Rela berkorban demi pujaan hati, Andara meninggalkan keluarganya dan menikah dengan pria pilihannya.
Delapan tahun berlalu, Andara merasa sikap suaminya mulai berubah.
Cinta yang biasa selalu terpancar dari binar mata Andri mulai redup.
Perhatian lelaki itu memang tak berkurang, kasih sayangnya pun demikian, tapi Andara tahu hati suaminya tak lagi sama.
Lantas apa yang akan di perbuat oleh Andara untuk mengembalikan hati sang suami.
Sebenarnya apa yang terjadi pada rumah tangga mereka di 8 tahun pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan.
Dewa melihat adiknya dengan tatapan prihatin, sementara Andara menatap Dewa dengan mata penuh kekaguman. Bagaimana tidak, kakaknya yang dulu begitu nakal kini sudah bisa memiliki profesi yang pasti akan dibanggakan oleh orang tua mereka. Tidak seperti Andara yang memilih menjadi pembangkang.
Selama dirawat. Dewa juga tidak memaksa Andara untuk bercerita mengenai Andri cukup bisa melihat adiknya saja Dewa sudah sangat-sangat bersyukur. Andara juga berkata belum siap ketemu kedua orang tua mereka.
Tiga hari dirawat di rumah sakit, Andara sudah diperbolehkan pulang. Sampai hari ini Dewa belum melihat batang hidung lelaki yang diperjuangkan oleh sang adik, justru yang terus datang malah laki-laki yang pada akhirnya Dewa tau sebagai orang yang telah membawa adiknya ke rumah sakit ini, serta Dewa menjadi saksi bagaimana Andara mendapatkan perlakuan spesial dari dokter spesialis bedah paling disegani oleh seluruh staf, sekaligus pemilik rumah sakit tempatnya bertugas.
"Aku sudah minta jemput Mas Andri, Abang."
Dewa yang sibuk mengecek obat Andara menoleh. Lelaki itu tak bersuara sedikitpun.
Sementara Andara diam-diam memperhatikan raut wajah laki-laki yang duduk di ruangannya sejak dini hari, Andara dapat melihat raut wajah Gavin berubah, tapi Andara tidak memperdulikan, sebab saat ini bagaimanapun Andri masih berstatus suaminya.
Farazt sendiri tidak sempat menemui Andara karena pria itu tengah menangani operasi besar, Andara hanya menitipkan salam untuk pria itu pada Dewa.
...****************...
Andri sedang menemani Gia menikmati sarapan paginya. Semua nasehat ibunya Andri lakukan, cuma satu yang tidak bisa Andri turuti, yang diperintahkan sang ibu, melupakan Andara dan hidup bahagia. Mungkin iya, jika hanya berpura-pura.
Andri mampu hidup, pergi bekerja setiap hari, juga menghadiri acara dan pertemuan penting.
Namun jika laki-laki itu diminta melupakan istri pertamanya dan hidup bahagia. Bagaimana dia akan melakukan itu, Andri tidak tahu caranya. Setiap sel dalam otaknya mengingat Andara, setiap indra pada tubuhnya lekat akan kenangan tentang istrinya, dan setiap detak dari jantungnya menyerukan kerinduan pada perempuan itu.
Seperti halnya pagi ini, setelah 4 hari berlalu dan tidak ada kabar tentang Andara, setelah menemani Gia sarapan, Andri duduk di depan meja kerja menatap ponsel begitu khusyuk. Tak sadar Gia masuk setelah mengetuk pintu berkali-kali dan tidak ada jawaban. Gia tertegun di depan pintu, karena laki-laki yang tersenyum getir itu begitu larut dalam kenangan akan istri pertamanya.
Kabar kepergian istri pertama Andri adalah hal paling mengejutkan dalam hidup Gia. Perempuan itu belum sempat melihat wajah pemilik hati Andrian. Mungkin bisa jadi istri suaminya tak akan pernah kembali.
Saat hari pertama mendengar kabar istri pertama suaminya pergi, Gia begitu yakin bahwa pernikahannya dengan Andri akan sempurna ketika wanita lain itu tak lagi ada. Dia yakin Andri sudah mulai mencintainya. Namun Gia salah.
Saat istri pertama Andri pergi, perempuan itu justru semakin membekas dalam hati dan pikiran suami mereka, perempuan itu masih isi pertama dalam hati dan kehidupan Andri.
Hari itu, pertama kalinya dia melihat seorang laki-laki dan suami begitu hancur karena tak dapat menemukan keberadaan istrinya.
Andri mungkin memiliki cinta untuknya, tapi cintanya untuk istri pertama jauh lebih besar , nyatanya Andri tak cukup Mencintainya. Buktinya sangat mudah, kabar kehamilannya tak mampu menghibur duka kehilangan sosok perempuan itu. Apalagi membuat laki-laki itu melupakan istri pertamanya.
Andri tersadar dari lamunannya bukan karena kehadiran Gia, namun laki-laki itu terperanjat bangun ketika sebuah pesan masuk di ponselnya. Tatapan kosong pria itu berubah menjadi binar, bibir yang tadinya datar itu kini melengkung membentuk sebuah senyuman.
"Gi, aku pergi dulu, aku harus jemput istriku di rumah sakit."
Tiba-tiba Andri bersuara. Mungkin karena laki-laki sangat bahagia setelah mendengar kabar dari istri pertamanya. Sampai mendung diwajahnya yang beberapa menit lalu masih ada, kini tergantikan dengan wajah yang berseri-seri. Meski sangat cemburu, Gia tak bisa berbuat apa-apa. Jika perempuan itu memang selayaknya oksigen yang mampu membuat suaminya bernapas.
Satu kecupan hangat mendarat di kening Gia, elusan lembut juga singgah di perutnya yang masih rata.
Kebahagiaan benar-benar bisa merubah kepribadian seseorang sedemikian rupa.
...****************...
Andri datang dengan penuh semangat, tapi senyum itu seketika luntur ketika sadar keadaan Andara tidak baik-baik saja.
"Yank..."
"Hanya operasi kecil, jangan khawatir."
Andara berpikir, apapun yang terjadi padanya sudah berlalu, Andri tak harus tahu kesulitannya.
Andri mendekat dan gegas memeluk tubuh perempuan yang dirindukan hingga ingin menangis.
"Maaf," lirihnya penuh penyesalan. Andri tidak kepikiran Andara akan berada di rumah sakit yang jaraknya bisa dibilang begitu jauh dari tempat tinggal mereka.
"Khem" Andri melerai pelukannya, matanya menyorot pada dokter yang sengaja berdehem ketika masuk ke ruang rawat Andara.
"Aku urus administrasi dulu." pamit Andri yang seketika urung.
"Sudah selesai semuanya, seseorang sudah mengurusnya." Dewa mendekati Andara tanpa memperdulikan keberadaan Andri.
"Kamu jaga diri baik-baik." pesan Dewa.
"Mas kamu lupa ya? Ini Dewa, kakakku." Andara memperkenalkan Dewa pada Andri.
"Titip adikku, Andara kehilangan keluarga karena memilihmu, jangan sampai kamu menyia-nyiakannya! Jika itu terjadi. Aku adalah orang pertama yang akan mengambil Andara dengan tanganku sendiri."
Dewa tak menunjukkan kemarahan atau kebencian pada Andri, tetapi terlihat sebuah kecemburuan kakak laki-laki karena adik kesayangannya lebih memilih Andri daripada dirinya.
Andri juga melihat kepedihan di mata laki-laki penuh gaya ini.
Andri tiba-tiba merasa tercekik, bukan karena takut tetapi rasa bersalah yang semakin menggunung. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar berbicara dan duduk kaku seolah ada Hawa dingin yang melingkupi sekujur tubuh.
Andri mulai menyesal, seharusnya dia tidak menikah lagi, harusnya dia bisa menolak saat pernikahan yang dilandasi tanggung jawab itu ditawarkan, tapi mau bagaimana, bahkan kini dia sudah menjadi calon ayah dari perempuan yang sayangnya bukan Andara.
Di tengah kegalauan Andri, tiba-tiba sosok yang tidak dihadapan kehadirannya muncul. Wajah Andri pucat pasi, keringat dingin muncul tanpa bisa dicegah, saat Gavin menunjukkan seringai di bibirnya.
Mata Andri gegas memindai wajah istrinya yang hanya diam. Berbagai pemikiran buruk muncul tiba-tiba. Ya Tuhan Andri tidak bisa berpikir, rasanya dia ingin tenggelam saja saat ini.
"Biar ku antar." suara Gavin memecah keheningan yang tiba-tiba tercipta.
"Aku pulang sama suamiku saja, Tuan Gavin, terima kasih atas tawarannya."
Setelahnya hanya ada keheningan. Andara diantar Dewa sampai masuk dalam mobil yang dikendarai Andri.
Mereka berpisah begitu saja.
Andri gelisah, baru berjalan beberapa meter mengemudi, dia menepikan mobilnya.
"Yank katakan sesuatu. Kenapa sikapmu tiba-tiba berubah seperti ini?"
"Aku hanya mengubah sikapmu, aku tidak pernah merubah perasaanku, tidak ada yang berubah semua masih tentangmu."
Deg! Andri seperti tersindir secara tidak langsung dengan penuturan istrinya.
"Soal Gavin..."
"Aku kenal dia, karena dia sahabat temanku, dia juga yang membawa ku ke rumah sakit yang tadi,"
Andri baru saja akan bernafas lega, tapi ternyata ucapan Andara ada kelanjutannya.
"Selain itu, aku juga tahu kalau dia adalah Kaia ipar suamiku."
Uhuk!
Uhuk!
Andri merasakan ledakan dahsyat di gendang telinganya, berharap ini hanya halusinasinya.
"Yank..."
Andri speechless, tak tahu harus bagaimana. Rahasia yang ia tutupi selama ini ternyata sudah diketahui oleh Andara. Sungguh Andri sangat-sangat ketakutan saat ini.
Tawa kecil lolos dari bibir Andara, tawa yang tersirat kepedihan yang sebelumnya belum pernah Andri lihat.
"Selamat ya Mas, kamu benar-benar berhasil menghancurkan kepercayaan ku."