalui email, ok? Kamu tenang aja, aku pasti kerjain tugasku]

[Jangan di paksakan, istirahatlah. Kalau ada masalah, kamu bisa cerita padaku]

Meta hanya membalas ok saja untuk menjawab kekhawatiran atasan sekaligus rekannya itu.

Meta tak berani menganggap Kiran sebagai sahabat, mungkin karena rasa traumanya di khianati sang sahabat, membuat Meta sedikit berhati-hati saat ini dalam menceritakan masalahnya.

Meta mengakhiri percakapannya dengan Kiran, karena dia tak mau mengganggu teman sekaligus atasannya itu.

Setelahnya, dia kembali membuat gambar desain pakaian sesuai janjinya pada Kiran.

Meski perasaannya sedang kacau, dia bersyukur ada tempat untuk mengalihkan pikirannya.

Meta bertekad akan bersungguh-sungguh dalam bekerja, setidaknya dengan mendisain dia bisa kembali mengasah kemampuannya.

Saking fokusnya bekerja, Meta tidak sadar jika waktu telah beranjak sore.

Saat hendak mengirim hasil gambarnya, Meta sedikit terkejut karena Karin mengirim pesan sejak tadi.

[Kamu pergi dari rumah Met? Tadi suamimu datang mencarimu ke sini. Aku benar-benar ngga tahu di mana kamu sekarang.]

[Kamu baik-baik aja kan?]

Meta menghela napas panjang, dia memang hanya izin pada Kiran tidak dapat datang ke butik tapi tak menceritakan alasannya.

[Maaf ya Ran, jadi ngelibatin kamu. Aku belum bisa cerita sekarang, tapi aku baik-baik aja.]

Dia merasa heran karena tak menyangka Dipta akan mencarinya sampai ke tempat kerja. Sepertinya Dipta putus asa hingga mencarinya ketempat Kiran. Meta yakin jika Dipta tahu jika dirinya tak mungkin pulang ke rumah orang tuanya.

"Sepertinya aku harus pulang, jangan sampai masalah ini berlarut-larut."

"Tapi akan di bawa kemana rumah tangga kamu ini Met?"

.

.

Selesai bertemu klien, Dipta segera berlalu ke butik milik Kiran, di mana Meta bekerja di sana.

Dia sampai di sebuah butik mewah yang membuat Dipta menggeleng tak percaya.

Meta terlahir dari keluarga kaya, bahkan saat ini ayah mertuanya memiliki sebuah perusahaan.

Namun herannya sang istri justru memilih bekerja dengan orang lain.

"Selamat sore," ucap Dipta pada pelayan toko yang berdiri depan pintu masuk.

"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?"

"Maaf saya ingin menemui owner di sini, Bu Kiran," jawab Dipta langsung.

"Bu Kiran? Apa bapak sudah ada janji temu?"

Dipta kelimpungan, dalam hati ia merutuk, apa bertemu dengan pemilik butik aja sesulit ini?

"Belum, katakan saja saya suami dari karyawannya— Meta," jelas Dipta.

"Bapak suami Ibu Meta?" ucap Sang pelayan tak percaya.

Dipta menggaruk tengkuknya, kembali ia menggerutu dalam hati. Apa Meta mengaku single?

"Tunggu sebentar ya Pak, saya temui ibu Kiran terlebih dahulu."

Dipta mengangguk dan memilih duduk di sofa tempat menunggu para pengunjung.

Tak lama pelayan tadi kembali dan mempersilakan dirinya untuk masuk ke ruangan atasannya.

"Selamat sore Pak," sapa Kiran berusaha tenang sembari mengulurkan tangan pada Dipta.

Dipta menyambutnya sekilas lalu duduk saat di persilakan oleh atasan sang istri.

"Dengan bapak siapa?"

"Panggil saya Dipta aja Bu Kiran. Maaf kalau kedatangan saya mengganggu."

"Ah, enggak papa Pak Dipta, ngomong-ngomong ada yang bisa saya bantu Pak?"

Dipta sedikit bimbang, jika dia bertanya pada atasan sang istri dia khawatir Kiran akan berpikiran buruk tentangnya.

Namun, dia tak punya pilihan lain lagi untuk mencari keberadaan sang istri. Dipta hanya berharap jika dirinya bisa memiliki secercah harapan di sana.

"Maaf kalau membawa urusan pribadi ke kantor Bu Kiran. Saya dan Meta istri saya sedang ada masalah, saya tahu dia ngga mungkin datang bekerja. Apa boleh saya tahu, ke mana Meta izin pada ibu?"

Kiran mengernyitkan dahi, Meta memang izin padanya tapi tak menceritakan alasannya secara spesifik.

Apa karena masalah rumah tangga lalu Meta kabur. Mendadak Kiran merasa cemas pada karyawannya itu.

"Meta memang izin pada saya Pak, tapi saya ngga bertanya dia sedang berada di mana," jawab Kiran jujur.

"Oh, kalau begitu saya minta maaf Bu Kiran, maaf sudah mengganggu waktu ibu," jawab Dipta yang sudah tak enak hati.

"Ngga papa pak, saya yang minta maaf, semoga masalah kalian bisa segera di selesaikan ya."

"Amin, terima kasih Bu Kiran. Kalau begitu saya permisi."

Dipta memilih buru-buru berlalu dari sana, karena merasa malu. Dia merasa benar-benar tak punya muka di hadapan Kiran, karena mencari keberadaan sang istri padanya.

"Kamu di mana sih Met!" gerutunya kesal.

Dipta memilih segera menuju ke rumah sakit tempat Jelita di rawat. Setidaknya dia janji jika Jelita akan pulang hari ini.

"Halo sayang, gimana keadaan kamu?" tanya Dipta mesra tak lupa dia juga memberikan sebuket bunga mawar merah untuk sang kekasih.

"Makasih sayang. Kata Dokter aku udah bisa rawat jalan, asal aku harus teratur makannya," jelas Jelita.

"Ya, itu memang harus. Bagaimana kalau nanti aku membayar seseorang untuk menjagamu di kosan?"

Jelita menggigit bibir bawahnya. Dia suka dengan segala perhatian sang kekasih. Namun bukan itu yang dia harapkan dari Dipta.

"Ada apa hemm? Ada yang ingin kamu katakan?" tebak Dipta gemas.

"Kalau kamu bayar orang untuk menjagaku di kosan, rasanya agak kurang nyaman. Bagaimana kalau sementara waktu aku tinggal di rumahmu dulu? Bolehkan?" pintanya.

Dipta membelalak tak percaya. Benarkah wanita di hadapannya itu adalah Jelita? Wanita yang selalu dia anggap berpikiran dewasa, bisa meminta sesuatu yang sangat aneh saat ini?

.

.

.

Lanjut

1
Teh Euis Tea
akhirnya dipta tahu jg kebusukan bpknya dipta dan ibunya jelita
Lovita BM
diamnya wanita ,akan jd malapetaka yg menyakitinya berkali² ,
aqil siroj
tet tottttttttt.... 😄😄😄
ini belum senjata pamungkas ya 😀
Soraya
nex
Devi ana Safara Aldiva
jadi nggak respect untuk melanjutkan baca novel ini low si meta trus dengan dipta
Teh Euis Tea
meta biarkan aj terbongkar semua buar ibunya dipta tau sekalian
Lovita BM
ternyata org terdekat penjahat dan iblis sebenarnya
Viela
rasakan kau jelita.....
aqil siroj
meta meta udah disakitin begitu masih aja dipertahankan.... lama lama be go juga si meta...
Teh Euis Tea
nah kan bener si jelita di kerjain si james, si james ternyata biadab jg beruntng bkn vera yg di rusak
Soraya
dipta mg plin plan
Lovita BM
nah ,gtu kyk Dave teges gk plin plan ,
kasihan meta makan janjimu .
aqil siroj
dufudu.... mampussss
Viela
itulah konsikuensinya tukang selingkuh lho....
Soraya
lanjut thor
Devi ana Safara Aldiva
semoga meta tidak sampai punya anak sama dipta
aqil siroj
duh si jelita masuk kandang singa
Yumi Suryani
keren
haruka
Mudah mudahan Meta lepas dari Dipta, cowonya ga py pendirian
Lovita BM
Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!