Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Perkara buang air
Tak lama pelayan pun datang mengantarkan makan malam mereka.
Saat makan pun Zenita memerlukan bantuan seseorang karena 1 tangan miliknya diperban akibat kecelakaan itu. Tentu saja siapa lagi jika bukan Franz yang harus membantunya menyiapkan makan malam.
"Anda mau makan yang mana Nona?" Tanya Franz yang akan membantu Nona mudanya menyiapkan makanan lebih dulu.
"Aku tidak mau makan nasi. Aku hanya ingin makan daging dan sayur. Aku akan makan sendiri."
"Makanlah sedikit Nasi Nona. Anda kan harus minum obat. Bukankah Anda ingin segera sehat."
"Eum baiklah." Zenita berusaha makan sendiri walau hanya dengan satu tangannya. Ia tipikal wanita yang tidak suka dimanja.
Saat jam makan malam ini ponsel Franz tak ada hentinya bergetar. Sampai Nona mudanya pun menyuruhnya untuk mengangkat telponnya terlebih dahulu. Namun Franz lebih memilih mengirim pesan saja.
"Maafin Mas Hazna. Ternyata Mas gak bisa pulang hari ini karena lembur malam yang penting. Mas tentunya gak bisa ikut makan malam bersama keluarga. Sepertinya Mas juga harus menginap dihotel malam ini" Pesan terkirim.
Dengan cepat Hazna pun membalasnya.
"Ya Mas. Gak papa kok. Aku hanya khawatir sama Mas. Soalnya Mas gak ada kabar dari tadi. Aku akan beritahu seluruh keluarga kalo Mas lagi lembur." Balas Hazna yang tidak terlalu banyak pertanyaan lagi dan membuat Franz lega. Namun tidak dengan pikirannya yang merasa bersalah sekarang. Bahkan ia harus berbohong dan berpura-pura lembur malam ini demi menutupi kehidupannya yang tiba-tiba berubah seketika.
*
*
Urusan makan malam sudah kelar. Zenita pun sudah selesai minum obat. Suasana hatinya sudah lumayan membaik sekarang. Ia bahkan beralih ingin tidur.
"Sekarang waktunya tidur."
"Tidurlah lebih dulu Nona. Saya akan segera tidur nanti."
"Kau jangan tidur terlalu dekat denganku! Aku malu!" Pekik Zenita. Ia hanya melarang Franz untuk tidak tidur terlalu dekat dengannya bukan berarti ia melarang Franz untuk tidur di ranjang bersamanya.
"Tenang saja Nona saya akan tidur disofa"
"Nah. Itu lebih baik." Zenita tampak bahagia mendengar Franz yang akan tidur disofa. Ia langsung merasa nyaman diranjang itu sendirian.
Akibat efek obat yang dikonsumsinya membuat Zenita merasa begitu ngantuk. Ia bahkan langsung anteng tertidur setelah beberapa saat saja. Mungkin karena ia juga sudah terlalu lelah dengan acara pernikahan dan tangisannya tadi.
Sementara Franz masih memainkan ponselnya. Ada banyak sekali pesan yang belom ia balas dari keluarga dan tunangannya. Sebenarnya malam ini ada acara makan malam bersama keluarga dan tunangannya. Karena dari awal Franz sudah berencana setelah selesai acara pernikahan sang Nona ia akan langsung pulang ke rumah. Tapi justru ia yang malah menjadi mempelainya. Membuatnya berbohong dan memilih untuk mengatakan lembur dan tidak pulang ke rumah malam ini.
Mereka semua tentunya tidak tahu bahwa Franz sudah menikahi Nona mudanya hari ini. Lagi pula Franz bingung harus mengatakan dan menjelaskan kepada mereka dengan cara bagaimana tentang pernikahan yang tiba-tiba ini.
3 jam telah berlalu. Tentunya ruangan kamar ini begitu sunyi tak ada suara. Sementara Franz juga tertidur disofa itu dengan tenang. Namun Zenita terbangun dari tidurnya karena kaget ia mimpi buruk.
"Ya Tuhan! Syukurlah ternyata ini cuma mimpi." Gumamnya setelah mengetahui kenyataan bahwa itu hanyalah mimpi buruk.
Setengah jam tengah berlalu. Ia sudah mencoba tidur kembali, namun kenyataannya mata tak sejalan dengan keinginan. Ia sudah mencoba sebisa mungkin untuk tidur lagi, tapi ternyata ia tidak bisa tidur sampai sekarang. Lebih menyebalkan lagi sekarang ia jadi teringin buang air kecil.
"Aduh aku jadi pengin pipis. Gimana ini? Apa tidak bisa besok saja nunggu suster please." Memohon pada dirinya sendiri sambil menahan kebelet. Zenita sudah gusar dari tidurnya. Namun jika kebelet seperti ini ia pasti tidak bisa menahannya.
Please Zenita! Kau tidak mungkin membangunkan lelaki itu untuk membantumu ke kamar mandi ya Tuhan. Astaga!
Perkara buang air bukanlah hal yang besar. Namun tentunya karena kakinya yang patah membuatnya harus dibantu seseorang.
Apa aku minta tolong ke mama saja ya. Mungkin dia bisa membantuku kemari. Paling tidak dia bisa memanggilkan suster.
Ide yang cemerlang pikirnya.
Zenita langsung saja mengirim pesan ke nomor ponsel Mama Lisa untuk meminta bantuan. Padahal ini sudah jam tengah malam lewat.
"Maaf Ma. Zenita mau minta tolong. Zenita kebelet buang air kecil. Bisa tolong panggilkan suster kemari Ma. Please Zenita mohon. Kalo tidak Mama saja yang kemari."
Astaga anak ini!
Tentu saja Mama Lisa yang tidak bisa tidur langsung membaca pesan itu.
Mama Lisa memang sering tidak bisa tidur dan memang ia susah untuk tidur. Terkadang ia dibantu dengan obat tidur sekalinya ia sudah sangat lelah ingin tidur. Namun malam ini ia banyak pikiran dan memikirkan tentang semua yang terjadi ini termasuk pernikahan putrinya dengan Franz yang tiba-tiba. Apalagi saat bertemu dengan Devin dilantai 2 tadi sungguh membuatnya pusing.
Pasti putriku enggan untuk meminta bantuan pada Franz. Mama juga tahu kalian pasti tidak tidur satu ranjang kan.
Tidak Zenita! Betul apa kata Franz, pernikahan bukanlah main-main. Sepertinya Franz juga cocok untukmu. Baiklah, kali ini Mama yang akan buat kalian bersatu.
"Sekarang sudah jam berapa Zenita? Tidak ada orang bekerja tengah malam begini. Mama juga sudah bikin perjanjian dengan suster kalo ia tidak mama gaji 24 jam, jadi ia hanya bekerja 14 jam dalam sehari."
"Mama kok belom tidur? Kalo begitu Mama saja yang kemari. Please Ma."
"Apa Mama harus kesitu dengan telanjang???"
"Astaga! Mama lagi ngapain?"
"Ngapain lagi? Ya melayani suami sebagai istri. Kau juga harus bersipa-siap! Jika suamimu meminta haknya kamu harus wajib melayaninya. Jika tidak dosa besar sayang!"
Astaga! Tidak Ma.Jangan sampai. Kalau dia sampai berani melakukan ini dia berarti memperkosa ku dalam keadaan seperti ini.
Sudah terbayang bagaimana menyeramkan kejadian itu bersama lelaki didepannya ini.
Sekarang pikirannya yang mesum. Terlebih teringat Franz yang sedang mandi.
Ya ampun! Kenapa jadi pikiran ku yang mesum!
"Kalo begitu Zenita tidak jadi buang air Ma. Besok saja." Sudah ketakutan sendiri Zenita. Ia tidak ingin ditemani Franz ke kamar mandi.
"Jika kau menahannya terlalu lama itu akan menyebabkan kencing batu Zenita. Bahkan kau bisa dioperasi nanti! Minta tolong lah pada suami mu." Sudah seperti provokator handal dan profesional Mama Lisa. Padahal ia sedang tidak melakukan apapun. Papa Indra saja sudah terlelap dengan selimutnya. Ia hanya susah tidur saja bukan sedang melayani suami.
Ya Tuhan ini saja belom sembuh. Aku tidak mau di operasi.
Akhirnya mau tidak mau Zenita berusaha menenangkan dirinya sebelum memanggil Franz untuk meminta bantuan.
Sekarang aku harus memanggilnya siapa. Dia sudah menjadi suamiku. Jadi aku harus memanggilnya lebih sopan sedikit.
"Mas." Tidak ada jawaban dari Franz karena ia memanggilnya terlalu pelan.
Astaga kenapa menyebalkan sekali!. Aduh aku hampir ngompol. Tidak lucu jika aku mengompol disini.
"Mas Franz!"
"Iya Hazna??" Franz terkejut karena Zenita berteriak padanya. Hingga ia kira itu Hazna yang memanggilnya mas.
Hazna??
"Iya ampun. Maaf Nona. Anda memanggilku?"
"Temani aku pipis." Sebenarnya malu sekali ia meminta tolong seperti ini. Tapi bagaimana lagi ia bahkan sudah tertunduk sekarang.
"Ayo Nona." Tidak ada pikiran apapun bagi Franz. Yang ada ia mengerti akan kondisi Nona mudanya yang tidak bisa berjalan dengan satu kaki. Zenita juga sudah menjadi istrinya mau ia melihat atau bahkan menyentuhnya sekalipun ya tidak papa.
Franz langsung membantu istrinya berdiri. Ia memapahnya dengan lembut ke kamar mandi.
"Tutup matamu. Jangan mengintip! Kalau kau sampai mengintip aku akan memenjarakanmu!"
Franz malah hampir ketawa mendengarnya. Ia tahu Nona mudanya sebenarnya malu meminta pertolongan padanya.
"Tidak ada hukumnya melihat istri sendiri dipenjara Nona. Yang ada wanita akan dipenjara jika tidak melayani suaminya." Bisik Franz menggoda.
"Diam! Aku tidak ingin mendengarkanmu! Hukum dari mana seperti itu?"
"Hukum dari Nona. Yang akan memenjarakan suaminya yang melihat istrinya sendiri"
"Franz!!"
"Ampun Nona. Aku hanya bercanda. Tapi apa Nona takut ya??"
"Berhenti meledek ku! Aku akan memenjarakanmu beneran!!"
"Iya ampun Nona." Franz sendiri tadi tersenyum bahkan hampir ketawa. Ia sangat tahu wajah Nona mudanya yang memerah akibat malu walupun ia menutup matanya.