Menceritakan kisah cinta antara bos dan assisten pribadinya. Dimana mereka dulunya adalah teman dekat sewaktu sekolah dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NovitaEdi Mboknya Gavriel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Keributan
Aiko mengikuti Shaka dan juga Dewi meninjau makanan yang akan dipesan oleh Dewi. Ada beberapa makanan yang disiapkan. Ada juga beberapa kue. Karena saking banyaknya, Dewi sampai bingung memilihnya. Dia meminta rekomendasi dari Shaka untuk memilihkan hidangan yang cocok untuk acara ulang tahunnya minggu depan.
"Kalau disuruh milih sih, pasti aku pilih yang enak dan mahal. Tapi, semua sesuai selera masing-masing sih. Kamu cicipi aja dulu, mana yang paling kamu suka!" kata Shaka.
Dewi pun nurut kata Shaka. Ia mulai mencicipi makanan satu per satu. Bersama dengan Shaka juga. Cukup lama Dewi menilai makanan mana yang ia suka. "Em.. Kayaknya ini enak deh Ka.." Dewi menyodorkan makanan ke mulut Shaka bermaksud untuk menyuapi Shaka. Dan lucunya, Shaka membuka mulutnya, ia menerima suapan dari Dewi.
Jleb!
Hati Aiko terasa tertusuk. Sakit. Tapi ia tak tahu kenapa hatinya terasa seperti itu. Aiko bahkan mengalihkan pandangannya. Ia tak mau melihat keuwuan Shaka dengan Dewi.
Namun ternyata diam-diam Shaka memperhatikan Aiko. Ia tahu Aiko merasa tak nyaman. Tiba-tiba ia mengambil makanan dan menyodorkannya ke mulut Aiko. "Cobain!" kata Shaka.
Namun Aiko menghindar, ia menolak suapan Shaka dengan alasan dia masih kenyang. "Aku masih kenyang." jawab Aiko dengan nada bicara berbeda. Sepertinya dia sedang kesal.
"Oh iya Ai, kamu coba aja sekalian. Kasih aku rekomendasi, aku masih bingung." kata Dewi. Sepertinya Dewi juga ingin dekat dengan Aiko.
Mau tak mau Aiko pun ikut mencicipi hidangan di depannya. Ia pun memberi rekomendasi hidangan untuk acara ulang tahun Dewi. Dewi pun setuju dengan rekomendasi Aiko karena sebelumnya itu juga yang Dewi inginkan. Selera mereka sepertinya sama.
"Makasih ya Ai, kamu udah bantu aku.." kata Dewi.
"Sama-sama Bu.." suatu kebanggaan buat Aiko bisa membuat klien merasa puas.
"Pak Arshaka, siang ini ada acara nggak?" tanya Dewi yang membuat Shaka sedikit kaget. Ia melirik Aiko seperti ingin menanyakan jadwalnya.
Aiko pun seketika sadar. Ia mulai memeriksa handphone-nya. "Nggak ada pak. Siang ini free.." kata Aiko.
Senyuman di wajah Dewi seketika merekah. "Makan siang diluar yuk!" ajaknya.
"Bukannya kita baru aja makan ya?"
"Kan cuma dikit.. Sekalian aku ingin ngobrol sama pak Arshaka.." ucap Dewi.
"Kenapa nggak ngobrol disini sekalian makan siang?"
"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat.."
Lagi dan lagi Shaka sempat terkejut dengan ajakan Dewi tersebut. Ia kembali menatap Aiko. Namun Aiko pura-pura tak melihatnya. Aiko mengalihkan pandangannya. "Boleh. Mari.." Shaka menyetujui ajakan Dewi. Tentu saja itu membuat Dewi merasa sangat senang.
"Ai, kamu-"
"Aku di kantor aja." sahut Aiko.
Shaka terus menatap Aiko. Dia merasakan jika sepertinya Aiko sedang marah. Namun, Shaka harus menepati janjinya. Ia pergi keluar kantor bersama Dewi.
Mereka pergi ke sebuah restoran dengan konsep outdoor dan berada di tepi danau. Tempat itu cukup rame. Setelah memilih tempat dan memesan makan. Dewi mulai membuka obrolan. Ternyata, dia sedang galau. Belum lama ia putus dengan pacarnya.
"Kalau masih cinta kenapa nggak balikan?" tanya Shaka. Sebenarnya dia malas menanggapi permasalahan seperti itu. Karena dia paling nggak suka ikut campur urusan orang lain.
"Hiks.. Aku takut Ka, eh maaf, aku panggil Shaka aja ya biar akrab." Shaka menganggukan kepalanya. Ia tak mempermasalahkannya sama sekali.
"Takut kenapa?"
"... Cowok aku itu kasar. Dia juga egois, aku sering dipukul sama dia." Dewi menunjukan bekas pukulan mantan pacar Dewi dibagian janggut.
"Cemen banget sih tu cowok." Shaka merasa sangat kesal. Dia paling tak suka dengan lelaki yang suka main tangan dengan wanita.
"Udah jangan nangis!" Shaka memberikan sapu tangan untuk Dewi menghapus air matanya.
Brakk..
Namun tiba-tiba seseorang merebut sapu tangan itu kemudian membuangnya. "Oh jadi karena dia, kamu mutusin aku?" seorang lelaki berkulit hitam dan bertubuh kekar mendorong Shaka.
"Roy?" ternyata lelaki itu mantan pacar Dewi yang baru saja mereka ceritain.
Tanpa basa basi, lelaki bernama Roy tersebut memukul Shaka, tepat di wajahnya. Bukkk!
Shaka terjatuh. Darah segar mengalir di sudut bibirnya. Shaka pun langsung bangkit, dia membalas pukulan Roy berulang kali. Sampai perkelahian tak bisa dihindarkan.
Bukk!
Pyarrr!
Keributan itu membuat para pengunjung berhamburan. Tak lama, mereka dipisah oleh pihak keamanan. Mereka berdua diamankan dan diminta ganti rugi.
....
Aiko mendengar kabar jika Shaka dibawa ke kantor polisi segera pergi menyusulnya. Dia begitu khawatir dengan keadaan Shaka. Segera ia pergi ke kantor polisi bersama dengan Fahri.
Saat ia masuk ke dalam kantor polisi. Ia masih melihat keributan antara Shaka dengan seorang lelaki yang Aiko tidak mengenalnya. Bahkan pihak polisi sampai harus turun tangan melerainya.
"Kalian berdua hentikan! Hanya karena wanita, kalian sampai seperti ini!" omel pak polisi yang mulai kewalahan melerai Shaka dan Roy.
"Ingat, meskipun kamu pacar barunya, tapi aku orang lama yang akan jadi pemenangnya." ucap Roy.
"Jangan ngimpi! Orang lama tidak akan bisa menggantikan orang baru. Apalagi orang lama itu suka kasar dan main tangan." ucap Shaka dengan santai.
"B*ngs*t.." Roy kembali meronta. Dia tidak terima dengan ejekan Shaka.
"Akan aku rebut Dewi dari kamu!"
"Coba aja kalau bisa." lagi- lagi Shaka berkata dengan santai. Dan saat itu, Dewi juga sedang mengobati luka Shaka membuat Roy semakin terbakar cemburu.
Namun sayang, perkataan Shaka itu terdengar jelas oleh Aiko yang mulai berpikiran negatif terhadapnya. Dia mengira Shaka dan Dewi telah pacaran. "Pak.. Gimana keadaan bapak?" tanyanya mengagetkan Shaka.
"Ai? Aku nggak apa kok.." jawab Shaka. Entah kenapa Shaka merasa begitu takut. Apalagi melihat wajah Aiko yang dingin.
Sementara Fahri sedang mengurus semuanya supaya Shaka bisa segera dibebaskan.
"Aku bisa sendiri.." Shaka tidak lagi mau diobati oleh Dewi. Dia tidak ingin Aiko salah paham.
Setelah semuanya selesai. Mereka kemudian kembali ke kantor. Dewi yang merasa bersalah juga ikut pergi ke kantor Shaka. Selain itu, dia juga nampak khawatir dengan luka Shaka.
"Ka, aku minta maaf banget ya, karena aku, kamu jadi kayak gini?" ucap Dewi dengan wajah sendu. Matanya juga berair.
"Its ok." Shaka tersenyum kecil supaya Dewi tidak merasa bersalah terus.
Dengan alasan khawatir, Dewi enggan pergi dari kantor Shaka. Dia bahkan melayani Shaka selayaknya assisten pribadinya. Tentu saja Shaka merasa canggung karena tidak terbiasa. "Biar Aiko aja ya, itu kan tugas dia." ucap Shaka saat Dewi membuatkan dia kopi.
"Nggak apa kok, cuma sekali-kali."
"Tapi aku nggak enak. Kamu kan klien aku."
"Tapi aku juga pacar kamu.." ucap Dewi yang kembali terdengar oleh Aiko. Karena merasa canggung dengan situasi itu, ia pun memilih untuk keluar dari ruangan Shaka.
"Dew, kita kan?"
Dewi tertawa melihat wajah Shaka yang terkejut. "Pacar bohongan maksudnya. Makasih ya Ka, karena kamu udah bantuin aku tadi.." ucap Dewi.
"Its ok. Nggak masalah." jawab Shaka sembari melirik Aiko yang sedang fokus di meja kerjanya. Shaka sengaja tidak menutup tirai supaya dia bisa melihat Aiko dengan jelas. Namun sepertinya Dewi tidak menyadari semua itu.