Ayleen gadis 23 tahun yang bekerja di salah satu Perusahaan Food Product. Perusahaan yang mengeluarkan makanan yang di kemas dan biasa terjual di supermarket yang menjadi kebutuhan sehari-hari.
Ayleen yang sudah bekerja 1 tahun di Perusahaan itu tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang pingsan pada malam hari.
Di awali dari pertemuan itu yang ternyata pria yang di tolong Ayleen adalah CEO pemilik Perusahaan tempat Ayleen bekerja.
Pria yang bermana Alam Andrean Brawijaya, pria berusia 28 tahun. Pria kaya raya, tampan dengan aura dingin seperti pria pembunuh berdarah dingin yang menatap sangat tajam dan terkesan sangat galak.
Akan tetapi membuat Ayleen dengan cepat menyukai atasannya itu dan mengejar sang atasan yang ingin di jadikan target sebagai pacar. Tetapi pasti Alam sangat risih dengan kehadiran Ayleen yang selalu nempel-nempel.
Bagaimana usaha Ayleen merebut hati sang CEO?
Apakah Alam akan luluh pada wanita bar-bar yang terus menghantuinya?
mari kita lihat Noveln
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Ternyata Dia.
Pagi hari kembali tiba. Alam yang berada di kantor yang berjalan dengan cool dengan Dellon seperti biasa berada di sampingnya yang mengikuti Alam.
Alam menghampiri para karyawan yang bekerja yang ingin memberikan arahan. Begitu melihat Alam mereka semua langsung berdiri dari tempat duduk mereka dengan menundukkan kepala.
"Selamat pagi semuanya!" sapa Alam dengan datar.
"Pagi Pak!" sahut semua karyawan.
Mata Alam langsung melihat kearah meja Ayleen. Meja itu kosong. Hal itu membuat Alam penuh dengan kebingungan dengan tanya.
Diamnya Alam membuat para karyawan bingung yang sangat menunggu-nunggu apa yang ingin di ucapkan Alam yang belum terucap sama sekali. Alam. Dellon juga bingung yang heran melihat Alam.
"Tuan!" tegur Dellon.
Alam baru tersadar dari lamunannya yang kembali fokus dengan menghela nafas.
"Saya hanya ingin mengingatkan kalian untuk lebih fokus dalam menangani semua pekerjaan kalian. Jangan suka mengulur-ulur waktu dengan setiap pekerjaan yang di berikan!" tegas Alam. Karyawan itu mengangguk-angguk saja.
"Baiklah saya tidak banyak bicara. Kalian bisa kembali bekerja," sahut Alam.
"Baik, pak!" sahut semuanya serentak. Alam langsung pergi.
"Tumben dia tidak ada. Apa dia tidak masuk hari ini," batin Alam yang tiba-tiba kepikiran Ayleen.
Baru tidak melihat Ayleen 1 hari sudah bertanya-tanya dan jika orangnya ada malah tidak peduli sama sekali. Alam benar-benar aneh.
**********
Alam kembali keruangannya yang duduk di meja kerjanya dengan menyadarkan tubuh ke bangku kerja itu, memejamkan mata, Alam tidak tidur hanya terlihat butuh ketenangan.
Alam tiba-tiba mengingat kejadian malam itu. Bagaimana dia terlalu kasar pada Ayleen. Alam melihat Ayleen yang berusaha untuk berdiri dan seperti terjadi sesuatu pada Ayleen.
"Tuan!" tegur Dellon.
"Kenapa dia tidak masuk?" tanya Alam dengan cepat yang kaget dengan teguran Dellon.
Dellon kebingungan dengan pertanyaan itu dengan kedua alis terangkat.
"Siapa maksud tuan?" tanya Dellon.
"Tidak ada lupakan," sahut Alam yang seperti orang linglung.
Dellon hanya mengangguk-angguk saja.
"Tuan saya ingin mengingatkan untuk jadwal bertemu dengan Dokter Gibran siang ini," ucap Dellon.
"Baiklah!" sahut Alam.
"Kalau begitu saya permisi dulu tuan!" ucap Dellon pamit. Alam hanya mengangguk dan Dellon keluar dari ruangan itu begitu saja.
"Apa yang kau pikirkan Alam. Kenapa kau ingin tahu tentang dia?" batin Alam yang frustasi sendiri dengan penuh kebingungan yang tidak mengerti dengan dirinya yang gelisah. Karena tidak ada Ayleen.
******
Alam hari ini ke rumah sakit bersama dengan Dellon yang melakukan pemeriksaan seperti biasa. Setelah Alam selesai memeriksakan kesehatan. Alam berjalan di koridor Rumah Sakit dengan mengangkat telepon dan berhenti di depan salah satu ruangan rumah sakit. Tidak ada Dellon di samping Alam yang tidak tahu kemana.
"Nanti bisa dibicarakan dengan sekretaris saya, saya akan segera memberikan informasi yang lengkap!" ucap Alam menutup panggilan telepon tersebut.
"Tuan Alam!" Dellon muncul di hadapan Alam tiba-tiba yang membuat Alam kaget.
"Apa kau tidak bisa jangan seperti wanita itu yang muncul tiba-tiba seperti hantu!" kesal Alam yang memang hampiri jantung.
"Hmmm, maaf tuan!" Dellon langsung menundukkan kepala.
"Kau kembalilah terlebih dahulu ke Perusahaan. Kau minta semua dokumen pada Sari dan suruh dia untuk mengatur jadwal meeting berikutnya!" titah Alam.
"Baik Tuan. Kalau begitu saya permisi!" ucap Dellon pamit.
Alam menganggukkan kepala dan Dellon langsung pergi meninggalkan Alam.
Alam menghela nafas dengan mengusap wajah menggunakan kedua tangan yang terlihat frustasi dengan pekerjaan yang semakin menumpuk. Saat kedua tangan itu sudah tidak berada di wajahnya tiba-tiba mata Alam melihat ke arah dalam ruangan yang ada di depannya.
Alam menyerngitkan dahi melihat pasien yang ada di ruangan itu yang di periksa Suster. Bagi Alam seperti mengenali pasien yang tidak asing itu.
"Ayleen..." lirih Alam
Pasien yang ada di berada di atas ranjang rumah sakit itu adalah Ayleen memakai pakaian pasien Rumah Sakit dengan infus yang mengalir di tubuhnya dan juga alat pernapasan di hidung Ayleen. Dari jauh memang sangat jelas itu adalah Ayleen yang tidak sadarkan diri sama sekali.
"Dia masuk rumah sakit. Jadi itu membuat dia tidak datang ke kantor. Lalu kenapa dia masuk rumah sakit? apa terjadi sesuatu pada dia?" batin Alam dengan penuh tanya.
"Tuan Alam!" tegur Dokter Gibran yang sudah berdiri di depan Alam. Kedatangan Dokter itu membuat fokus Alam teralihkan.
"Dokter!" sapa Alam.
"Tidak Dokter. Saya baru saja mengangkat telepon dan akan segera kembali pulang," jawab Alam.
"Begitu rupanya! Semoga kondisi tuan baik-baik saja dan bisa menjaga kesehatan dengan baik dan ingat jangan bekerja terlalu keras yang harus kontrol setiap saat," ucap Dokter memberikan saran kepada Alam.
"Terima kasih Dokter yang tidak pernah lelah untuk mengingatkan saya," sahut Alam. Dokter hanya menganggukkan kepala dengan tersenyum.
"Baiklah kalau begitu saya tinggal dulu!" ucap Dokter yang hendak pergi.
"Tunggu Dokter!" cegah Alam.
"Adalah tuan?" tanya Dokter.
"Oh iya Dokter Gibran. Wanita yang ada di dalam sana. Kapan dia berada di rumah sakit ini?" tanya Alam yang penasaran.
"Oh Ayleen," sahut Dokter.
"Dokter mengenalnya?" tanya Alam dengan alis terangkat.
"Mana mungkin tidak mengenal pasien rumah sakit ini. Semua staf di rumah sakit ini juga mengenal dia. Dia salah satu pasien rumah sakit kami yang sedang melakukan rawat jalan," jawab Dokter.
"Maksud Dokter apa?" tanya Alam dengan dahi mengkerut.
"Ayleen pasien penderitaan leukemia stadium lanjut dan sudah 2 tahun mendapatkan perawatan jalan," jawab Dokter Gibran yang membuat Alam terkejut dengan mata melotot.
Nafas Alam seperti ingin berhenti mendengar pernyataan dari Dokter yang pasti tidak pernah diduga Alam jika Ayleen yang selama ini begitu ceria seperti tidak punya masalah dalam hidupnya yang ternyata wanita yang sakit.
"Maksud Dokter dia pasien sakit berkelanjutan?" tanya Alam memastikan.
"Ya dia pasien yang sakit. Namun, sangat ceria. Tetapi keras kepala. Kami menyarankan untuk dirawat di rumah sakit dengan kondisi pasien yang semakin memburuk. Tetapi tetap keras kepala yang ingin tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Sampai akhirnya kemarin malam kondisi Ayleen drop dan di larikan kerumah sakit. Semoga Setelah dia sadar bisa mendengarkan para Dokter di rumah sakit ini," jelas Dokter Gibran singkat.
"Jadi dia selama ini sakit," batin Alam yang masih tidak percaya dengan apa yang telah di lihatnya.
"Kalau begitu saya permisi tuan Alam!" ucap Dokter pamit. Alam hanya mengangguk saja yang terlihat masih kurang fokus.
Alam melangkah menghadap ruangan Ayleen yang lebih jelas melihat Ayleen yang terbaring lemas.
"Kamu Kerumah sakit mana?"
"Cipta Karya,"
"Kamu bertemu dengan Dokter siapa?"
"Dokter Gibran. Kenapa? kamu mengenal dia?"
"Iya aku kenal dengan Dokter Gibran!"
"Walau kamu sakit tapi belum tentu kamu mati duluan, siapa tahu aja aku terlebih dahulu mati,"
"Sudahlah kamu harus menikmati kehidupan yang indah ini. Di masa-masa terakhir kamu. Kamu itu seharusnya bersenang-senang dan bukan malah kerja terus. Kamu harus menikmati dunia sebelum mati,"
Alam terus teringat dengan semua perkataan Ayleen, dia juga pernah melihat Ayleen mimisan dan ternyata itu terjadi bukan karena hal biasa. Karena Ayleen yang di anggap sangat ceria menderita kanker stadium lanjut. Alam juga pernah bertemu Ayleen di rumah sakit dan pasti karena Ayleen melakukan pemeriksaan.
"Malam itu dia larikan kerumah sakit. Apa itu karena kejadian itu...." batin Alam bertanya
Entah apa yang di pikiran Alam. Mata Alam berkaca-kaca melihat Ayleen di dalam sana. Hati Alam seolah tidak tenang dengan apa yang dia lihat.
Bersambung
penasaran nih apa yg dilakukan Ayleen 🤭🤭😜😜