Ketos Galak Benci Jadi Cinta

Haii, Bestii

Sebelum baca follow dulu ya pren!!

Mohon maaf apabila ada kesamaan, tokoh,

Tempat dan waktu dengan cerita lain

    Terus comment buat ceritaku ya!!

Tolong jangan menghujat tokoh ya syg

                     Thankyouuuuu!!!

    Selamat datang di dalam cerita ku

                                     ~••~

Sejak dimana naya tidak sengaja menabrak ketua osis itu,hidupnya di dalam lingkungan sekolah tidak tenang. Semakin banyak yang terang-terangan membully nya, mencaci dirinya.

Bukan, hanya teman sekelasnya saja yang merundung dirinya, kakak kelas nya juga sampai tega mengunci naya di toilet sekolah. Untung saja waktu itu ada kang acep yang lagi bertugas memeriksa setiap sudut sekolah nya.

Hingga kang acep, menemukan naya yang terus mengedor pintu toilet meminta pertolongan.

Kang acep segera berlari menuju toilet wanita,ia segera mengambil kunci di saku celananya agar bisa cepat-cepat membuka pintu tersebut.

Pintu telah terbuka, menunjukkan seorang gadis yang kini terduduk lemas suaranya sudah serak hampir habis akibat terlalu lama berteriak meminta pertolongan.

"Iya tuhan neng naya, kenapa?" Tanya kang acep khawatir pada naya yang sudah tak mampu menjawab pertanyaan kang acep.

"Ayo, neng biar akang bantu ke UKS." Ujar kang acep dengan kasihan.

"Makasih ya kang udah nolongin naya." Gadis itu berbicara dengan suara yang pelan,ia berusaha sebisa mungkin untuk berdiri sendiri.

"Naya udah ga papa kok kang, naya langsung pulang aja kasian nenek dirumah sendiri." Ujar gadis itu menolak ajakan kanb acep untuk membawanya pergi ke UKS guna memeriksa kondisi nya.

"Beneran udah gak kenapa-kenapa neng?" Tanya kang acep menyakinkan nya.

"Iya kang, sekali lagi makasih ya." Kini gadis itu pergi meninggalkan kang acep sendirian di koridor sekolah.

Kang acep menatap naya dengan rasa iba. Seperi ini lah kehidupan kita yang tidak memiliki apa-apa akan di pandang rendah, terhadap yang memiliki segalanya.

*

*

*

Diperjalanan menuju parkiran gadis itu berselih dengan seorang ketua osis, dimas menatap nya dengan tatapan menjijikan,benci dan muak terhadap gadis yang berjalan pelan menuju sepeda pink miliknya.

Naya tidak menyadari keberadaan ketua osis itu, sampai pada saat ada sebuah tanggan kekar yang menarik nya hingga terjatuh ke tanah. Naya menggaduh kesakitan akibat tarikan kasar tersebut.

Dimas, kini berjongkok mensejajarkan tinggi nya, ia menekan dagu gadis itu dengan kuat,hingga sang empu meringis kesakitan.

"Kak le-lepas sa-sakit." Gadis tersebut kesakitan akibat cengkraman yang kuat terhadap dagunya. apa lagi tadi juga dia menggalami pembullyan yang dilakukan kakak kelasnya.

"Lo mau gue lepas?" Pria itu semakin menekan dagu naya, membuat gadis itu hanya bisa mengganguk kan kepala nya saja. Pertanda iya ingin di lepas kan.

"Ga semudah itu lo biar lepas dari gengaman gue." Pria itu menatap dengan tajam mata naya yang kini mulai berair.

"Aku mo-mohon kak le-lepas, i-ini sakit." Naya sudah tidak bisa lagi menahan air matanya, yang kini mulai membanjiri kedua pipi nya.

"A-aku ada sa-salah apa sama kakak?" Kini gadis itu memberanikan diri untuk bertanya kepada pria di depannya.

"Lo pura-pura lupa? Atau lo emang lupa beneran?" Pria itu semakin naik darah melihat gadis di depannya ini.

"Salah lo. Karna udah berani ngusik ketenangan gue." Ujar pria tersebut

"Aku mi-minta maaf kak, ta-tapi aku be-bener-bener ga sengaja nabrak kakak waktu itu." Gadis itu memohon maaf pada ketua osis yang semakin hari semakin kejam pada nya.

"Maaf lo gada arti nya sama baju gue yang lo bikin kotor." Sergah pria itu dengan suara nan dingin.

"Lo itu cuman gadis miskin,  lo gak akan mampu gantiin baju gue yang mahal itu. Dasar pembawa sial, mending lo cabut aja dari sekolah ini, nanti yang ada seluruh siswa disini ikut-ikut kebawa sial kayal lo." Ucap pria itu dengan menyudutkan naya. Gadis itu tak mampu membela dirinya di depan pria tersebut.

"Selagi lo ga cabut dari sekolah ini, lo akan tetap berurusan sama gue. Paham lo!" Bentak pria itu tepat di wajah naya.

"Salahin orang tua lo yang ga mampu itu, miskin!"  Pria itu akhir nya melepaskan cengkramannya pada dagu gadis tersebut.

Dimas berdiri sambil melihat ke bawah, menatap naya dengan ekspresi jijik. Yang bikin hati gadis itu semakin sakit. Gadis itu sempat mengagumi dimas dari kejauhan, ia tidak berani untuk terus terang terhadap kakak kelas nya, gadis itu sadar. Dirinya hanya gadis miskin yang tak memiliki keluarga yang harmonis.

Pria tersebut melangkah mundur, meninggalkan naya dengan luka di hatinya semua perkataan pria itu berhasil menyayat hati mungil gadis tersebut.

"Tuhan,kenapa kau memberiku ujian seperti ini!" Gadis itu mengeluh terhadap sang pencipta.

"Naya cape diperlakukan serendah ini dengan semua orang, naya lelah terus-terusan dibully badan naya sakit-sakit semua." Tangisnya semakin pecah, tubuh dan hatinya sama-sama terluka.

Cukup lama gadis itu menangis, kini ia tersadar hari sudah mulai mau gelap neneknya. Pasti Khawatir, karna sejak dari tadi ia belum sampai di rumah.

Astgafirullah, gadis itu membatin lalu segera bangkit dengan tertatih menuju sepeda miliknya. Ia berusah mengayuh sepedanya meskipun kaki nya terasa agak sakit. Tapi naya berusaha sekuat mungkin untuk bisa pulang menuju rumahnya.

*

*

*

Saat ini, sang nenek sangat khawatir terhadap cucu nya. Yang sampai sekarang belum tiba juga dirumah, ia takut terjadi apa-apa kepada cucu nya yang masih duduk dibangku XI itu.

Sudah ada lima kali neneknya, mengecek diluar rumah memastikan cucu nya sudah sampai. Hari sudah berganti dengan malam nenek semakin takut, tidak ada siapa pun tetangga yang mau di minta tolong, nenek hanya bisa berdoa sambil menunggu kepulangan cucunya dengan selamat.

"Iya tuhan tolong lindungi lah cucu ku itu, aku tak ingin dia kenapa-kenapa. Hanya dia seorang yang ku milik tuhan." Nenek terus berdoa meminta perlindungan tuhan terhadap cucunya.

"Assallamualaikum,nek buka pintu nya ini naya." Gadis itu mengetuk pintu rumah nya,ia juga tak lupa memangil sang nenek.

"Wa'alaikumsalam." Ketika membuka pintu, yang pertama kali di lihat nenek adalah naya. Ia langsung memeluk sang cucu dengan sayang.

"Maafin naya, udah bikin nenek khawatir sampai segini." Gadis itu merasa bersalah terhadap sang nenek yang menunggu dirinya pulang.

"Ga. Papa sayang, yang penting naya pulang dengan selamat, itu udah bikin nenek lega." Ujar sang nenek

"Naya udah makan?" Tanya nenek

"Hmm, bemum nek."  Gadis itu menjawab engan lemah.

"Yaudah ayo sekarang kita makan, nenek udah masakin makanan kesukaan kamu loh." Ujar sang nenek.

"Makasih nenek ku tersayang." Naya tersenyum.