MULAN, JIWA YANG TERLAHIR KEMBALI

Selama dua hari di Bali, Mulan dan yang lainnya, sudah mengunjungi beberapa tempat wisata.

Mereka benar-benar menikmati waktu liburan, dan melepaskan segala penat akibat kesibukan di hari-hari biasanya.

Terutama si kecil Muhan dan April. Dua orang ini seperti tidak merasakan lelah, dan tidak pernah kehabisan baterai, di siang hari. Ya, walaupun malam harinya, setelah kembali ke villa, mereka langsung terkapar di tempat tidur.

Saat ini si kecil Han dan mamanya sedang mengobrol di dalam kamar. Dengan posisi sudah berbaring di atas kasur.

"Mama, mama, besok kita akan mengunjungi tempat wisata mana lagi?" tanya si kecil Han dengan mata berbinar, penuh rasa ingin tau dan ketidak sabaran.

"Em, kemana ya?" ucap Mulan, pura-pura berfikir.

"Bagaimana kalau kita di villa saja. Mama capek kalau jalan-jalan terus." lanjut Mulan, dengan sedikit nada tidak berdaya.

"No no no. Selama di Bali, kita tidak boleh tinggal di villa terus menerus." ucap si kecil Muhan dengan menggelengkan kepalanya, penuh penolakan.

"Kita harus jalan-jalan setiap hari, dan mengunjungi semua tempat wisata yang ada di sini."

"Naka sama Cecil, merek sudah pernah mengunjungi semuanya. Aku nggak mau lagi kalah dari mereka." lanjut si kecil Han, dengan penuh semangat, dan tekad yang kuat.

Naka dan Cecil ini teman sekelas Muhan, di sekolahan. Mereka sering memamerkan apa apa saja, ke pada satu dengan yang lainnya. Namanya juga anak kecil, pasti merasa tidak ingin kalah, dari teman lainnya. Begitu juga yang di rasakan si kecil Han, saat ini.

"Dasar anak kecil." batin Mulan saat mendengarkan cerita si kecil Han. Meski begitu, bibirnya membentuk senyuman penuh kasih sayang.

"Baiklah, besok kita jalan-jalan lagi. Baby Han mau kemana?" tanya Mulan, yang meminta pendapat si kecil Han.

"Mama, aku bukan bayi lagi. Jangan panggil aku baby terus." si kecil Han tampak cemberut, mendengar sang mama memanggilnya 'baby Han'.

"Naka dan Cecil akan mengejekku, nanti." lanjutnya lagi, dengan wajah yang semakin di tekuk.

"Tidak perlu mengurusi, dan mendengarkan ucapan mereka." ucap Mulan, sedikit mengusap rambut si kecil Han, dengan penuh kasih sayang.

"Lalu, mama harus panggil apa dong?, 'little Han'?" tanya Mulan pada si kecil Han, dengan sedikit menggoda.

"Tidak tau. Yang penting tidak baby lagi." ucap si kecil Han, dengan malu-malu.

"Baiklah Han kecil. Beri tahu mama, tempat mana yang ingin kamu kunjungi?" tanya Mulan, pada Han kecil.

Saat ini Mulan sudah memiringkan badannya, menghadap baby Han.

"Emmm,, ke tanah lot." ucapnya pelan.

"Kenapa ingin ke sana?" tanya Mulan sedikit penasaran.

"Naka bilang, di sana ada ular sakti. Katanya kalau pas ularnya muncul, bisa di sentuh dan meminta permohonan. Kalau beruntung, permintaannya bisa terkabul." jawab si kecil Han, yang menirukan kata-kata yang di dengar dari Naka.

"Mana ada yang seperti itu. Siapa pula yang mengajari Naka, jadi tukang tipu di usia dini?"

Mulan mengernyitkan dahinya, setelah mendengar perkataan Han kecil.

"Yaudah besok kita ke sana. Sekarang tidur dulu." Mulan membenahi selimut untuk si kecil Han.

"Em." si kecil Han menganggukkan kepalanya dengan penuh kegembiraan.

"Aku seneeeng banget, mah. Rasanya aku jadi nggak bisa tidur." ucap si kecil Han dengan wajah berseri-seri, meski matanya mengantuk.

"Tidur. Ayo tidur." ucap Mulan, kemudian memeluk si kecil Han.

Tak menunggu lama, terdengar dengkuran halus dari si kecil Han.

"Em, katanya nggak bisa tidur, tapi langsung ngorok." gumam Mulan dengan menyunggingkan senyum, ketika memandangi wajah terlelap si kecil Han.

"Mau sebesar apapun kamu, kamu tetap bayi kecil mama." ucap Mulan lagi, kemudian mengeratkan pelukannya pada si kecil Han, dan ikut memejamkan matanya.

Setelah menghapus rekaman CCTV, yang menangkap wajah dan kegiatan mereka, Mulan merasa lebih tenang. Karena dia tau, orang itu tidak lagi tinggal di negara yang sama dengan dirinya. Kemungkinannya lagi, orang itu tidak lagi mengingat dirinya, yang tidak berguna dan tidak penting ini.

Yang Mulan tidak ketahui adalah, orang itu, tuan Malik Abraham, sudah hampir satu tahun yang lalu kembali ke indonesia, dan kembali menetap di jakarta.

Juga ada beberapa orang yang terus mengawasi pergerakannya, secara sembunyi-sembunyi.

Kali ini tuan Malik berada di Bali, karena sedang mengurus cabang perusahaannya yang mengalami sedikit kendala. Jadi dengan terpaksa dia harus turun tangan.

Dan untuk pasangan paruh baya yang tidak memiliki pekerjaan, alias pengangguran itu, yang sayangnya adalah orang tua dari tuan malik sendiri. Tiba-tiba menyusul ke Bali, hanya karena ingin menghabiskan waktu untuk mencari hiburan, dan bersenang-senang.

Malik tidak pernah menyangka, dengan adanya masalah di cabang perusahaannya ini, dia akan menemukan jejak wanita yang sudah lama di cari.

Kali ini tidak hanya jejak wanita itu, tapi juga ada seorang pria kecil yang wajahnya 70% hampir mirip dengannya.

Muncul seringai misterius dengan sedikit kekejaman, di sudut bibir tuan Malik. Setelah asisten Ron, membacakan hasil laporan pengintaian, mengenai wanita bernama Mulan, dan keluarganya.

"Jadi wanita itu sudah memiliki suami?" tanya tuan Malik, pada asisten Ron.

"Benar tuan."

"Dan suami nona Mulan, merupakan staff kantor di salah satu perusahaan kami." lanjut asisten Ron, memberikan informasi sejelas-jelasnya.

"Tanggal berapa, anak itu lahir?"

"24 Maret 2018, tuan."

"Di rumah sakit mana?" tanya tuan Malik lagi.

"Padahal tadi, aku sudah membacakan semuanya. Masih bertanya lagi." gerutu asisten Ron, yang hanya mampu di ucapkan dalam hati.

"Maaf tuan. Tidak ada informasi."

"Ehmmm.." tuan Malik mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja.

"Jadi kamu ingin bermain-main dengan ku?"

"Kita lihat saja, sampai sejauh mana, kamu ingin terus bersembunyi dari ku."

Mulan Guanlin, 24 tahun.

Terimakasih untuk para pembaca yang sudah memberikan dukungan, like komen dan hadiahnya.