NovelToon NovelToon
Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Gangster
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Caca adalah seorang gadis pemalu dan penakut. Sehari-hari, ia hidup dalam ketakutan yang tak beralasan, seakan-akan bayang-bayang gelap selalu mengintai di sudut-sudut pikirannya. Di balik sikapnya yang lemah lembut dan tersenyum sopan, Caca menyembunyikan rahasia kelam yang bahkan tak berani ia akui pada dirinya sendiri. Ia sering kali merangkai skenario pembunuhan di dalam otaknya, seperti sebuah film horor yang diputar terus-menerus. Namun, tak ada yang menyangka bahwa skenario-skenario ini tidak hanya sekadar bayangan menakutkan di dalam pikirannya.

Marica adalah sisi gelap Caca. Ia bukan hanya sekadar alter ego, tetapi sebuah entitas yang terbangun dari kegelapan terdalam jiwa Caca. Marica muncul begitu saja, mengambil alih tubuh Caca tanpa peringatan, seakan-akan jiwa asli Caca hanya boneka tak berdaya yang ditarik ke pinggir panggung. Saat Marica muncul, kepribadian Caca yang pemalu dan penakut lenyap, digantikan oleh seseorang yang sama sekali berbeda: seorang pembunuh tanpa p

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 18

"Gila!" Kalvaro mengumpat. Di matanya, ia melihat kilatan seorang pembunuh yang terlatih dalam diri Marica.

Rekan-rekannya yang lain hanya bisa terdiam, tidak berani bergerak tanpa perintah dari Kalvaro.

"Sebenarnya, paman yang harus berhati-hati dengan pisau," senyum Marica dengan dingin.

Dia menepuk pipi pria tersebut, yang kini telah kehilangan kesadaran, dan dengan gerakan cepat, dia membalik tubuh pria itu, meraih pistol yang terselip di balik pakaian.

Gerakan Marica sangat cepat dan presisi, menunjukkan refleks yang terlatih. Dalam satu gerakan mulus, dia mengarahkan pistol itu ke arah Kalvaro. Jari telunjuknya menekan pelatuk, dan mekanisme internal pistol bekerja dengan sempurna.

Pelatuk menggerakkan pin pemukul, yang kemudian memukul primer pada peluru. Reaksi kimia yang cepat terjadi di dalam peluru, bahan peledak di dalamnya menyala, mengubah zat kimia menjadi gas dengan tekanan tinggi.

Suara tembakan menggema di ruangan, tekanan gas yang tinggi mendorong peluru keluar dari laras pistol dengan kecepatan tinggi.

"Hukum Newton ketiga, aksi dan reaksi, berlaku di sini—dorongan peluru keluar dari laras menghasilkan recoil yang mendorong pistol ke belakang. Peluru melesat dengan kecepatan sekitar 350-400 meter per detik, mengarah langsung ke lengan Kalvaro." suara Caca

Saat peluru mengenai lengan Kalvaro, kinetik energi peluru (dihitung dengan rumus Ek= 1/2 mv^2 di mana m adalah massa peluru dan v adalah kecepatan peluru menyebabkan jaringan kulit, otot, dan tulang di lengan Kalvaro robek.

"Darah segar segera mengalir, karena peluru itu merusak pembuluh darah utama. Luka tersebut sangat dalam, menembus lapisan dermis dan otot hingga mencapai tulang, yang menyebabkan pendarahan hebat,"

Kalvaro menggeram kesakitan, memegangi lengannya yang berdarah. Rekan-rekannya, yang sebelumnya terdiam, kini bereaksi dengan cepat, mengarahkan senjata mereka kembali ke arah Marica. Namun, Marica tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan. Dengan mata penuh determinasi, dia menatap Kalvaro yang masih memegangi lengannya.

"Kalian pikir aku lemah?" seru Marica, suaranya penuh dengan tekad dan amarah.

Peluru yang menembus lengan Kalvaro menyebabkan reaksi fisiologis yang kompleks. Darah yang mengalir dari lukanya kaya akan oksigen dan zat besi, memberikan warna merah terang.

Hemoglobin dalam darah berperan penting dalam mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. Saat arteri besar rusak, darah dipompa keluar oleh tekanan jantung, menciptakan semburan darah yang kuat.

"Tekanan darah normal dalam arteri adalah sekitar 120/80 mmHg, tetapi luka arteri menyebabkan penurunan tekanan darah yang cepat, yang dapat menyebabkan syok hipovolemik jika tidak segera diobati."

Marica tetap tenang di tengah situasi yang tegang. Dia menyadari bahwa waktu adalah esensi. Dengan pistol masih terarah, dia perlahan mundur, mencoba mencari perlindungan. Rekan-rekan Kalvaro, meskipun bersenjata, ragu untuk menembak tanpa perintah eksplisit.

Kalvaro, yang berusaha mengatasi rasa sakit, akhirnya memberikan perintah. "Jangan biarkan dia kabur! Tembak dia!" teriaknya dengan suara parau, menahan nyeri.

Mengetahui bahwa waktu untuk bertindak sudah habis, Marica segera berlari menuju pintu keluar. Refleksnya cepat, otot-ototnya bekerja optimal, mengonversi energi kimia dalam tubuh menjadi energi kinetik, sesuai dengan prinsip konversi energi.

Beberapa tembakan dilepaskan oleh anak buah Kalvaro, tetapi Marica bergerak dengan lincah, menghindari peluru yang terbang ke arahnya. Gerakan Marica yang cepat mengikuti prinsip-prinsip dasar biomekanika, di mana otot-otot rangka berkontraksi dan relaksasi untuk menghasilkan gerakan yang cepat dan efisien.

Marica terus berlari, melewati koridor dan pintu-pintu, mencoba mencari jalan keluar. Adrenalin dalam tubuhnya memacu jantungnya, meningkatkan denyut jantung dan aliran darah ke otot-otot yang bekerja keras. Hormon adrenalin, yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, membantu meningkatkan kewaspadaan dan respons tubuh terhadap situasi stres.

Peluru itu menerobos udara dengan kecepatan tinggi, menyusup ke dalam ruangan dengan sengit. Tiba-tiba, keheningan pecah oleh suara letusan keras dan tajam. Peluru menemui sasarannya dengan presisi yang mengerikan, menembus kulit dan daging Marica dengan kecepatan menghancurkan. Terjatuhlah dia, tubuhnya terhuyung-huyung sebelum merosot ke lantai dengan kecepatan yang mengagetkan.

Sementara Marica berguling di lantai, suara metalik berderak dan beradu satu sama lain ketika benda-benda logam tersenggol oleh tubuhnya yang terjatuh. Getaran kecil dari benturan itu mengirimkan gelombang kejut melalui udara, menyebar ke seluruh ruangan dengan cepat.

Di otak Marica, suara Caca membeludak seperti badai yang mengguncang, membangunkannya dari keadaan yang semakin redup. "Ca, bangunlah! Kita berdua akan mati kalau kamu tidak bangun," desis Caca, getarannya meresap ke dalam pikiran Marica yang semakin lemah.

Namun, kelelahan yang melanda Marica membuatnya enggan untuk mematuhi panggilan itu.

"Berisik. Aku sudah kehabisan energi," gumamnya dengan suara yang hampir tidak terdengar, suaranya terombang-ambing di antara riak-riak kesadarannya yang semakin memudar.

Suara Caca, seperti meluncur perlahan ke dalam keheningan, memudar seiring dengan kelemahan Marica yang semakin memperdalam kegelapan di dalam dirinya. Mata Marica terasa berat, kelopak matanya mulai tertutup rapat, menutupinya dari realitas yang semakin suram.

Namun, di tengah kekacauan itu, suara lain menyusup masuk. Suara Kalvaro, dengan otoritas yang khas, memerintahkan tindakan cepat. "Masukkan dia ke dalam akuarium," perintahnya, suaranya tegas dan tidak ada ruang untuk penolakan.

Dengan gerakan yang terorganisir dan cepat, Marica diangkat dari lantai oleh orang-orang di sekitarnya. Tubuhnya yang terluka terasa ringan di antara angkatan mereka, tetapi rasa sakit yang menusuk-nusuk tak kunjung surut.

"Pasang yang bener,"

Mereka mengikat rantai dan pemberat di kakinya, memastikan dia tidak bisa melarikan diri. Marica merasa dingin logam di pergelangan kakinya, tetapi terlalu lemah untuk melawan.

Mereka melemparkan tubuhnya ke dalam akuarium besar berisi air. Sensasi dingin menyergap tubuhnya saat ia tenggelam ke dalam air.

Air di dalam akuarium, yang sebelumnya tenang dan jernih, segera tercemar oleh warna merah darah yang pekat. Hemoglobin yang terdapat dalam darah Marica bereaksi dengan oksigen di dalam air, menciptakan perubahan dramatis dalam warna dan komposisi kimianya.

Sementara itu, di permukaan, Kalvaro mengamati dengan ekspresi puas. "Akhirnya kau di tempat yang layak," gumamnya.

Ia melihat air yang semakin merah dan tersenyum sinis. Anak buahnya berdiri di sekeliling akuarium, senjata mereka masih terarah, siap untuk bertindak jika Marica mencoba sesuatu.

Di dalam air, Marica berjuang untuk tetap sadar. Oksigen dalam paru-parunya semakin menipis, dan rasa sakit yang terus-menerus dari kakinya yang terluka membuatnya hampir tidak mungkin untuk berpikir jernih. Rantai dan pemberat membuat gerakannya terbatas, tetapi insting bertahannya masih menyala, meskipun hanya berupa percikan kecil.

"Ca, jangan menyerah," suara Caca kembali terdengar, lebih lemah namun masih ada.

Dalam kegelapan yang menyelimuti, Marica berjuang melawan keadaan yang semakin memburuk. Dengan sisa-sisa tenaga yang tersisa, ia berusaha meraih kendali atas situasi yang semakin melilitnya. Namun, setiap gerakan yang dia lakukan terasa seperti menusuk tubuhnya lebih dalam lagi, memperparah rasa sakit yang sudah melandanya.

Marica mencoba menarik rantai yang mengikatnya, menggigil saat usahanya membawa lebih banyak rasa sakit. Namun, upayanya sia-sia. Rantai itu terasa seperti terkunci dengan erat, mengikatnya pada nasibnya yang suram di dasar akuarium.

Semakin keras dia menarik, semakin kuat pula tarikan dari beban yang menempel di kakinya, menariknya semakin dalam ke dalam kegelapan yang mencekam.

Sementara itu, di luar, Kalvaro mengawasi dengan mata penuh kepuasan. "Lihatlah bagaimana dia berjuang," katanya pada anak buahnya, yang tertawa kecil. "Dia akan segera menyerah."

Dalam kegelapan yang menyelimuti pikirannya, Marica merasakan dunia sekitarnya mulai memudar. Tubuhnya terasa lemah, tubuhnya terombang-ambing di antara arus yang semakin kuat, menyeretnya ke dalam jurang kematian yang mendalam.

Di tengah-tengah penderitaan yang tak terkendali itu, Marica merenungkan ketidakmampuannya untuk melawan kekuatan alam yang mengancamnya.

Dengan mata yang semakin redup, dia menyerah pada takdir yang tak terhindarkan, tenggelam dalam ketiadaan dengan tenang yang menakutkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!