Dalam satu malam saja, membuat Arabella harus kehilangan kesuciannya, karena seorang pria yang sedang mabuk tiba tiba saja menarik tangannya dan membawanya masuk ke dalam sebuah penginapan. Pada akhirnya, Pemuda tampan itu menikahinya juga. Yuk ikuti cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kecoak hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25
Kantor..
"Ahhh sakitt!!! pelan pelan Radit!" rintih Raisa saat Radit mulai mencoba untuk menerobos pertahanannya.
"Iya Raisa, ini udah pelan. Memang punya kamu itu sangat sempit sekali!" jawab Radit yang terus berusaha untuk memasukki miliknya ke liang senggama milik Raisa.
Pria itu terus berusaha, sehingga akhirnya ia berhasil juga. Kini, mereka sudah sama sama merasakan surga dunia itu. Milik Radit yang besar membuat liang Raisa serasa sesak. Mereka terus melakuakan penyatuan itu hingga mereka sama sama sudah puas. Setelah hampir satu jam mereka melakukannya, akhirnya pria itu menumpahkan semua cairannya ke dalam perut Raisa tanpa ia sadari. Setelah itu, mereka segera berpakaian dan merapikan kembali penampilannya.
Radit menghela napasnya. "Ahhh, punya kau memang sangat nikmat sekali, Raisa! aku sangat puas!" ucap Radit.
"Kau bermainnya terlalu kasar, Radit. Sehingga punyaku terasa sakit dan perih" ujar Raisa. Iya mengira kalau Radit menggempurnya dengan kasar dan brutal.
"Aku tidak ada melakukan seperti itu Raisa. Milikmu sakit karena lubangnya masih sangat sempit" ujar Radit.
"Ya udah yuk, pake lagi pakaianmu" ucap pria itu seraya memungut kembali pakaiannya. Raisa langsung menghela bapasnya," Iya" jawab wanita itu.
Kini, Raisa dan Radit sudah kembali berpakaian. Mereka kembali merapikan penampilannya agar tidak ada yang mencurigainya. Setelah berpakaian, Radit dengan mengendap keluar dari gudang itu sembari melihati suasana di luar sana.
"Ayo Rai, kita pergi dari tempat ini. Sebelum ada yang masuk ke ruangan ini" ucap Radit saat itu.
"Ya udah ayo" jawabnya.
Dengan langkah kecil, pasangan itu keluar dari ruangan tersebut, dan sebelum keluar Radit memastikan ke adaan di luar sana, setelah ia rasa aman barulah mereka keluar dari ruangan itu dan kembali ke ruangan kerja.
...
Sementara itu, Bella dan Leo baru saja selesai melakukan penyatuan itu. Dan saat ini mereka sudah sama sama berpakaian rapi. Tapi Leo heran kenapa Bella bisa tiba di kantornya di waktu yang tepat.
"Bella? kenapa kau bisa datang ke kantorku?" tanya Leo yang masih terlihat sedikit pusing.
"Saat kau pergi dari rumah, perasaanku tidak tenang, danaku khawatir denganmu. Aku takut kau masuk ke perangkap wanita itu, tapi untung saja aku datang tepat waktu dan bisa menghalangi wanita itu untuk merayumu. Tapi aku heran denganmu, kenapa kau mau meminum air itu!" ujar Bella, ia kesal karena Leo meminum air yang sudah di campur obat oleh Raisa.
"Aku benar benar lupa, Bella. Sehingga aku tidak sengaja meminum air itu" jawab Leo.
"Untung tadi aku datang, kalau nggak pasti kalian sudah melakukannya" ucap Bella dengan wajah masam.
"Maaf Bella, aku benar benar lupa." ucap Leo.
"Hemm, ya udahh! lain kali kau harus lebih berhati hati, Leo" sambung Bella. Leo pun mengangguk, Ia benar benar tidak rela jika harus berbagi suami dengan orang lain.
Setelah itu, Leo melanjutkan sedikit pekerjaannya, sedangkan Bella masih duduk bersandar di sofa panjang.
"Bella, aku akan kembali bekerja. Apa kau ingin pulang?" tanya Leo.
"Nggak Leo, aku di sini aja. Aku takut wanita itu kembali menggodamu" jawab Bella.
"Hemm, Yaudah aku kerja dulu" ucap Leo, untuk saat ini ia benar benar sibuk sekali. Walaupun Leo lah yang punya perusahan itu,
Tapi Leo tetap ingin mengerjakannya.
Beberapa saat kemudian, jam makan siangpun datang, Leo menutup kembali leptopnya dan mengajak Bella untuk segera makan siang di sebuah restoran. Leo juga membawa Vale untuk makan siang bersama.
"Bella, ayo kita makan siang" ucap Leo kepada istrinya seraya menghampiri Bella.
"Ayo, kita makan di mana?" tanya Bella dengan semangat.
"Kita makan di restoran dekat kantorku saja," jawabnya.
"Leo pun segera keluar dari ruangannya bersama sang istri.
Saat Leo hendak keluar dari kantornya, ia melihat Raisa sedang berduaan bersama Radit. Sepertinya mereka juga mau pergi makan siang. Leo menghela napasnya setelah melihat kedekatan Raisa dengan Radit.
"Itukan Raisa? apa tadi Raisa melepaskan hasratnya kepada Radit? kalau ia syukur deh" gumam Leo dalam hatinya.
"Leo? ada apa? kenapa kau melamun?" tanya Bella.
"Aku tidak melamun kok, ya udah ayo sayang" ucap Leo, seraya menggandeng istrinya.
Restoran..
Kini, mereka sudah ada di depan sebuah restoran mewah yang terletak tidak jauh dari kantornya. Saat Bella hendak masuk ke dalam restoran. Tiba tiba ada orang yang tidak di kenal membawa motor dengan kecepatan tinggi, lalu ia sengaja menabrak Bella yang saat itu sedang hendak masuk ke restoran.
Brakkkk!!!!! Kepala wanita yang sedang hamil muda itupun terbentur ke aspal sehingga membuat kepalanya berdarah. Leo segera berlari ke arah istrinya yang tergeletak lemas di jalan. Dia panik dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Sialan! Siapa yang melakukan ini? woii jangan lari kau bajingan!" teriak Leo sambil meraih ponselnya untuk mengambil gambar plat motor tersebut. Setelah itu, Leo segera menyuruh Vale untuk mengantarkannya ke rumah sakit.
"Vale ayo cepat ke rumah sakit!!" ujar Leo dengan panik.
"Siap tuan!" jawabnya, pria itu langsung membuka pintu mobil untuk mempermudah Leo untuk masuk ke dalam mobilnya seraya menggendong Bella yang saat ini sedang merintih kesakita.
Bella mulai menangis kesakitan sambil meraih perutnya yang mulai terasa sakit. Leo mencoba menenangkan istrinya sambil mengusap perut sang istri, berharap anaknya baik baik saja di dalam sana.
"Hikss hikss hiksss, Leo sakitt bangett! perut ku sakittt!!!," rintih Bella. Ia tidak terlalu memikirkan kepalanya yang mengeluarkan darah, tapi ia mementingkan perutnya yang sakit.
"Tahan sebentar sayang, sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit" ucap Leo seraya memeluk sang istri.
"Leo, perut ku sakit! aku takut bayiku kenapa napa" lirih wanita itu.
"Tenanglah sayang, bayi kita pasti akan baik baik saja" jawab Leo, sebenarnya ia juga cemas dengan ke adaan bayinya. Tapi Leo tidak menampakkannya agar Bella tidak berpikir yang nggak nggak.
Rumah Sakit..
Beberapa menit kemudian, Mereka sampai di rumah sakit terdekat. Seketika dokter langsung memberikan pertolongan untuk istri Mafia itu.
Leo duduk di kursi ruang tunggu dengan hati yang berdebar debar. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hatinya, jika terjadi sesuatu pada Bella atau calon anaknya yang saat ini sedang di kandung oleh Bella.
"Semoga nyonya dan kandungannya baik baik saja tuan" ucap Vale yang merasa kasihan dengan Leo.
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku nantinya jika harus kehilangan anakku ataupun istriku" gumam Leo dengan perasaan sedih. Vale baru kali ini melihat Leo sedih karena seorang wanita.
Di rumah sakit, dokter segera melakukan pemeriksaan dan memberitahu Leo bahwa Bella mengalami luka parah di kepalanya. Untung saja bayinya masih bisa di selamtakan. Tapi Leo tetap merasa hancur. Dia tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan berakhir dengan tragedi seperti ini. Dia merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Bella dengan baik.
"Dokter bagaimana dengan istriku dan kandungannya? apa dia baik baik saja?" tanya Leo dengan panik.
"Istri tuan mengalami luka dalam di bagian kepalanya. Sedangkan kandungannya awalnya sangat lemah, dan untung saja cepat di bawa ke sini, dan masih bisa di selamatkan, dengan cara memberikan obat penguat kandungan," jelas dokter itu. Leo menghela napas panjang setelah mendengar penjelasan dokter tersebut.
"Tapi, nyonya tetap harus menjalankan perawatan intensif di rumah sakit tuan, agar kami bisa memantau kesehatannya dan juga kandungannya" ucap dokter itu.
"Baiklah, lakukanlah jika itu yang terbaik untuk istriku!" jawab Leo.
Kemudian, dokter itu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Setelah kepergian dokter itu, Leo meraih ponselnya dari dalam sakunya. Lalu ia melihatkan plat nomor itu kepada Vale, dan menyuruhnya untuk mencari orang yang telah sengaja menabrak Bella. Ia benar benar tidak bisa memberi ampun kepada orang yang telah menabrak istrinya, dan lari begitu saja tanpa ada rasa bertanggung jawab sedikit pun.
"Vale! cepat kau cari pemilik motor ini, dan bawa dia ke hadapanku!" ucap Leo yang saat ini sedang menahan amarahnya kepada orang itu.
"Baik tuan, saya akan mencarinya" jawab Vale sambil mencatat plat nomor itu.
Kediaman Ketua Mafia Yakuza..
"Ibu, aku ada berita gembira untukmu" ucap Aldo, anak semata wayangnya bu Lestari.
"Berita apa itu, Aldo?" tanya bu Lestari yang saat ini sedang duduk santai di rumah saudaranya itu.
"Barusan aku baru saja menabrak istrinya Leo, hingga istrinya itu terjatuh ke aspal. Aku rasa dia nggak selamat soalnya tadi aku liat dari kaca spionku kepalanya mengeluarkan darah yang sangat banyak" jelas Aldo. Ternyata adik tiri Leo lah yang melakukannya. Wajah bu Lestari langsung terlihat bahagia..
"Kerja bagus anakku! ibu berharap istrinya itu mati saat itu juga!" ucap bu lestari dengan senang hati.
"Aku juga berharap seperti itu, ibu. Karena aku sangat dendam kepada Leo!" ucap Aldo.
Ia tidak tau kalau saat ini ia dalam bahaya. Leo benar benar tidak mengampuni siapapun orang yang telah mencelakai istrinya saat itu. Saat mereka tengah asik bersuka cita karena apa yang terjadi pada istrinya Leo, Soni seorang ketua mafia Yakuza datang. Bu Lestari menceritakan semuanya kepada Soni soal apa yang telah terjadi hari ini.
"Apa yang terjadi? kenapa kau terlihat bahagia?" tany Soni kepada bu Lestari.
"Tuntu saja aku bahagia, karena ankku sudah berhasil mencelakai istrinya Leo dengan tangannya sendiri" ucap bu Lestari dengan bangga dan angkuh.
"Baguslah, jadi aku tidak perlu lagi berurusan dengan mereka" jawab Soni, membuat raut wajah bu Lestari seketika langsung berubah.
"Ohh kau tidak mau lagi membantuku untuk membalaskan dendamku pada mereka?" ucap bu Lestari yang keliatan marah kepada saudaranya itu.
"Anakmu kan sudah melakukan apa yang kau mau dengan sendirinya,! lalu apa lagi yang akan kau lakukan?" tanya Soni.
"Aku ingin mereka semua mati, agar aku bisa menguasai semua hartanya! dan lagian anak buahmu kan pada lemah semua termasuk kau, makanya kau tidak berani melawannya!" ucap bu Lestari membuat Soni kesal.
"Jaga ucapanmu ya! yang jelas aku tidak mau lagi berurusan dengan mereka! paham!" ucapnya. Lalu pria itu pergi meninggalkan bu Lestari dan anaknya.
"Huu bilang aja kau takut! Dasar pecundang!" ledek bu Lestari. Di situlah rasa benci mulai tertanam di hati Soni kepada saudaranya itu.
