NovelToon NovelToon
Istri Barbar Tuan Muda

Istri Barbar Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / CEO / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arsy Humaira

Gadis cantik bernama Alina Humaira, dinikahi Tuan muda tampan, bernama Jonathan Arya untuk memberikan seorang keturunan anak laki-laki dari keluarga konglomerat itu. Dia rela menjadi istri ketiga demi menyelamatkan ayahnya yang sedang sekarat.

Meski berat, gadis itu harus berani menghadapi segala resiko yang akan ia hadapi setelah terjadi pernikahan itu, termasuk meninggalkan calon suaminya yang sedang bekerja di luar negri.

Mampukan ia menjalani takdir, yang tak pernah terbayang sebelumnya? Apakah ia akan menjalani kehidupan seperti surga? Ataukah kehidupan seperti di neraka setelah kakinya menginjak rumah mewah bak istana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsy Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 34

"Ayah, mohon maaf, kok malah diam?" tanya Utami saat melihat sang mertua jadi terdiam, seraya saling pandang dengan Jaka dan Erina. Lalu kemudian Utami menunduk lagi.

"Utami, mari kita duduk di sini. Tidak enak bicara sambil berdiri seperti ini!" jawab kakek Agung, mengajak menantunya untuk duduk di kursi di teras panti.

Semua orang pun akhirnya duduk. Namun perasaan Utami tidak enak saat ini. Hatinya bertanya-tanya, sebenarnya ada hal apa yang dia tidak ketahui.

"Tami, Ayah harap, kamu jangan marah saat mendengar apa yang Ayah akan katakan! Tapi bagi Ayah nerima syukur, gak nerima itu terserah kamu, paham!" ucap kakek Agung mulai bicara.

Utami hanya menganggukan kepalanya saja. Wanita itu hanya menunduk saat mertuanya sedang bicara.

"Tami, Erina adalah istri adik iparmu Jaka. Dia bukan istri Alek suamimu!" jelas kakek Agung.

"Uhuk uhuk," Utami tersedak ludahnya sendiri saat menelannya.

"Ou, Erina adalah istrinya Jaka, aku baru tahu Ayah, Jaka maaf ya Mbak baru tahu istri kamu!" ucap Utami kepada Jaka, tapi kemudian wanita itu tiba-tiba berdiri.

"Apa? Erina istri Jaka? Jadi selama ini mas Alek bohongi aku? Ayah juga bohongi, aku?" tanya Utami sambil membekap mulutnya.

"Duduk! Tidak perlu kaget begitu, Tami! Justru bagus kan, suami kamu tidak menikah lagi, jadi kamu tidak jadi dimadu!" jawab kakek Agung lalu menghisap cangklongnya, begitu santai.

"Tapi Ayah, aku hanya kaget. Kok bisa kalian bohong kayak, begitu?" ucap Utami yang masih berdiri.

"Bagaimana, sakit tidak rasanya dimadu?" tanya kakek Agung.

"Sakiiiiit Ayah, sungguh sakit! Saat malam aku tidak bisa tidur, makan pun tak enak," jawab Utami lalu menyeka air matanya.

"Lantas, apa dengan kamu tahu kebenaran ini, kamu jadi berubah pikiran, soal keputusan semalam? Ingat kamu baru tahu selama 4 hari dimadu, sudah sakit rasanya. Bayangkan menantu kamu, bertahun-tahun lamanya!" tanya kakek Agung dengan wajah yang santai.

Utami, tak menjawab dia hanya diam. "Awas kau papa. Tunggu di rumah aku makan, kau!" Utami malah membatin, dan mengumpat suaminya dalam hati.

"Tami. Jawab!" ucap kakek Agung.

"Utami!" teriaknya lagi.

"Ti-tidak Ayah, aku tidak akan merubah keputusanku! Sukma, Sandra akan tetap memilih jalannya sendiri!"

"Duduklah! Kenapa kamu masih berdiri?"

"Maaf Ayah, busa kursinya masuk ke dalam, jadi pas aku duduk, pantatku ikut masuk ke dalam, Ayah!" jawabnya.

"Aku juga sama Kakek Besar," timpal Boneng lalu bangun, sembari menunjukan kursi yang dia duduki.

"Astagfirullah. Nak Tami, maafkan Ibu! Jaka cepat ambilkan kursi lain untuk Mbak mu!" suruh Ratna kepada putranya.

"Aku bagaimana, Bu?" tanya Boneng.

"Udah lo berdiri saja. Jangan manja!" bisik Joni.

"Darat ciprut… awas ya, lo!" umpat Boneng kesal.

"Bisa gak, kalian diem! Malu…" tegas Alina merasa geram.

Jaka datang membawa kursi yang lain untuk duduk Utami. "Silahkan Mbak!" ucapnya.

"Iya, terimakasih Jaka!"

"Sama-sama Mbak!" balas Jaka.

"Joni, Topan!" ucap kakek Agung.

"Iya Kakek Besar,," jawab keduanya.

"Besok, kalian tolong bantu dan urus ganti kursi disini dengan yang baru!" titahnya.

"Siap Kakek Besar!" jawab keduanya.

"Lanjut yang tadi, Tami. Baguslah kalau kamu tidak berubah pikiran, nah sekarang mari kita sembelih kambing. Dan kita nikmati acara hari ini, Jaka ayo kita mulai! Dan jangan lupa ajak warga sekitar sini, kita pesta bersama, makan-makan!" ucap kakek Agung kepada putra angkatnya itu.

"Siap Pa," jawab Jaka, lalu segera menyiapkan untuk acara makan-makan dan bakar-bakar hari ini.

"Ma, kita bagaimana? Pulang sekarang?" bisik Alina.

"Tidak, Mama mau ikut acara ini,"

"Serius, Ma?"

"Iya, mari kita bantu mereka!" jawab Utami tampak senang.

Hari pun tak terasa sudah sore dan menunjukan waktu pukul 05.00 sore. Alina dan yang lain, masih di panti asuhan itu. Dan tampak Utami begitu merasa bahagia saat ini.

"Ya Allah, kemana saja aku selama ini? Melihat anak-anak panti ini bahagia, kok aku ikut bahagia ya? Selama ini, aku cenderung cuek terhadap sesama. Dan aku selalu sibuk dengan kesenangannya sendiri, sekarang aku baru sadar, bahagia itu sederhana!" batin Utami seraya menyungging senyum.

***

Di rumah Robertho.

Arya dan Alek percis itik mau bertelur, mondar-mandir kesana kemari, karena para istrinya tidak ada di rumah, saat mereka pulang bekerja.

"Mama, kemana ya? Ponselnya ada di kamar. Apa dia lupa kalau sore ini kita akan ke rumah Sandra dan Sukma?" gumam Alek kebingungan.

"Pa, mama sudah pulang?" tanya Sandra yang sama sudah bersiap.

"Belum San, kita tunggu sebentar lagi! Dan kalau mamamu, tidak juga pulang sampai malam, besok saja ke rumah orang tuamu bagaimana?" jawab Alek kepada menantunya.

"Ou, ya sudah gapapa… aku mau melanjutkan game dulu kalau begitu. Tangung Pa, lagi seru-serunya! Kalau mama pulang kasih tau saja, ya!" kata Sandra, lalu balik ke kamarnya.

***

"Lang, Alina kemana ya? Ponselnya ada di kamarnya. Jadi saya susah hubungi dia! Dia pergi bersama Boneng dan mama, di sopiri Purwa. Bahkan kakek, dia tidak ada di rumah bersama mama tiri saya! Coba kamu hubungi Boneng, tanya dia ada dimana!" ucap Arya kepada sang Ajudannya.

"Tadi saya sudah tanya, pada non Sukma, katanya Boneng mau menemani nyonya Utami, dan non Alina, dari sejak pagi. Dua puluh menit setelah kita berangkat, ke kantor! Bukan ikut bersama kakek Agung, Tuan Muda!" jawab Gilang.

"Ya sudah cepat hubungi, Boneng!"

"Siap, Tuan Muda!" jawab Gilang lalu menelpon Boneng.

Dreettt Dreettt

Ponsel Gilang tersambung.

"Halo, Mas Gilang!"

Terdengar suara cempreng Boneng di seberang sana.

"Halo Mei, kamu dimana sekarang? Non Alina dan nyonya Utami, bersamamu?"

Tanya Gilang.

"Aku sedang makan-makan, disini, bersama kakek besar, kita sedang bakar-bakar daging sembelih bersama anak-anak, non Alina dan nyonya besar juga, disini!"

Jawab Boneng, di seberang sana.

"Mei, sherlock alamat kamu sekarang, ya!"

Titah Gilang.

"Oke siap!"

Tut.

Sambungan telepon pun terputus.

"Tuan Muda, Mei sudah kasih alamatnya, kita kesana sekarang?" tanya Gilang.

"Memangnya mereka dimana sekarang?" tanya Arya.

"Mereka sedang bersama kakek Agung. Katanya sedang bakar-bakar daging sembelih!"

"Hah…! Daging sembelih?"

"Iya Tuan Muda, memangnya kenapa Tuan!"

"Ah enggak, saya jadi ingat ucapan Boneng semalam,"

"Soal kakek Agung makan daging, manusia?"

Arya hanya menganggukan kepalanya.

"Tuan Muda, kita buktikan saja sekarang! Ayo, lets go Tuan Muda!" ajak Gilang, lalu keduanya turun ke bawah.

Sampai di bawah, tampak sang papa sedang mondar-mandir tidak jelas, di ruang besar rumah itu.

"Loh, Pa. Papa ngapain disini?" tanya Arya kepada sang papa.

"Sedang menunggu kanjeng ratu, dia gak ada di rumah," jawab Alek begitu serius.

"Tuan putri juga sama, belum kembali Pa, dibawa kanjeng ratu, plus dayangnya." balas Arya, sementara Gilang hanya terkekeh.

"Lantas kalian sekarang mau, kemana?" tanya Alek saat melihat putra dan ajudannya hendak pergi.

"Kami, mau menjemput kanjeng ratu dan sang putri Pa, bagimana sang Raja mau ikut??" jawab Arya mengajak papanya pergi.

"Oke, kalian mau kemana memangnya?"

"Ikuti Gilang Pa, dia yang tahu mereka ada dimana!"

Jawab Arya lalu mereka bertiga pergi. Menuju panti asuhan tempat kakek Agung dan yang lain berada saat ini.

"Loh, Lang… ini kok jalan menuju panti asuhan? Dan kamu Arya. Kamu ingat kan?" tanya Alek saat mereka melewati jalanan itu.

"Waduh gawat. Apa jangan-jangan si mama udah rahasia saya dan Erina?" batin Alek.

Gilang anteng menyetir mobilnya. Sementara Arya hanya menganggukkan kepalanya. Tak lama mereka sampai di depan gedung panti asuhan saat waktu menunjukkan pukul 06.00 wib. Lalu ketiganya turun dari mobil. Alek berjalan paling depan sedangkan Arya dan Gilang di belakangnya.

"Panti ini sepi, kayaknya semua penghuninya sedang melaksanakan sholat, ayo sebaiknya kita ke mushola, kita shalat bareng disana!" ajak Alek kepada Arya dan Gilang.

Mereka langsung menuju ke air untuk berwudhu, lantas mereka masuk ke dalam mushola untuk menyusul ikut shalat bersama, di jajaran para laki-laki.

Saat sholat telah usai, mereka masih melaksanakan shalat satu rakaat lagi, ujung mata Joni sekilas melihat ke arah tuan mudanya. Joni berkali-kali mengucek kedua matanya, takut orang yang dilihatnya salah.

"Lo kenapa, Jon?" bisik Topan.

"Coba lihat ke pinggir lo! Itu tuan muda bukan, dan bukan hanya itu, ada tuan besar juga serta mas Gilang. Nah pertanyaan gue, kapan mereka datang kok tiba-tiba ada disini kaya jin?" jawab Joni.

"Iya juga Jon, kok tiba-tiba ada mereka ya? Apa nyonya besar dan non Alina, tahu?" balas Topan.

"Mana gue tahu, kan gue juga baru tahu mereka ada di sini itu sekarang! Gimana sih lo?" jawab Joni.

"Heh… kalian ini, bukannya berdoa, malah ngobrol! Kayak punya bibir banyak saja!" tegur kakek Agung kepada dua pengawalnya.

"Bibir saya satu kakek besar! Kayak perempuan saja punya bibir dua!" jawab Joni terkekeh.

"Diam! Saya sembelih kamu beneran, ya!" kakek Agung tampak kesal.

"Ampun, kakek besar, maaf saya belum menikah. Belum merasakan malam pertama!"

"Jon, udah diam!!!" Topan menyenggol tangan Joni sampai diam seketika. Sementara kakek Agung hanya memijat kepalanya karena pusing, seraya geleng-geleng, karena di rumah putranya pegawainya pada absurd.

Tiba saatnya semua orang keluar dari mushola. Alina, Utami, dan juga Boneng sedang berjalan menuju panti, tiba-tiba ada yang memanggil mereka.

"Ma, Alina!" seru Alek.

Dua wanita itu membalikan badannya. Namun wajah Utami tiba-tiba berubah seperti marah. Saat melihat sang suami ada di hadapannya.

"Al, ayo kita pulang duluan, Mei. Ajak Purwa siapkan mobil. Kita tadi sudah pamit ke bu Ratna dan anak-anak panti juga. Jadi kita pulang sekarang!" ajak Utami lalu mempercepat jalannya.

"Loh loh… Arya, itu kenapa mereka malah tancap gas saat melihat, kita?" tanya Alek heran.

"Saya juga gak tau, Pa. Kejar Pa!" jawab Arya lalu mereka mengejar mama dan istrinya.

"Cepat Al, larinya mereka semakin, dekat!" ucap Utami.

"Ma, lagian kenapa kita mesti kabur? Kayak maling aja?" jawab Alina merasa aneh.

"Udah, kamu nurut aja sama Mama! Itu si Mei sudah ada di mobil bersama Purwa, cepat kita naik!" ajak Utami, lalu mereka naik ke dalam mobil dan pergi dari panti itu.

"Ya ampun! Mereka pergi, Pa!" ucap Arya agak ngos-ngosan.

"Kenapa mereka kabur, ya?" balas Alek.

"Mungkin Utami, marah sama kamu, Lek!"

Ucap kakek Agung, menyela ucapan Alek dan Arya.

"Marah? Kenapa mama marah sama Papa?" tanya Arya heran.

Kakek Agung kemudian menjelaskan apa yang sudah terjadi kepada Arya. Sedangkan Alek sekarang menjadi risau, karena Utami akan mengamuk padanya saat pulang nanti.

"Hah… kalian membohongi kami selama, ini? Wah, keterlaluan!" ucap Arya agak kesal.

"Jadi kamu lebih senang, mamamu tetap keras kepala, dan kamu mempunyai ibu tiri?" tanya kakek Agung.

"Ya enggak Kek, hanya saja. Pasti mama kecewa!"

"Tidak juga, dia tadi biasa saja. Malahan saat kami bikin kambing guling, bersama anak-anak panti, mama kamu terlihat begitu senang," jawab kakek Agung.

"Hah… kambing guling?" Arya sedikit kaget.

"Iya, memangnya pikiran kamu apa? Sama kayak si siti? Manusia guling?" kekeh kakek Agung.

***

Utami, Alina dan juga Boneng sudah sampai di rumah. Mereka langsung ke kamarnya masing-masing, sedangkan Boneng pergi ke kamar Sukma dulu, untuk menemui Sifa dan Naya.

Tak berselang lama mobil yang disopiri Wawan yang ditumpangi kakek Agung, Joni dan Topan dan mobil yang disopiri Gilang dan ditumpangi Alek dan Arya datang.

Alek langsung bergegas pergi ke kamarnya. Ada rasa takut sekarang yang dia rasakan. Karena sudah membohongi sang istri.

Tok tok tok

"Ma, buka pintunya!" ucapnya di ambang pintu.

Ceklek!

Pintu kamar dibuka. Tampak Utami begitu segar sehabis mandi. Ayo masuk Pa!" ucapnya.

Alek agak bingung, dengan sikap sang istri yang beda jauh dari saat tadi waktu di panti.

"Ma, maafkan Papa!"

"Udah gapapa, Mama sudah tahu dari ayah, seharusnya Mama yang minta maaf, selama ini Mama terlalu keras kepala dan egois, tapi sekarang Mama sadar. Bahwa kebahagian yang sebenarnya adalah keluarga, Mama janji, mulai saat ini, di rumah ini akan menjadi surga. Untuk putra, menantu, cucu dan saudara kita!" jawab Utami tersenyum begitu manis.

"Lantas, kenapa tadi Mama kabur saat Papa, panggil?"

"Mama malu, Pa!"

"Malu?"

"Iya malu, soalnya Mama belum mandi dari pagi, kalau sekarang Mama sudah mandi," jawab Utami seraya mengulum senyum.

"Wah, kebetulan Ma!"

"Maksud Papa?"

"Tadi Papa, makan dulu di panti dengan daging kambing, obat kuat Ma, obat kuat… ini momennya bagus. Ayo Ma!" jawab Alek lalu membawa sang istri naik ranjang.

***

Besok pagi.

Sandra dan Sukma sudah bersiap akan berangkat ke rumahnya. Diantar Alek dan Utami.

"Sandra, Sukma, Kakek harap, meskipun kalian sudah tidak tinggal di rumah ini, jangan anggap keluarga ini orang asing, ya! Jangan lupakan kami!" pesan kakek Agung kepada dua cucu menantunya, yang sebentar lagi akan berubah jadi mantan.

"Iya Kakek, pasti! Sekali lagi terimakasih, karena Kakek sudah memberikan kehidupan kedua kepada kami," jawab Sandra dan Sukma.

Sandra dan juga Sukma lalu melihat ke arah Alina yang sedang meneteskan air matanya.

"Al, jangan menangis! Kita berkabar lewat hp ya! Terimakasih adikku. Karena berkat kamu juga, kami bisa seperti sekarang!" Sukma dan Sandra memeluk adik madu mereka.

"Mbak Sandra, Mbak Sukma jangan lupakan aku ya! Dan semoga setelah ini, kalian bahagia, dan terutama untuk Mbak Sandra semoga orang tua Mbak, dengan lapang dada bisa menerima keputusan, ini! Dan semoga Mbak Sandra bisa bahagia dengan mas Akas!" jawab Alina berbisik.

"Iya Al, aamiin!" jawab Sandra dan Sukma.

"Sifa, Naya, Tante pasti kangen sama kalian!" Alina memeluk kedua gadis kecil itu.

"Al, kamu tenang saja, Sifa dan Naya akan sering Mama bawa kesini, rumah ini kan, rumah mereka, juga!" ucap Utami sembari mengelus kepala kedua cucunya itu.

"Al, aku ikut Bu Sukma ya! Tenang nanti gue main kesini, si Jono janji mau jemput gue kalau mau kesini!" ucap Boneng saat memeluk sahabatnya itu, sambil berbisik.

"Iya,!" jawab Alina.

Gadis itu, merasa sendiri sekarang di rumah besar itu, raut wajahnya begitu sedih. Apalagi setelah mobil yang ditumpangi mereka sudah keluar dari rumah besarnya.

Air mata gadis itu tumpah, dia berlari menuju kamarnya, sembari menangis. Dan hal itu dapat Arya lihat.

"Al, Alina… kamu kenapa? Al, tunggu!!" Arya mengejarnya keatas.

1
Niki astriani
hadeuh gak anaknya ga emaknya egois bukannya sadar diri.
jiee💚
heran dah kenapa Arya gak tegas sama mamanya padahal kan laki"harusnya jgn mau di perbudak meskipun dalih orang tua
Giselle Bustamante
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
Yue Sid
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
Arasyi: Maaciw kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!