Luka Hati Seorang Istri

"Reno, kamu mau kemana?"

Tanya Bu Retno karena heran melihat tingkah Reno yang buru - buru pergi saat mengetahui alamat rumah Ayu yang baru.

"Aku ada urusan sebentar bu, aku akan kembali lagi nanti."

"Jangan - jangan dia mau ke rumah Ayu mau ngajakin rujuk."

"Itu tidak boleh terjadi, ibu tidak akan membiarkan Reno kembali pada perempuan itu."

"Iya Bu, aku juga tidak mau punya ipar kaya Ayu lagi. Sudah jelek, miskin suka ngebantah lagi sekarang."

"Kamu bener mbak, aku masih sebal gara - gara dia aku jadi di bully ibu - ibu sini."

"pokoknya ibu jangan mau kalau Reno mau kembali sama Ayu."

"Ibu sudah punya rencana mau menjodohkan Reno sama anak orang kaya biar kita juga bisa kecipratan uangnya."

"Yang benar Bu?"

"Tentu saja, makanya kamu bantu ibu agar Reno bisa secepatnya lepas dari Ayu. Ibu sudah tidak sabar ingin menjodohkan Reno sama Dewi kembali. Biar kita juga bisa ikut menikmati uangnya Dewi yang banyak itu. Apalagi Dewi anak tunggal pasti nanti semua harta orang tuanya dia yang mewarisi."

"Kami siap Bu, kami akan membantu ibu dengan senang hati. Tapi apakah Dewi masih mau sama Reno, bukankah dia masih belum menikah sedangkan Reno seorang duda."

"Itu tidak masalah, kemarin ibu sempat bertemu dengannya saat mau ke pasar. Dan dia sepertinya masih menyimpan perasaan pada Reno. Bukankah dulunya dia cinta mati sama Reno. Renonya aja yang dulu bodoh menolak Dewi demi Ayu yang miskin. Apalagi sekarang Reno juga punya jabatan bagus sebagai manager. Tentu dia tidak akan bisa menolak Reno sekarang meskipun dia seorang duda. Kalau mereka jadi menikah nanti ibu yakin hidup kita akan jauh lebih baik daripada sekarang."

"Baiklah Bu, aku juga akan mendukung perjodohan ini. Benar kan mbak Sindi?"

"Iya dek kamu benar. Lebih baik Reno sama Dewi yang anak orang kaya daripada sama si Ayu itu."

"Ya sudah nanti biar ibu undang Dewi makan malam kesini biar dia bisa bertemu dengan Reno."

"Iya Bu aku setuju."

"Kalau begitu bagaimana kalau besok saja, bukankah lebih cepat lebih baik."

"Ya sudah, besok kalian bantu ibu masak buat Dewi."

"Oke Bu, siap."

***

Disinilah Reno sekarang, di depan rumah kontrakan Ayu. Dia tampak ragu saat ingin mengetuk pintu. sebenarnya dia cukup heran bagaimana bisa Ayu menyewa rumah sebagus ini padahal saat dia keluar dari rumah Reno, dia tidak membawa uang sepeserpun. Tapi dia segera menepis pikiran itu dan bersiap untuk mengetuk pintu.

"Tok,,,tok,,,tok,,,"

Terdengar suara langkah kaki seseorang mendekati pintu.

Sebenarnya Ayu sempat heran siapa orang yang datang bertamu pagi - pagi. Karena dia disini juga belum kenal banyak orang, hanya tetangga dekat saja. Dia memang belum pergi ke rumah Ira untuk bekerja. Karena ini hari minggu tentu Sela libur sekolah dan Ayu bisa sedikit santai sebab tidak perlu buru - buru mengantar Sela ke sekolah sebelum bekerja.

Dengan penasaran dia membuka pintu depan, dan seketika wajahnya tampak berubah saat melihat ternyata yang datang adalah Reno.

"Mau apa lagi kamu kesini mas?"

"Aku tidak menyangka kamu bisa tinggal disini Yu, dapat uang dari mana kamu bisa sewa rumah sebesar ini?"

"Itu bukan urusanmu mas, kamu bukan siapa - siapaku lagi yang harus tahu semua tentangku."

"Kamu masih saja sombong Yu, padahal kedatanganku ingin memberimu satu kesempatan lagi. Kalau kamu mau berubah penurut seperti dulu, aku masih mau kembali padamu. Dan tentunya kamu tidak perlu bersusah payah lagi memikirkan kebutuhanmu dan Sela."

Ayu tersenyum sinis mendengar penawaran Reno.

"Aku tidak tertarik dengan penawaranmu mas. Bagiku pantang memungut sampah yang sudah aku buang."

Reno mengepalkan tangannya karena marah disebut sampah oleh Ayu.

"Jangan keras kepala, pikirkanlah tawaranku ini, Sela masih butuh aku sebagai ayahnya."

"Kamu bahkan tidak menanyakan kabar Sela saat datang kemari mas, jadi jangan berlagak seperti ayah yang perduli dengan anaknya. Aku dan Sela sudah bahagia sekarang. Lepas dari keluarga yang egois seperti kalian. Jadi jangan harap aku akan mau kembali lagi di hina oleh keluargamu."

"Belum tentu hidupmu berkecukupan pisah sama aku Yu, Gajiku sebagai manager cukup besar."

"Aku tahu mas gajimu besar sebagai manager, tapi bukankah selama ini gajimu bukan hanya untukku. Bahkan aku dan Sela lebih sering merasa kelaparan daripada merasakan kenyang. Jadi apa menurutmu aku akan mau kembali ke masa - masa tidak dihargai? Hanya orang bodoh yang mau kembali mas. Dan aku tidak sebodoh itu untuk mengulang kesalahan yang sama. Tentang aku bisa berkecukupan atau tidak setelah pisah sama kamu, tentu kamu sudah bisa menilai kan dari apa yang kamu lihat sekarang. Apa aku terlihat kekurangan sekarang? Bahkan aku sangat bahagia walaupun cuma hidup berdua dengan Sela karena aku punya Allah yang selalu menolong hambanya yang terdzolimi."

Reno merasa frustasi karena telah gagal membujuk Ayu untuk kembali. Setelah beberapa hari Ayu meninggalkan rumah, dirinya merasa kesepian. Selain itu hidupnya juga semakin kesusahan karena tidak ada yang merawatnya lagi. Setiap pulang kerja dia harus membersihkan rumah sendiri, membuat kopi sendiri serta menyiapkan baju sendiri saat akan berangkat kerja. Cucian juga menumpuk kalau dia tidak sempat membawanya ke loundry. Sedangkan makannya jadi tidak teratur karena harus jajan di luar, hal itu juga membuat pengeluarannya semakin besar. Dia juga sering terlambat gara - gara tidak ada yang membangunkan. Dan gara - gara hal itu, dia Sampai mendapatkan SP 1 dari tempatnya bekerja.

Oleh sebab itu saat kakaknya Sindi memberitahu tempat tinggal Ayu, dia langsung datang untuk berusaha membujuknya agar mau kembali rujuk dengannya. Dengan begitu hidupnya akan kembali nyaman seperti dulu. Biarlah dia menurunkan harga dirinya di depan Ayu saat ini yang penting hati Ayu luluh dan mau kembali lagi padanya.

Tapi ternyata hal itu sia - sia saja. karena nyatanya Ayu tidak mau dengan tawaranya untuk rujuk.

"Lebih baik kamu pergi dari sini mas."

"Jangan pernah menyesal karena telah menolak tawaranku Yu, karena aku tidak akan melakukanya lagi lain kali."

"Aku tidak akan pernah menyesal lepas dari orang sepertimu mas. Perbanyaklah introspeksi diri agar kamu sadar kesalahanmu selama ini."

"Jangan mengajariku. Urus saja hidupmu sendiri setelah ini. Karena tidak lama lagi aku akan mengirim surat gugatan ke pengadilan."

"Silahkan saja mas, aku tidak keberatan, justru aku merasa senang karena akan benar - benar lepas darimu mas."

"Ma, kita jadi pergi sekarang?"

Sela yang baru keluar dari kamar segera menghampiri ibunya. Dia tidak tahu kalau ada Reno di depan rumah.

"Sela, ini papa sayang kemarilah."

"Papa, kenapa ada disini?"

"Papa ingin bertemu sama kamu sayang."

Tapi justru Sela menghindar saat Reno yang akan menghampirinya.

"Ma kita pergi sekarang saja ya, bukankah mama sudah janji mau belikan Sela tas dan sepatu baru."

"Iya sayang, kita akan pergi sebentar lagi ya."

Reno yang merasa diabaikan oleh Sela kini terlihat berdiri mematung. Dia juga ingat kalau dulu Sela pernah minta tas dan sepatu padanya, tapi dia menolaknya. Ternyata hatinya merasa sakit atas kenyataan ini. Dadanya mendadak merasa sesak. Ternyata diabaikan itu rasanya sangat menyedihkan.