Gadis Barbar Mengejar Cinta

"Jelaskan semuanya pada kami Alena!" Tuntut pria paruh baya itu dengan sorot matanya yang tajam.

"Ganti rugi untuk apa? Dan darimana kau mendapatkan uang sebanyak ini Alena?"

Tanya Ryan penasaran. Darimana Alena mendapatkan uang sebanyak itu?.

Ryan hanya memberi uang jajan sebesar 5 ribu rupiah perharinya untuk sang putri selama beberapa hari terakhir ini.

Bukannya pelit, tapi hal itu Ryan lakukan sebagai bentuk hukuman untuk Alena.

Kepala Ryan serasa mau pecah karna saking banyaknya tetangga yang minta ganti rugi padanya akibat ulah Alena hampir setiap harinya.

Ada yang minta ganti rugi karna hewan peliharaannya tertabrak gadis Barbar itu saat mengendarai motor kesayangannya dengan ugal-ugalan.

Ada juga yang minta ganti rugi karna tanaman mereka terlindas ban motor yang Alena kendarai. Ada saja ulah yang Alena lakukan setiap harinya.

Karna itulah Ryan memutuskan untuk menjual motor milik gadis barbar itu, sebelum ada korban lain lagi.

Dan semua uang penjualan motor itu Ryan sumbangkan pada yang membutuhkan atas nama Alena. Dengan harapan kesalahan-kedalahan yang telah Alena buat akan termaafkan.

"A-anu abbi, tadi pagi aku gak sengaja nabrak mbak Marwah sampai bakul jamunya jatuh. Jadi aku pinjem uang Abraham untuk bayar ganti rugi pada mbak Marwah"

Dusta Alena. Ia tak punya alasan lain, jadi terpaksa membawa nama Abraham.

"Huhf! Disaat seperti ini dia malah menghilang lagi. Dasar pengecut!"

Rutuk Alena di dalam hatinya. Ia baru sadar kalau Abraham tidak ada di rumanya sekarang. Padahal pria itu sudah seperti parasite yang selalu menempel kepadanya hampir setiap saat.

"Memangnya berapa uang yang kamu pinjam dari Abraham?" Tanya Ryan.

"L-lima ratus ribu abbi" Dusta Alena lagi.

Sungguh hatinya merasa tidak tenang tiap kali harus berdusta lagi dan lagi. Apalagi pada orang tuanya sendiri.

"Abbi harap ini masalah terakhir yang kamu buat hari ini Alena. Jika tidak, terpaksa abbi akan menikahkan kamu dan Amar hari ini juga. Tidak perlu menunggu sampai kamu lulus sekolah" Ancam Ryan dengan rahangnya yang mengeras.

Alena hanya bisa pasrah dengan bibirnya yang mencebik.

"Berikan uang ini pada Abraham, abbi tidak suka kalau anak abbi punya hutang pada orang lain!"

Ucap Ryan sembari memberikan 5 lembar uang seratus ribuan pada Alena.

"Kamu tahu Alena, Rasulullah tidak akan mendoakan jasad orang yang meninggal dunia dalam keadaan berhutang. Jadi jangan biasakan untuk berhutang, karna itu akan jadi kebiasaan nantinya!" Peringati Ryan.

"Iya abbi.."

Patuh Alena sembari menghembuskan napas berat.

"Apa abbi semarah itu sampai mengharapkan aku cepat meninggal?" Batin Alena. Ia merasa bersalah karna telah banyak berbohong pada sang ayah hari ini.

"Permisi abbi" Buru-buru gadis cantik namun sedikit tomboy itu menutup pintu kamarnya dan menenangkan diri di dalam sana.

Tok tok tok

Namun baru beberapa detik setelah Alena menutup pintu kamarnya, seseorang kembali datang menyambangi rumah mereka.

"Pantas saja kemarin ada kupu-kupu besar masuk ke rumah, ternyata hari ini ada banyak tamu yang datang" Batin Alena sembari mendongakan kepalanya di ambang pintu, untuk melihat siapa tamu yang datang.

"Assalamualaikum pak ustadz." Sapa seorang pria berbadan gempal, pria itu adalah ketua RT di kampung mereka.

"Waalaikumsalam, ada apa pak RT?" Tanya Ryan sembari mengulurkan tangannya pada pria bertubuh subur itu.

"Saya datang kemari untuk mengantarkan sepeda mang Diman pak ustadz" Ucap pak RT setelah menyambut uluran tangan dari Ustadz Ryan.

Pak RT tak datang sendirian, di belakangnya berdiri seorang pemuda berbadan kurus sembari membawa sepeda tua mang Diman yang sudah ringsek tak berbentuk lagi.

"Kenapa sepeda mang Diman jadi seperti ini pak RT?"

Tanya Maryam keheranan sembari menatap nanar pada sepeda milik penjaga pesantren mereka yang terlihat begitu mengenaskan.

"Tidak tahu bu ustadzah, warga menemukan sepeda mang Diman tergeletak di pinggir jalan sudah dalam keadaan seperti ini. Menurut warga setempat, neng Alena yang menggunakan sepeda ini tadi pagi"

Pak RT menjelaskan.

"Astagfirullah gadis nakal itu!" Pekik Ryan sembari mengelus dadanya yang terasa sesak.

Anak gadisnya itu benar-benar menguji kesabarannya.

"Sabar abbi. Alena pasti tidak sengaja melakukannya."

Maryam mencoba meredakan kemarahan suaminya. Namum malah berujung dengan tatapan tajam dari sang suami. Berhenti membelanya! Seperti itulah arti dari tatapan itu.

Deg!

Jantung Alena terasa seperti melompat dari tempatnya, ia baru teringat dengan sepeda tua itu.

"Astagfirullah, kenapa aku bisa sampai lupa untuk membawa sepeda tua itu ke bengkel" Cicit Alena.

Gadis berhijab putih itu merutuki dirinya sendiri karna melupakan tentang sepeda mang Diman.

Sia-sia sudah usaha Alena ikut balap motor liar demi bisa membayar ganti rugi pada Marwah dan mang Diman, agar bisa terhindar dari kemarahan sang ayah.

#sebelum lanjut, mohon dukungannya dengan cara like, komen, vote dan hadiahnya. Makasih^^#