NovelToon NovelToon
Tahanan Ranjang Sang Mafia

Tahanan Ranjang Sang Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta Paksa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:39.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: Newbee

Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 9

Traver telah lebih dulu membersihkan dirinya dan mengganti pakaian, kemudian ia menemui Ben dan mengetuk pintu kamar.

Tak berapa lama, kemudian Ben membuka pintu dan langsung duduk di sofanya sembari meminum whiskey dengan gelas kaca dan ia putar-putar, membuat bola es yang ada di dalam gelas ikut berputar.

Traver masih diam dan berdiri, kemudian Ben pun meminta Traver untuk menuangkan Whiskey lagi.

Ketika Ben sedang menikmati alkoholnya, dengan duduk menyilangkan kaki, matanya lurus memandangi hamparan kota yang tidak terlalu penuh dengan bangunan. Kota S memang cukup epic untuk sebuah pemandangan yang tak terlalu padat seperti di kota Z tempat tinggalnya.

"Kau tahu Traver, aku tidak suka menunggu, katakan saja apa yang ingin kau katakan." Ben hanya melirik sekilas sambil terus menikmati alkoholnya sedikit demi sedikit.

Ben melirik lagi dengan tatapan yang menekan, auranya begitu berkharisma. Pertanda bahwa Traver harus mengatakan apa yg ingin ia katakan.

Ben benar-benar tidak suka dengan orang yang tidak yakin pada diri nya sendiri, dan seharusnya Traver sudah tahu itu.

"Saya sudah menyelidiki latar belakang gadis itu Tuan, dan sekarang gadis itu sedang ada di ruang perawatan, saya akan menempatkannya di kamar sebelah."

"Lalu, apa yang kau dapatkan." Ben bertanya dengan wajah acuh.

"Wanita yang melayani anda pada hari pertama anda di Kota S, adalah saudara tiri gadis itu, wanita itu bernama Ansella, dan gadis yang saya bawa bernama Daisy."

Ben mengangkat sudut bibirnya, ia ingin tertawa geli.

"Apakah sebaiknya ku pelihara mereka berdua secara bersamaan? Apakah mereka akan saling menggonggong satu sama lain? Itu akan menjadi pertunjukkan yang menyenangkan." Kata Ben sinis.

Traver hanya diam.

Kemudian Ben meletakkan gelas alkoholnya di atas meja.

"Tuan, wilayah barat sudah menjadi milik anda."

"Ya, aku tahu, kau bisa diandalkan." Ben menjawab santai.

Kemudian Traver menyerahkan sebuah kartu, itu adalah akses kunci masuk pintu hotel.

"Saya akan membawa gadis itu ke kamarnya tuan."

Ben hanya diam.

"Saya permisi."

Traver pergi dari kamar Ben sedangkan Ben masih duduk menikmati whiskeynya.

Bagi Ben, menjadi pria sukses adalah perjalanan yang panjang dan penuh perjuangan, kehidupannya yang kelam menjadi cambuk bagi Ben untuk maju.

Tapi, jika Ben mengingat bagaimana orangtuanya menjadikan hidupnya hancur, ia seolah ingin menyalahkan siapapun dan melampiaskan amarah nya pada siapapun, hingga akhirnya Ben menjadi pria yang memiliki kepribadian yang cukup rumit.

Ben meletakkan gelasnya dan mengambil kartu akses pintu hotel, Ben hanya membolak balikkan kartu itu, ia tidak terlalu penasaran, hanya saja saat melihat gadis itu untuk pertama kalinya ketika gadis itu ketakutan membuat Ben sedikit banyak mengingatkannya saat dirinya masih kecil.

Ketakutan, kelaparan, kedinginan, tubuh kotor dan penuh luka, apalagi mereka yang menahannya memaksa Ben untuk bekerja dan tanpa di beri makanan, jikapun makan, Ben hanya mendapatkan nasi basi.

Ben kembali menaruh kartu itu di atas meja, dengan menjentikkannya dan kartu itu terlempar.

Kemudian Ben menyandarkan punggungnya di sofa, dan pikirannya jauh melayang untuk pertama kalinya ia memikirkan sesuatu yang aneh.

"Aku mendengar seseorang pernah berkata, ketika kau memiliki segalanya namun kau tetap merasa kesepian artinya kau butuh mainan baru."

Ben berbicara pada dirinya sendiri sembari melihat pemandangan di luar hotel.

"Apakah mainan baru ini akan lebih menyenangkan?"

Ben kemudian bangun dan menyambar piyama, ia melilitkan dan mengikat di pinggangnya.

Lalu, Pergi keluar dan berjalan melewati lorong yang sedikit panjang, kemudian ia berhenti di depan pintu kamar hotel seseorang, ia mengarahkan kartunya pada pintu.

"CEKLEK!" Pintu terbuka.

Ben kemudian berjalan masuk dengan tenang, dan berjalan menuju kamar.

Ben masuk ke dalam kamar, dan melihat sesuatu yang langsung membuatnya menelan ludah, gadis itu sudah tidur, namun ia hanya memakai piyama putih pendek dengan hiasan berenda di bagian dada, pahanya terlihat mulus hingga bokonggnya yang terbungkus piyama putih terlihat begitu kenyal.

Gadis itu membuat bantal menggunakan kedua lengan nya yang tertutup piyama berlengan pendek, tentu saja membuat lengannya terekspose, kulit putih yang terlihat kenyal dan licin membuat Ben cukup terkejut, Ben memiliki mata yang jeli ketika pertama kali melihat gadis itu terlihat kotor namun ini diluar ekspektasinya.

Piyama berbahan kain satin lembut terbentuk halus, gadis itu tidur dengan posisi miring dan salah satu kakinya sedikit menekuk ke atas.

Kulitnya benar-benar putih, bersih, terlihat halus dan kenyal. Bibirnya ranum berwarna pink kemerahan meski tanpa polesan lipstik. Rambutnya panjang dan halus tergerai di punggung belakang. Semua pria pasti akan mengatakan bahwa gadis ini sexy dan menggoda.

Ben berdehem pelan, untuk dirinya sendiri, tenggorokannya terasa serak, seakan ia juga ingin menyadarkan dirinya sendiri dan mengembalikan akalnya.

Ben kemudian duduk di kursi sofa, dan hanya terus memandangi gadis yang sedang tidur dengan pulas.

Entah apa yang ada di pikiran Ben, namun pria itu sepanjang malam hanya duduk di sofa tepat di depan ranjang gadis itu dengan menyilangkan kaki dan bersedekap. Ben hanya diam dan terus memandangi gadis yang ada di depannya sedang tidur dengan pulas.

Malam semakin larut, Ben belum juga merasa lelah atau mengantuk ia masih pada posisinya.

Namun, tiba-tiba gadis itu mengigau dengan suara lemah.

"Tidak... Jangan mendekat... Jangan sentuh saya... Pergi... Tidak mau... !"

Ben masih memperhatikan dengan tenang dan tanpa ekspresi membiarkan gadis itu terus mengigau.

Tak lama kemudian gadis itu membuka matanya dengan cepat dan duduk, belum merasa tenang karena ia bermimpi Geraldo mempeerkosaanya, kini matanya tertuju pada sosok pria yang tinggi duduk diam di hadapannya.

"Astaga...!"

Gadis itu buru-buru mencari selimut, menariknya naik ke atas untuk menutupi kaki dan tubuhnya.

Ben masih duduk tanpa ekspresi, pria itu masih pada posisi semula.

"Tu... Tuan..."

Gadis itu mengingat-ingat wajah pria yang ada di hadapannya, dia adalah si pria yang pergi lebih dulu dan memberikan perintah sesuatu pada pria-pria yang akhirnya membawanya ke hotel dengan keadaan pingsan.

"Apakah kasurnya nyaman?" Tanya Ben untuk pertama kalinya.

"Ya... Ya... Tuan... Terimakasih karena telah menolong saya..."

"Siapa namamu...."

"Na... Nama saya Daisy."

Ben diam tanpa ekspresi, dan kemudian Ben berdiri, berjalan lalu berhenti di dekat ranjang gadis itu.

"Ini tidak gratis." Kata Ben lagi.

"Ap... Apa?" Mata Daisy membulat dan ia meremas selimutnya lalu menutupi tubuhnya.

Dengan aksi itu, Ben melihat gerakan perlindungan Daisy, bahwa Daisy berusaha untuk menutupi dirinya.

Pandangan Ben semakin buas melihat gerakan itu, kemudian membungkukkan tubuhnya sedikit dan berbicara di dekat telinga Daisy.

"Kau harus membayar mahal untuk ini semua." Bisik Ben di dekat telinga Daisy.

Kemudian Ben kembali berdiri dan memanggil Traver.

"Aku menunggumu di kamar gadis itu." Kata Ben kemudian dan memutus panggilan telponnya.

Kemudian Ben menyimpan ponselnya lagi, dan memandangi wajah ketakutan gadis di bawahnya yang duduk dengan bersimpuh di bawah selimut putih.

Gadis itu seperti mengkerut menjadi bola kecil yang tak berdaya, dengan pikiran-pikiran yang mengerikan sedang ia bayangkan.

Ketakutan-ketakutan kini kembali menguasai pikiran Daisy. Apakah nasibnya akan sama saja.

bersambung

1
Via Dwi
bersyukur zay msh perawan /Grin/
Via Dwi
gigit,lalu kabur
Siti Lestari
?,
Via Dwi
sadarilah zay,dan sekarang saatnya bls demam
Shelinaa
Ko eps 304 nya gaada yaa
Via Dwi
terlalu singkat Casey,,/Frown/
Nur Baeti
kk ada part lanjut nya gk, misal nya D lanjutin D novel berikut nya
Via Dwi
masa sih, biasanya cowok tuh gampang napsu,,/Grin/
Via Dwi
aduh pasti' sakit kepala
Via Dwi
Ben aja ga oernah beliin pembalut /Grin/
Via Dwi
Gia konyol /Angry/
Via Dwi
Carlos jamgan gegabah
Via Dwi
klu aku sih yakin, klu Ben msh hidup,krn cinta ku padamu Ben/Grin/
Via Dwi
tegang, jangan mati ya Ben nanti saya patah hati/Facepalm/
Via Dwi
ga ngajak² klu mau ke pulaw
Via Dwi
ci daisy kelmaan di anggurin/Scowl/
Via Dwi
kecanduan ciuman Casey,,ikutqn dong/Grin/
Via Dwi
kasih pelajaran aja buat Ben,Deaisy/Grin/
Via Dwi
kamu akan menyesal ben,,/Frown/
Via Dwi
bikin naik darah dua² y
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!