Orin

Orin

Bab 1 Orin

Motor Ducati merah melaju kencang kebut-kebutan di jalan raya. Banyak pengendara menyumpahi si pengendara yang memakai jaket kulit hitam dan menggunakan helm full face hitam. Orin gadis berusia 19 tahun menumpahkan segalanya dengan menancap full gas pada motornya.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya, Orin mendapatkan kejutan pesta ulang tahun yang disiapkan kekasih dan teman-temannya. Sesampainya di restoran, di tempat VVIP Orin niatnya ingin memberi kejutan kepada mereka. Tapi Orin mengurungkan niatnya.

Kala itu di belakang pintu ruangan VVIP Orin mendengar suara Faris kekasihnya tertawa bersama dengan sahabatnya Maya.

"Yakin kamu tidak cemburu?" tanya Faris.

"Ya pastilah aku cemburu. Tapi kamu kan gak cinta Orin. Kamu cuman memanfaatkan Orin untuk mendapatkan keinginan mu kan?" Maya bergelut manja.

"Iya sayang. Orin sangat mencintaiku. Dan kami akan kuliah di universitas yang sama, Orin berjanji akan membiayai. Bisakah kamu menunggu ku? Aku sangat memerlukan Orin demi kesuksesan ku. Siapa tahu nanti aku kerja di Kantor Papa Orin. Aku pasti akan melamar mu." Faris mencium pipi Maya.

"Dan aku akan berpura-pura menjadi sahabat yang baik untuk Orin." Maya tertawa.

"Eh kalian, sebentar lagi Orin datang. Gak takut ketahuan," terdengar suara Tio.

"Awas aja kalo kalian ngadu. Kalian gak akan kenyang seperti sekarang." Faris tersenyum.

"Iya berkat Orin, kita semua makan enak. Goblok amat si Orin. Dia mengira semua dapat dibeli dengan uang termasuk pertemanan. Mana ada yang suka dengan gadis yang kasar, egois, sombong mentang-mentang anak Sultan," Tio dengan sinisnya.

"Iya, gue cuman memanfaatkan uang Orin. Gadis belagu suka perintah-perintah. Mana ada yang mau jadi teman dia. Selama kita manggut-manggut dan turuti kemauan dia, kita pasti dapat duit yang banyak. Ha, ha, ha." Wati dan semua teman tertawa bersama.

Orin pergi meninggalkan restoran lewat pintu belakang. Dengan perasaan kecewa, sedih, marah karena teman dan kekasihnya selama ini tidak tulus bersamanya.

Orin anak ketiga dari tiga bersaudara. Orin anak perempuan satu-satunya dan dia sangat dimanjakan oleh keluarganya. Karena menjadi Putri di dalam keluarganya, sifat Orin terbawa ke dunia luar. Orin suka memerintah orang lain dan selalu menyelesaikan semua masalah dengan uang. Orin takut kehilangan teman, Orin selalu memanjakan teman-temannya dengan memberikan mereka uang.

Langit hitam pekat, awan perlahan meneteskan butiran air. Lama kelamaan menjadi jarum-jarum kecil yang jatuh dari langit. Hujan semakin deras jalan semakin licin. Di tambah lagi jalanan padat merayap. Orin tetap saja mengebut di jalan. Cacian dan umpatan tidak dihiraukannya. Orin semakin ugal-ugalan di jalan raya.

Orin hampir saja menabrak dan ditabrak pengendara lain. Orin tidak peduli berapa kali lampu merah yang dilanggar. Orin hanya ingin melampiaskan rasa sesak di dadanya.

VROOOM!

VROOOM!

Orin mempercepat laju motornya menerobos derasnya hujan. Orin bahkan tidak menyentuh rem sama sekali. Entah kenapa hatinya tidak terima mendengar perkataan jujur dari teman-temannya. Orin menangis di tengah gemuruh dan derasnya hujan. Matanya basah tiba-tiba penglihatannya mengabur.

SZZZZT!

Kilatan petir yang menyilaukan menyadarkan Orin. Mata Orin melebar selebar-lebarnya tatkala nampak seorang nenek tua tepat di depan motornya. Orin panik, dia menginjak rem belakang. Usahanya percuma karena Orin terlanjur menghabiskan full gas motornya. Orin berteriak dan terus menekan klaksonnya.

TIN!

TIIIIIIIIINNN!

CKIIIITTTT!

BRAAAAKK!

Semua orang berteriak histeris. Mereka mengerumuni Orin yang jatuh tergeletak di trotoar tidak sadarkan diri dan helmnya terlepas. Kepalanya mengeluarkan darah. Kondisi motor Ducati merah Orin menabrak tiang listrik, lampu depan dan belakang pecah, spion patah dan salah satunya kaca spionnya menghilang.

Orang-orang terkejut, ternyata pengendara itu seorang gadis. Mereka segera menghubungi ambulans.

Orin terbangun, Orin kebingungan mengapa banyak orang mengelilinginya. Dan di depannya ada seorang nenek tua yang tersenyum kearahnya. Orin penasaran, Orin berbalik ke belakang, Orin tersentak, tubuhnya langsung berdiri, matanya terbelalak, mulutnya terbuka lebar. Orin melihat dirinya diangkat di atas tandu dan dimasukkan ke dalam mobil ambulans.

Orin berlari masuk ke dalam ambulans. Orin melihat kepalanya banyak mengeluarkan darah segar. Para perawat memasang selang infus di tangannya, dan memasang oksigen untuk membantu pernapasannya. Orin mencoba masuk ke dalam tubuhnya tapi tidak bisa. Orin mencoba lagi, lagi dan lagi tapi usaha Orin selalu gagal.

Orin berpaling menatap ke arah nenek yang duduk diseberangnya. Nenek itu hanya tersenyum.

"Permisi, sebelumnya saya minta maaf karena hampir menabrak Nenek. Bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Orin.

Tiba-tiba saja Orin menyipitkan mata dan mengangkat tangannya untuk menghalangi dari cahaya yang menyilaukan mata. Dan di saat Orin menurunkan tangannya, Orin berada di tempat yang serba putih. Orin memandangi dirinya yang menggunakan baju dan celana putih.

"Nek, apa yang terjadi? Apa saya sudah meninggal?" wajah Orin memucat.

"Sekarang kamu berada di tengah dua dunia antara dunia nyata dan dunia kematian. Selama hidup mu kamu banyak menyakiti hati orang." Nenek itu menjentikkan jarinya.

Sekejap muncul layar lebar di hadapan Orin. Terlihat di saat Orin sedang makan di dalam restoran dan tanpa sengaja pelayan itu menumpahkan air putih ke baju Orin. Orin marah besar dan meminta pelayan itu segera dipecat. Pelayan restoran meminta maaf dan memohon tapi Orin dengan sombongnya meninggalkan pelayan itu tanpa belas kasihan.

Pelayan itu pulang ke rumah kontrakan. Dan di sana dia sudah ditunggu pemilik kontrakan. Karena tidak punya uang akhirnya pelayan itu diusir dari rumah kontrakan. Sekarang dia tinggal di bangunan bekas gudang dan karena Orin dia kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Orin terdiam, Orin baru menyadari betapa egois, sombong, jahat dirinya. Orin pun melihat berbagai kelakuannya yang menyengsarakan orang. Semua itu juga tidak lepas dari pengaruh teman-teman Orin yang nakal.

"Dosa-dosa mu sangat banyak. Dan kamu harus mempertanggungjawabkannya!" Nenek dengan wajah yang masam memanggil seseorang.

Terdengar suara langkah yang berat, bumi seakan berguncang, tubuh Orin bergoyang hampir kehilangan keseimbangan. Entah kenapa Orin merasakan merinding seluruh badan. Ketakutan semakin mencekam, Orin mencoba berlari sekuat tenaga tapi tempat itu tidak ada ujungnya. Orin mencari tempat untuk bersembunyi.

Orin penasaran siapa orang ini? Langkahnya saja membuat Orin gemetar. Aromanya membuat napas Orin tercekik. Dan hembusan napasnya seolah membakar tubuh Orin.

"Jangan lari! Aku adalah malaikat maut yang akan menjemput mu. Semua yang kamu rasakan saat ini adalah apa yang kamu lakukan di dunia. Kamu tidak dapat bersembunyi. Ikutlah bersama ku!" Malaikat maut mengayunkan cambuknya dan menarik tubuh Orin dengan paksa.

"Maaf, maafkan saya. Tolong beri saya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan saya. Tolong, saya mohon." Orin memohon dengan berlinangan air mata.

"Semua manusia sama, mereka selalu berjanji tapi tidak pernah menepati. Apa kamu juga seperti mereka!" Malaikat maut menarik sesuatu dari atas kepala Orin.

Mata Orin terbelalak, tubuhnya sangat kesakitan, tubuhnya seperti ditarik-tarik dan dicabut dari setiap urat saraf, sendi, akar rambut, kulit sampai kaki. Orin menjerit kesakitan. Rasanya begitu dashyat Orin merasakan sakaratul maut.

AAAAGHH!

TIIIIITTTTTTTTTTTT!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902

Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902

ketemu cerita yg seru nih

2024-06-06

2

Queen

Queen

awal cerita Sudah menegangkan 😱

2024-05-18

1

Queen

Queen

waduh

2024-05-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!