Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Mini market pagi ini dibuat heboh oleh berita kenaikan jabatan Ima. Ada yang bersikap biasa - biasa saja,ada yang turut bahagia bahkan ada yang tidak suka melihat orang lain lebih maju.
Salah satu yang paling tidak sakit adalah Lina. Hatinya terasa panas,telinganya terasa terbakar mendengar sebagian teman - temanya memuji Ima.
"Gila,si Ima naik level." ujar salah satu karyawati.
"Iya ya. Aku juga mau kaya gitu." timpal karya2ati yang lain.
"Kok bisa,ya? Padahal dia itu kan anak baru. Atau jangan - jangan ia pakai pelet kali ya." julid karyawati yang lain.
"Bisa jadi sih menurut kalian kok bisa anak baru sebulan kerja tiba - tiba di angkat jadi sekretaris bos kalau ga pake gituan." timpal yang lain menambah panas hati Lina.
"Hus ga baik berprasangka buruk sama orang lain. Apa kalian punya bukti. Jangan sampai perkataan kalian jadi bumerang bagi kalian sendiri." selak Susi yang tidak suka temanya di jelek - jelekkan.
"Ups.....disini ada temanya toh." Lina tertawa sini kearah Susi dengan sorot mata tidak suka musuhnya di bela.
"Aku disini cuma meluruskan. Emang kamu punya bukti jika Iam main pelet?" Susi akhirnya tersulut juga emosinya mendengar perkataan Lina yang selalu menghina dan menjelek - jelekkan orang lain.
"Ada apa kalian ribut - ribu disini,sana kembali ketempat kalian masing - masing tegur Bella selaku pengawas.
Sebenarnya ia juga merasa heran kenapa Ima yang notabene anak baru kok bisa di jadikan sekretaris pak Bimo. Kenapa bukan dia saja yang jelas - jelas orang lama dan cukup tau mengenai mini market.
Sementara itu Ima merasa gugup dan tegang di hari pertama menjadi sekretaris Bimo. Ia merasa takut tidak bisa menjadi sekretaris seperti harapan Bimo.
"Pagi,pak." sapa Ima saat Bimo mau masuk keruanganya. Bimo cuma melihat Ima sekilas lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Ima dibuat serba salah melihat sikap dingin Bimo.
"Kamu mau berdiri kaya patung saja disana,ayo ke sini?" perintah Bimo membuat Ima kaget apalagi suara Bimo barusan cukup keras.
"Baik,pak." Ima berjalan ke arah Bimo. Ia bingung apa yang mesti ia lakukan.
"Ini tolong kamu pelajari, sekalian tolong buatkan jadwal saya." Bimo menyerahkan sebuah map yang lumayan tebal. Ima menerima map tersebut.
"Maaf,pak. Untuk meja kerja saya dimana ya?" tanya Ima bingung mau mengerjakan tugas dari Bimo tapi tidak ada meja.
"Kamu kedepan saja,nanti disana ada khusus meja buat kamu.." jawab Bimo sambil memainkan ponselnya. Ia terlihat tersenyum entah ada apa didalam ponselnya itu sehingga Bimo senyum - senyum sendiri.
Tidak mau mendapat teguran dari bosnya. Ima buru - buru keluar dari ruangan Bimo dan benar saja didepan ruangan Bimo sudah ada meja yang lengkap dengan peralatan yang ia butuhkan nanti untuk bekerja.
Ima merasa takjub,dalam sekejap mata semuanya sudah ada. Memang enak jadi seorang bos,dengan sekali jentikan jari semua yang di inginkan akan terwujud.
Mata Ima menyapu semua meja dan peralatannya. Perlahan ia mencoba duduk di kursi yang terasa sangat empuk di b*k*ngnya.
Tangannya mulai menyalakan komputer yang sudah tersedia. Ima mulai serius memeriksa dan mempelajari map yang tadi diserahkan Bimo. Sesekali ia juga memeriksa file - file yang sudah tersimpan di dalam komputer.
Lelah itulah yang dirasakan Ima,ia kira menjadi sekretaris itu kerjaannya ringan. Tapi malah lebih berat dari pada menjadi seorang kasir.