NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persami

Kengerian yang Hanum alami rupanya hanya mimpi. Begitu siuman, ia mendapati dirinya dirubung Taufan, teman-teman, dan senja belum berganti malam. Meski sempat takut saat melihat tiga teman sekamarnya bahkan meminta pindah kamar karena trauma, nyatanya ia tak melihat lagi penampakan hantu di sana. Saat keluar kamar untuk makan malam pun lingkungan panti sangatlah aman. Hanya para manusia yang tampak di penglihatan.

“Pagi, Hanum!” Suara Nayla.

Hanum segera menoleh pada penyapanya. Canggung, Hanum tersenyum sekilas lalu menundukkan kepala. Keduanya bertemu di depan gerbang. Mahesa yang berdiri tak jauh dari tempat mereka hanya bisa mengamati dalam diam.

Nayla menghela napas panjang. Sepenuhnya ia sadar bahwa ujaran sarat kebencian Taufan terhadapnya kemarin pastilah membuat Hanum tak nyaman. “Kamu kenapa pagi-pagi ngelamun?”

“Mikirin soal kemarin, Mbak.”

Nayla tak menyangka anak itu akan segera menyahutnya. “Yang omongan Pak Taufan soal aku?” selidiknya. Ia ingin memastikan bagaimana kesan Hanum terhadap dirinya saat ini.

Namun Hanum menggeleng pelan. “Bukan. Yang habis itu. Aku mimpi buruk digentayangin banyak hantu. Trus ketemu Tante Mira sama Pak Febri juga.”

Nayla membelalak. “Beneran cuma mimpi? Bukan penampakan sungguhan?” Nayla pastikan akan melabrak Taufan jika Hanum sampai benar-benar melihat penampakan di panti asuhan. Karena kemarin pria satu anak itu bersumpah bahwa panti mereka aman dari gangguan makhluk astral.

Hanum tak segera menjawab. Tiba-tiba ia merinding setelah embusan angin dingin terasa lewat sebentar di sampingnya. Nayla tak sabar ingin mendapat jawaban. Diguncangnya pelan lengan Hanum dan berkata, “Please, jujur sama aku, Num. Biar aku bisa bantuin kamu.”

Hanum melirik Nayla dengan sinis. Nayla tersentak dibuatnya. “Cuma mimpi. Mbak Nayla nggak usah repot-repot khawatirin aku lagi.” Kemudian Hanum melangkah cepat meninggalkan Nayla yang membatu di tempatnya.

“What?” gumam Nayla.

***

Hanum seolah menjilat ludahnya sendiri. Karena beberapa saat setelah tadi menolak kebaikan Nayla di depan gerbang, kini ia melihat penampakan lagi yang membuatnya kembali frustrasi. Kali ini jelas bukan mimpi. Melainkan kenyataan mengerikan yang harus ia hadapi.

Setelah pergi meninggalkan Nayla menuju kelas, Hanum disambut oleh banyak hantu yang setia menunggunya. Mereka menggeram-geram sambil menyeringai. Sekujur badan Hanum gemetar hebat. Kakinya lemas dan nyaris ambruk hingga membuatnya tak mampu beranjak dari tempatnya berdiri. Sudah pasrah jika makhluk-makhluk menyeramkan dengan berbagai rupa itu menyerbunya.

Kening Hanum mengernyit. Mata yang sempat terpejam kini terbuka lalu melirik. Dilihatnya para makhluk itu juga hanya diam memandanginya. Heran, Hanum coba menoleh ke sekitar untuk memastikan barangkali ada seseorang atau sesuatu yang mereka takuti ada di belakangnya. Nihil, tak ada satu pun di sana. Hanum segera menoleh ke depan lagi dengan cepat. Dan membuat para hantu mundur mendadak.

Berpikir tenang, Hanum coba memahami keadaan. Kemudian teringat pada perkataan Mahesa bahwa dirinya merupakan poros makhluk gaib yang mana jika kuat akan bisa menjadi penakluk mereka. Hanum berusaha berpikir positif. Meski takut akan penampakan-penampakan yang begitu mengerikan, ia berusaha menatap mereka dengan sorot mata tajam, bermaksud untuk mendominasi.

“Eugh!” Hanum buru-buru memejamkan mata lagi. Meski sudah bertekad pun tetap saja takut melihat tuyul, wewe gombel, pocong, murid muka hancur, dan lain sebagainya yang sedang menatap intens dirinya. “Kalian ngeselin tau nggak?!” desisnya dengan geram.

“Kami ngeselin?”

Hanum tersentak. Refleks ia membuka mata dan terkejut melihat Tiar berdiri di depannya bersama teman-teman. “B―bukan! Bukan kalian! Itu...” Hanum menunjuk ke sembarang arah, “Orang yang tadi papasan sama aku di jalan.”

Eh? Hanum tiba-tiba tersadar. Bukankah saat perjalanan menuju sekolah tadi dirinya pun tak melihat penampakan? Sudut bibir kiri Hanum naik tanpa sadar. Membuat teman-teman berkasak-kusuk sambil saling sikut karena heran.

“Eh, maaf, maaf. Aku nggak nyebut kalian kok tadi, beneran,” sangkal Hanum sambil mengibaskan tangan.

Tiar manggut-manggut. “Yaudah, masuk yuk! Kita musti buruan siap-siap.” Tiar melangkah pergi diikuti teman-teman. Hanum menghela napas lega. Namun ia masih belum berani beranjak dari sana. Hingga sebuah tepukan mendarat di bahu kanannya. “Hanum, kenapa diem aja di sini dari tadi?” Suara Siska.

Hanum menoleh ke samping. Ia sontak membelalak karena bukan Siska yang dilihatnya melainkan sesosok kuntilanak berwajah merah berlumuran darah.

“AAAKH!”

Tanpa pikir panjang, Hanum berlari tunggang langgang. Lalu mengerem cepat saat hampir menubruk para hantu yang berkumpul di depan pintu kelasnya. Hanum hilang keseimbangan lalu tersungkur hingga kepalanya terbentur. “HANUUUM!” teriak teman-teman, terutama Siska yang dilihat Hanum sedang berlari di koridor menuju dirinya.

Hanum menendang-nendang sembarangan saat Siska sampai di tempatnya. “Pergi kamu! Jangan ganggu aku!”

Siska yang sedang berjongkok dan meraih bahu Hanum pun kontan terjerembab hingga nyeri menjalar di tulang ekornya. “Hanum, kamu kenapa?”

Nayla dan Mahesa yang tadi juga mendengar jeritan histeris Hanum kini bergegas menghampiri tempat keributan tersebut. Keduanya saling lirik lalu mengambil peran masing-masing. “Ada keributan apa lagi ini?” tanya Mahesa pada Siska yang masih dijauhi Hanum dengan ekspresi ketakutan.

“Hanum kesurupan, Pak Satpam!” sahut salah seorang murid.

Nayla mendengus ketus. Ia tarik Hanum ke dekapannya. Mahesa menatap tajam ke arah murid-murid, terutama pada para lelembut yang langsung beringsut mundur. “Hanum, udah nggak apa-apa sekarang. Udah,” bisik Nayla berusaha menenangkan Hanum.

Siska menatap Hanum dengan sorot mata heran sekaligus sedih. Ia merasakan kegetiran melihat Hanum yang histeris ketakutan bahkan menolak pertolongannya. “Hanum beneran kesurupan, Mbak?” gumam Siska. Nayla merespons dengan decakan. Ia tak ingin kondisi Hanum yang sebenarnya diketahui orang-orang.

“Hanum sering mimpi buruk akhir-akhir ini.” Tetap saja Nayla menjawab keingintahuan Siska meski sekadarnya. Ia tak bisa membuat Siska terus kepikiran apalagi hanyut dalam rasa penasaran. “Kamu nggak usah khawatir. Masuk kelas sana. Bentar lagi kakak pembina ngedata kalian sebagai peserta MOP hari ini.”

Nayla dibantu Mahesa memapah Hanum. Siska dibantu berdiri oleh Tiar. Kemudian mereka berpisah menuju ke tempat masing-masing. Nayla mengajak Hanum ke musala. Siska mengintip mereka bertiga dari kaca jendela kelasnya.

“Aku yakin ada yang mereka sembunyiin,” batin Siska sambil memicingkan mata.

Sesampai di musala, Nayla mendudukkan tubuh lunglai Hanum di teras. Para hantu yang mengikuti tiga orang itu tak berani mendekat. Mahesa geleng kepala. Situasi saat ini cukup sulit dipahaminya.

“Aku harus balik ke pos. Kalo di sini lama-lama, yang lain bakal curiga,” pamit Mahesa.

Nayla tak punya pilihan untuk setuju. Ia mengangguk saja lalu kembali fokus pada Hanum. Seorang guru mendekat dengan ekspresi wajah heran. “Dia yang tadi jejeritan?”

Nayla terkejut karena tidak menyadari kedatangan guru perempuannya yang berseragam pramuka lengkap itu. “Bu Fatma? Iya, Bu, ini—”

“Sst!” Guru bernama Fatma itu menyuruh Nayla diam. “Saya tahu dia diganggu setan, kan? Tapi dia nggak sampe kesurupan.”

Nayla terhenyak. Ia tak menduga akan ada seseorang selain dirinya dan Mahesa di sekolah itu yang tahu kondisi Hanum. “M—maksud Bu Fatma?” tanyanya, pura-pura.

Fatma tak menjawab pertanyaan Nayla. Ia mendekat ke tempat Hanum duduk bersandaran dinding teras musala. Diusapnya kening basah gadis berwajah pucat itu. “Kamu kuat. Kamu pasti bisa. Kamu punya backingan super soalnya. Percaya sama saya,” bisiknya.

Nayla tergemap. Ia tak sanggup menyela karena tak paham dengan maksud omongan gurunya. Ia bahkan masih tak habis pikir jika guru yang baru mengajar di sekolahnya selama beberapa bulan itu seolah tahu banyak hal yang berkaitan dengan hal-hal di luar nalar.

Fatma menoleh pada Nayla yang masih termangu menatapnya. Ia tepuk bahu gadis itu lalu berkata, “Rileks aja.” Kemudian ia beranjak pergi.

Dan ucapan Fatma terbukti saat Hanum dikejar hantu lagi. Selama upacara pembukaan, kegiatan sampai sore, hingga malam menjelang, beberapa kali Hanum menjerit histeris di tempat-tempat berbeda. Teman-teman dan para pembina bahkan memanggil ustaz namun tak berhasil. Diizinkan pulang pun Hanum tak mau. Seolah ada perasaan tak rela dalam dirinya untuk pergi dari sekolah.

Hingga malam pun tiba.

Kepala sekolah mengajak semua peserta dan para pembina untuk berdoa bersama sembari mengelilingi api unggun yang mulai menyala. Nayla sengaja menempatkan Hanum di antara kerumunan, tidak di depan tapi juga bukan di paling belakang. Ia menjaga anak itu dari dekat sambil bergenggaman tangan dengan erat.

Hanum membelalak lalu menutup muka setelah melihat beberapa kepala anak-anak tergeletak di atas tumpukan kayu api unggun hingga terbakar bersama. “Hanum, tolong!” rintih mereka.

Sontak Hanum membuka tangan yang menutupi wajahnya karena familiar dengan suara-suara barusan. Dilihatnya kepala Wahyu yang tengah terbakar, rambut menghilang, kulit terkelupas, daging menghitam, darah yang menetes justru kian menyalakan perapian, bola mata bocah laki-laki yang seharusnya kini seumurannya itu copot dan meleleh seperti marshmallow yang pernah ia makan.

“Huwek!”

Hanum buru-buru berjongkok dan memuntahkan makan malam. Nayla dan beberapa anak di dekat mereka terkejut. Nayla segera mengecek kondisi Hanum yang terus muntah sambil sesenggukan. “Kamu kenapa tiba-tiba—”

“Mbak... tolong mintain izin aku balik ke kelas,” tukas Hanum.

“Bahaya, Num.”

Hanum menggeleng. “Nggak apa-apa. Aku lebih baik diganggu hantu-hantu daripada lihat temen-temenku tersiksa.”

“Maksud kamu apa?” Nayla benar-benar tak paham dengan ucapan Hanum yang menyebut teman-temannya. Karena dirinya sendiri bahkan tak bisa melihat kepala anak-anak korban tumbal yang terpanggang di api unggun.

“Ih, jijik banget! Kok muntah di sini, sih?!” hardik seorang murid di dekat Hanum.

Nayla melotot pada murid itu. Hanum malah berdiri lalu berlari pergi. “Hanum!” panggil Nayla. Ia hendak mengejar, tapi seorang rekan OSIS menarik tangannya. “Kita musti beresin kekacauan ini dulu, Nay,” suruhnya.

“Tapi—aduh! Adik aku itu nggak bisa dibiarin sendirian!” Tangan Nayla mengepal erat. Berharap Mahesa datang menjaga Hanum menggantikannya.

1
Ali B.U
ngeri,!
lanjut kak
Andini Marlang
Ini lebih menenangkan 🥴🥴🥴🥴🥴
Bukan teror aja tapi ktmu org2 psikopat langsung 😔
Lyvia
lagi thor
Ali B.U
next
Andini Marlang: Alhamdulillah selalu ada Pakdhe Abu ... Barakallahu fiik 🌺
total 1 replies
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Yulia Lia
lanjut thoor
reska jaa
bagus cerita muu thour.. di lanjut 🥳🥳
n e u l: terima kasih /Pray/ siapp /Good//Smile/
total 1 replies
Lyvia
suwu thor u/ upnya, matrehat
n e u l: sami-sami /Pray/ matur suwun juga terus mengikuti
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!