Muara Cinta

Muara Cinta

Episode 1 Penyesalan

Laki-laki itu buru-buru memasuki pelantaran rumahnya setelah turun dari mobil. Andrian menyadari bahwa dia sudah terlambat, dengan perasaan bersalah Andri melewati pintu rumah itu dengan langkah lebar, bisa melihat jika istrinya sudah menunggu dan dia hanya bisa tersenyum canggung karena merasa bersalah.

"Maaf, aku telat!" sesalnya.

Andara tersenyum. Wanita itu mengangguk ringan.

"Tidak masalah Mas aku tahu jalannya pasti macet." ucapnya penuh pengertian seperti biasa.

Andri membalas senyum Andara melihat senyum tulus itu rasa bersalah sedikit hinggap di hati kecilnya.

Sebenarnya dia telat bukan karena macet tapi ada hal yang tidak bisa membuatnya pulang tepat waktu.

Andara dan Andri menikah 8 tahun yang lalu.

Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis Andri sangat mencintai istrinya. Sama halnya dengan Andara yang sangat mencintai Andri bahkan wanita itu rela meninggalkan keluarganya demi bisa hidup bersama laki-laki yang dicintainya itu.

Kini sudah 8 tahun berlalu rumah tangga mereka masih dalam limpahan kebahagiaan. Andara sangat mengerti Andri memahami kesibukan suaminya dan tidak terlalu banyak menuntut membuat Andri merasa sangat bersyukur memiliki istri yang pengertian.

Mereka juga sangat jarang sekali cekcok segala permasalahan yang terjadi selalu bisa mereka selesaikan dengan kepala dingin.

Andara melepaskan kepergian suaminya masuk ke kamar mandi, bersama hilangnya tubuh itu senyum di bibir Andara pun ikut menghilang.

Beberapa saat, Andara meraih ponselnya yang berkedip.

[Mbak Ara.. nanti kita teleponan ya!! Suami ku sudah pulang ke rumah istri pertamanya.]

Sebuah pesan masuk di ponsel milik Andara ia tidak lantas membalas pesan tersebut hanya membaca sekilas dan meletakkan kembali ponselnya di tempat semula.

Andara menunggu Andri untuk makan malam bersama, Andara sudah memasak menu spesial untuk Andri, semua yang terhidang adalah masakan kesukaan Andri. Laki-laki itu menikmatinya dengan khusyuk suapan besar berkali-kali masuk ke dalam mulut Andri sangat menikmati masakan istrinya. Semua terasa pas di lidah.

Usai makan malam mereka tidur, malam ini Andara terlelap lebih dulu baru kemudian Andri menyusulnya, saat mata Andri terpejam mata Andara terbuka.

Air mata meleleh dari mata Andara membasahi bantal tempatnya berbaring, dengan cepat Andara menghapus air matanya perlahan bangun untuk meraih ponselnya yang diletakkan di atas nakas.

[Maaf Gia tadi aku ketiduran.]

Andara mengirim pesan itu pada perempuan yang mengirimkan pesan sebelumnya sengaja Andara tidak langsung membalas karena dia butuh menenangkan hati dari gemuruh kekecewaan yang telah ia rasakan.

Tak butuh waktu lama ada panggilan masuk di ponsel Andara dan itu adalah panggilan dari Gia, teman yang selama ini begitu akrab dengannya.

"Mbak kapan kita bisa bertemu lagi? Aku mau banyak curhat sama mbak!"

Begitu panggilan diangkat langsung terdengar suara dari sebrang sana suara perempuan yang begitu renyah.

"Belum tidur kamu Gia?" sapa Andara ramah.

"Ih.. Ya belum lah Mbak kalau aku sudah tidur terus yang ngangkat telepon siapa dong Mbak Ara ada-ada aja."

Andara tersenyum kecil membayangkan bibir kecil Gia yang mencang-mencong ketika menjawab pertanyaannya.

Andara merasa gila di beberapa minggu terakhir ini kadang dia merasa terhibur dengan tingkah Gia yang polos, kadang dia merasa iri serta marah pada wanita itu.

Hingga hari ini Andara sendiri masih belum tahu apa langkah yang akan diambil selanjutnya. Andara hanya ingin lebih menyiapkan diri untuk menghadapi hari-hari mendatang.

Andara terus berbicara pada Gia melalui panggilan telepon namun mata Andara tak pernah lepas dari wajah lelap suaminya.

"Tidurlah Gia, kita lanjut lain waktu oke."

...****************...

Seorang pria mengenakan setelan kantor memasuki sebuah rumah berlantai 2.

Pria itu menghampiri wanita yang tengah duduk sembari membaca majalah. Karena Wanita itu tidak mengetahui kehadiran sang pria dia sedikit tersentak karena kemunculan pria itu.

"Mas..." pekiknya hampir teriak.

"Aku datang untuk memberi tahu kalau tiga hari kedepan akan pergi keluar kota." ujar si pria dengan tubuh membungkuk mencium hidung sang wanita.

"Sendiri?" wanita itu bertanya, matanya memicing seperti curiga.

"Ini perjalanan bisnis, kamu jangan berpikir bahwa aku akan berlibur." jawab si pria dengan jemari mencubit pipi mulus wanita di depannya.

"Tidak ingin mengajakku?"

"Tidak!"

Raut kecewa tak bisa wanita itu sembunyikan.

"Aku tidak mengajak salah satu dari kalian, meski aku ingin mengajak kalian berdua tapi kamu tahu itu sangat tidak mungkinkan."

Bukan sangat tidak mungkin hanya saja lelaki itu belum siap jika harus menyakiti hati istri pertamanya.

"Kapan aku bisa menemui istri Mas?"

"Kamu tahu itu tidak akan pernah terjadi dalam waktu dekat!"

"Tapi jika kita punya anak kita tidak bisa..."

"Aku datang tidak untuk berdebat!" potong sang pria tegas.

Mata wanita itu berkaca-kaca, sudah hampir 1 tahun dia menjadi istri pria tersebut tapi hingga hari ini statusnya masih istri siri pria itu. Setiap kali ia ingin bertemu dengan istri pertama sang suami, lelaki itu tidak pernah mengizinkan. Alasannya karena laki-laki itu belum siap untuk menyakiti hati istri pertamanya.

Tapi Bukankah sekarang dia juga istrinya?

Saat air mata hendak luruh pria itu merangkumnya dengan lembut. Pelukan yang dapat menahan segala amarah yang hendak meluap.

Lantas ucapan maaf mengalun indah dari bibir pria itu. Bukan yang pertama. Tetapi si wanita juga tidak bisa melakukan apa-apa wanita sudah sangat mencintai pria ini dan takut jika dia melanggar dia akan ditinggalkan oleh suaminya.

Entah bagaimana sosok istri pertama suaminya hingga suaminya ini sangat mencintai perempuan itu.

"Kamu jaga diri baik-baik" pesannya setelah istrinya tenang.

Wanita itu hanya bisa mengangguk. Helaan nafas terdengar berat sebelum permintaan itu terdengar.

"Apa dengan menjadi istriku, diterima ditengah keluargaku, itu masih kurang bagimu? Tolong kamu harus ngerti posisiku sudah berapa kali aku katakan jika aku belum siap, pasti jika hati ini nanti telah siap aku akan membawamu menemui istri pertamaku."

Selalu seperti itu, dan ini pun kesekian kalinya wanita itu hanya bisa mengangguk pasrah dengan keterpaksaan.

"Mas mau ku siapkan keperluan sebelum pergi?"

Anggukan kepala pria itu menerbitkan senyum di bibir sang wanita.

...****************...

Andara duduk di ruang kerja suaminya dengan tangan memegang secarik kertas. Kertas itu berisi nomor telepon orang tuanya yang sudah 8 tahun hilang dari kontak ponselnya.

Kerinduan yang selama ini coba di tepis hadir bersama dengan penyesalan yang mendalam. Andara sudah menjadi anak pembangkang hanya demi cinta.

Kini rasa bersalah itu menghantuinya setiap saat, seperti sebuah kutukan hidupnya menjadi seperti ini.

######

Assalamualaikum...

Selamat datang di cerita baru author

Mohon dukungannya ya,

Happy reading, jangan lupa jejak cintanya.

Terpopuler

Comments

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

udah faav lngsung maraton aja kisah andara
ktnya mncintai tp punya iustri lg wlpun dr desakan ortu
laki maruk ya

2024-06-03

1

Rangga Wijaya

Rangga Wijaya

favorit.dulu ya author

2024-05-18

0

Asri Widiastuti

Asri Widiastuti

apakah Gia adlah madumu Andara?
pst iya kan...?!

2024-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!