NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29th : Mastermind

Alya menyipitkan matanya saat sang mommy, Aletta membuka tirai jendela hingga cahaya matahari yang menyilaukan mulai menerangi kamarnya. Alya menggeliat pelan sambil beberapa kali menguap. Alya pun merubah posisinya menjadi duduk lalu merenggangkan otot - ototnya sembari melihat ke arah mommynya yang tengah tersenyum di tempatnya melihat ke arah gadis itu.

"Morning, mommy" sapa Alya sembari menunjukkan senyuman indahnya.

"Morning, darling" jawab Aletta lalu menghampiri Alya dan duduk di samping putrinya.

Tanpa mengatakan apapun, Aletta menyelipkan rambut Alya yang terjuntai pada kening putrinya hingga perban kecil di sudut kiri wajah gadis itu terlihat. Alya pun hanya terdiam melihat pergerakkan sang mommy pada dirinya.

Kemudian, Aletta membuka laci pada nakas dan mengeluarkan sebuah kotak berisi obat - obatan. Aletta pun membuka perban itu secara perlahan dan menggantinya dengan plester karena luka itu sudah mengering. Tetapi, sebelum memasang plester, Aletta membersihkan luka itu dengan antiseptik.

"Sudah!" seru Aletta saat selesai memasang plester pada kening Alya. "Sekarang! Mana kakimu?!" ujarnya.

"Huh?!"

"Mana kaki kirimu?! Perbannya harus sering diganti" ucapnya lagi. Tanpa protes, Alya menyibakkan selimut yang menutupi kakinya.

Tanpa menunggu lama, Aletta mengangkat kaki kiri Alya dan menaruhnya di atas paha. Aletta pun mulai membuka perlahan perban itu, dan melihat jika luka itu sudah cukup kering.

"Apa masih sakit?" tanya Aletta sambil sedikit menekan area sekitar luka itu. Sedangkan Alya hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Sepertinya orang itu benar - benar merawatmu dengan sangat baik..." ceplos Aletta yng berhasil membuat Alya tertegun seolah berusaha mencerna perkataan yang dilontarkan oleh sang mommy. "Luka tembak itu cukup beresiko jika tidak di rawat dengan baik, apalagi lukanya cukup dalam seperti ini.. Tapi, dilihat dari lukamu yang sudah cukup kering dalam waktu satu minggu, itu menandakan dia benar - benar merawatmu.." timpal sang mommy yang membuat berbagai spekulasi bermunculan dalam pikiran Alya.

Apa dia benar - benar merawat ku dengan baik seperti yang mommy katakan? Tidak, mungkin!

Ehm.. Tapi, mungkin saja karena saat itu aku belum sadar, dan dia juga belum mengetahui siapa aku sebenarnya.

Tapi? Ahhh... Entahlah.. Aku tidak peduli!

Tanpa sadar Aletta sudah membereskan apa yang ia gunakan dan memasukkan kotak itu kembali pada laci nakas.

"Sudah selesai!" seru Alette sambil menepuk pelan paha Alya hingga gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Thank's mom!" ucap Alya.

"Alya?!" panggil Aletta.

"Yah"

"Apa saat kejadian itu kau..." ucapan Aletta terpotong membuat Alya menaikkan sebelah alisnya bingung. "Apa saat kejadian itu kau bertemu dengan Carlos?" tambahnya dengan tatapan yang sulit diartikan mengarah tepat di kedua manik putrinya.

"Carlos?!" ceplos Alya sedikit terkejut dengan ucapan sang mommy.

"Apa kau bertemu dengannya?" tanya Aletta lagi.

"Tidak! Aku sama sekali tidak bertemu dengannya!" jawab Alya dengan rasa penasaran yang mulai memunculkan berbagai spekulasi dalam pikirannya.

"Syukurlah!" ucap Aletta dengan suara yang nyaris tak terdengar. Alya hanya bergeming dan sibuk dengan apa yang ada di pikirannya saat ini. Sampai Aletta bangkit dari ranjangnya dan hendak pergi meninggalkannya dengan cepat Alya membuka suaranya dan membuat pergerakan Aletta terhenti.

"Mommy tunggu!" Alya menatap punggung sang mommy yang membelakangi dirinya. "Apa semua yang terjadi... itu berhubungan dengan pria itu?... Apa benar pria itu yang menjadi dalang dari semua yang terjadi?!" cerocos Alya seolah meluapkan rasa penasaran.

Aletta hanya terpaku di tempatnya tanpa berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan putrinya. Tak sampai disitu,  Alya pun bangkit dari posisinya dan berdiri di hadapan Aletta sambil menatap wanita itu dengan mata yang berbinar memohon jawaban.

"Mommy, Alya mohon! Beritahu aku! Apa ini semua ada hubungannya dengan pria itu?" pintah Alya sambil menggenggam kedua tangan Aletta.

"Yah.." hanya satu kata namun bisa menjawab seluruh pertanyaan Alya.

Setelah mengatakan itu, Aletta beranjak meninggalkan Alya di kamarnya. Saat menutup pintu kamar putrinya, entah kenapa sesuatu dalam hatinya seakan berdenyut nyeri dengan tangan yang mulai gemetar. Aletta menyentuh dadanya lalu berjalan menuju kamarnya. Sebisa mungkin ia menahan rasa panas di kedua matanya. Aletta mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Aletta mendudukkan bokongnya di kaki ranjang dengan kepala tertunduk dan kedua mata menatap kedua tangannya yang terkepal di atas paha.

"Cepat atau lambat kalian pasti akan bertemu! Tapi! Tapi...kenapa... Kenapa?! Kalian harus bertemu dengan cara seperti ini!" timpalnya dengan bahu yang mulai bergetar dan selang beberapa detik cairan bening mulai meluncur bebas ke pipinya.

🔫🔫🔫

Alya yang sudah rapi dengan skinny jeans dan kemeja putihnya serta sneaker putih sebagai alas kakinya. Tak ingin membuang waktu, gadis itu bergegas keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju pintu utama. Namun, langkahnya terhenti saat Aletta memanggilnya.

"Alya?! Kau mau kemana?!" ceplos Aletta yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Mommy?! Alya ingin pergi ke kantor" jawab Alya sesantai mungkin.

"Tapi, kau masih butuh istirahat" protes Aletta lalu menghampiri putrinya.

"Mommy?! Please! Alya hanya pergi sebentar saja.. Alya akan segera kembali!" tukas Alya dengan tatapan memohon.

"Tapi---"

"Mom?! I'm sorry. Bye. See you" potong Alya lalu mencium pipi sang mommy. Aletta yang tampak terkejut pun hanya menatap datar putrinya yang perlahan menghilang di balik pintu.

Setelah menghabiskan kurang lebih dua puluh menit di perjalanan, Alya pun tiba di kantor tempat ia bekerja. Setelah memarkirkan mobilnya, Alya bergegas masuk ke dalam gedung itu dan disambut sapaan dari para karyawannya.

Tanpa menghentikan langkahnya, Alya mengangguk - anggukkan kepalanya beberapa kali sebagai jawaban dan sesekali menjawab sapaan mereka. Namun, gadis itu terus melangkahkan kakinya menuju lift yang kebetulan masih terbuka. Alya masuk ke dalam lift dan menekan jarinya pada tombol yang bertuliskan angka '30'. Tempat dimana ruangannya dan sang daddy berada.

Sedetik saat lift terbuka, Alya sudah melangkahkan kakinya keluar dari lift dan berjalan menuju ruangan sang daddy. Saat ini hanya sang daddy yang bisa ia ajak untuk bertukar pikiran dan membantunya mendapatkan bukti yang akan dia berikan pada pria labil itu.

Tanpa mengetuk pintu, Alya masuk ke dalam ruangan Jack begitu saja membuat dua orang yang sedang diskusi melihatnya dengan mata yang melebar.

"Alya?!" pekik seorang pria yang umurnya tidak jauh berbeda dari sang daddy tengah menatapnya terkejut. Tetapi, gadis itu justru menampakkan senyuman dan tatapan yang sulit diartikan.

"Kebetulan, ada detektif Henry disini! Ada yang ingin aku tanyakan!" ceplos Alya sontak membuat Jack dan pria bernama Henry itu hanya saling bertukar pandang satu sama lain.

"Alya--"

"Daddy! Please! Ini bukan waktunya untuk kita terus mengalah atas semua yang sudah mereka lakukan pada kita!" potongnya menatap serius kedua pria yang lebih tua darinya itu.

"Dugaan ku benar bukan? Jika semua terjadi hanya tertuju pada satu orang?!!" ucap Alya yang berhasil membungkam kedua pria di hadapannya.

"Carlos?! Black Hawk?! Mereka dalang dari semuanya, is it right?!" tukasnya.

"Alya?! Tapi, daddy akan berbicara langsung dengan Carlos dan---"

"Dan memilih untuk berdamai? Itu kan yang daddy maksud?!" timpal Alya yang cepat menyimpulkan pemikiran Jack.

"Sudah berapa kali Alya katakan?! Mereka tidak peduli dengan perjanjian itu. Karena pengkhianat tetaplah pengkhianat dan akan selalu seperti itu. Alya sudah cukup muak dengan semua yang terjadi! Dan kali ini Alya tidak akan membiarkannya lagi!" tegas Alya dengan wajah yang merah padam.

"Alya?! Ini semua kami lakukan untuk kebaikan kau dan juga Audrey. Tidak baik jika terus bermusuhan---"

"Kebaikan kami?! Bahkan saat ini kami tidak bisa dikatakan dalam keadaan baik. Beberapa penyerangan yang terjadi padaku dan juga Audrey, apa kalian pernah berpikir tentang itu?!" ketus Alya tak terima.

"Sampai kapan kita harus mundur dan teraniaya dengan keadaan ini?! Sampai kapan? Semua yang mereka lakukan sudah cukup membuatku memiliki alasan untuk balas dendam. Dan yang paling utama aku akan kembali mengungkit kematian Mr. dan Mrs. Spencer!!!"

"Alya?! Jangan lakukan itu?!"

"Yah, aki harus melakukannya, dad"

"Alya?!"

"Setidaknya ijinkan aku untuk membalas semua perbuatan  mereka! Jika daddy tidak bisa melakukannya, Alya sendirilah yang akan melakukannya. Karena aku tahu dan aku yakin, daddy tidak akan pernah membunuh mereka!"

💢💢💢

1
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
Nanaia
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!