KAISAR MATA LANGIT

Malam harinya ketika Mo Fan akan tidur dia teringat lagi akan semua kejadian di dunia setengah mimpi, dia penasaran dengan cincin yang ada di tangannya, Mo Fan mencoba memasukan kesadaran illahinya untuk melihat kedalam cincin tersebut, dia sangat kaget ketika melihat apa yang ada didalam cincin itu, semua barang yang dia bawa dari dunia setengah mimpi ternyata masih tersimpan didalam cincin itu, Mo Fan melihat sebuah pena logam yang ujungnya sangat tajam yang selalu dia gunakan untuk mengukir pola di dunia setengah mimpi, dia mencoba mengeluarkan pena itu dari cincin sesuai ingatannya.

"Waaahhh!, ternyata aku benar-benar bisa mengeluarkan benda dari cincin ini!" ujar Mo Fan

Mo Fan memasukan kembali pena ukir itu kedalam cincin, dia kembali melihat kedalam cincin dan melihat sebuah buku bergambar mata warna emas, karena penasaran dia mengeluarkan buku itu.

"Buku ini bernama KAISAR MATA LANGIT, namanya luar biasa sekali seperti dilebih-lebihkan"

Sejenak Mo Fan membaca tentang buku itu untuk mengobati rasa penasarannya.

"Jadi teknik mata langit ini diciptakan oleh seorang kaisar jaman dulu, teknik mata yang melihat jauh kedalam yang dapat membekukan fikiran orang lain dengan ilusi, mengkultivasikan teknik ini tidak terlalu sulit, hanya dengan memperkuat jiwa dan memperluas lautan Qi, teknik ini sangat kuat tapi akan mengkonsumsi Qi dalam jumlah besar, nanti aku akan membacanya lagi" ucap Mo Fan

Kemudian Mo Fan memeriksa isi cincinnya lagi dan melihat sebuah kotak kecil berukir yang indah, karena penasaran Mo Fan mengeluarkan kotak tersebut dari cincinnya lalu membuka kotak itu.

"Ini kan pil penguat tubuh dan pembangkit aura!, awal aku berlatih bersama kakek guru aku disuruh memakan pil ini untuk membuat pondasi fisik dan jiwaku, karena tubuhku di dunia setengah mimpi berbeda dengan tubuhku yang di dunia ini, berarti aku harus menggunakan pil ini untuk membangun pondasi fisik dan jiwaku, meski pil ini tidak bisa membuat tubuhku sekuat tubuhku di dunia setengah mimpi tapi masih bisa diperkuat diatas rata-rata tubuh orang-orang di dunia ini"

Mo Fan mengambil satu buah pil itu dan memasukkan kotaknya kembali kedalam cincinnya, kemudian Mo Fan menelan pil itu, tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang bergejolak dan mengalir ke seluruh tubuhnya, tubuhnya terasa penuh dengan kekuatan, Mo Fan mencoba menyerap energi pil itu seperti yang pernah dia lakukan di dunia setengah mimpi, tanpa disadari begitu Mo Fan membuka matanya ternyata hari sudah pagi.

"Bau apa ini?, kenapa tubuhku menjadi bau begini?, seperti tidak mandi dalam beberapa bulan, oh iya!, aku baru ingat!, ini kan kotoran dalam tubuhku yang dikeluarkan oleh pil pembangkit aura, kurasa aku harus segera mandi.

Mo Fan segera mandi dan setelah itu sarapan pagi bersama pamannya.

"Pagi paman!,

"Iya pagi!, ayo sarapan dulu!"

"Baik paman! "

Mo Fan langsung menyantap sarapan dengan lahapnya, tanpa dia sadari ternyata ada yang beda dengan dirinya pagi ini.

Mo Fan!, apa kamu sangat kelaparan sehingga makan seperti terburu-buru"

"Oh benarkah?, aku juga tidak tau paman, tiba-tiba aku merasa punya selara makan gitu"

"Tidak apa-apa!, itu bagus untuk kesembuhanmu"

"Oh iya!, habis ini aku mau jalan-jalan keluar lagi paman!"

"Tidak apa-apa asal kamu selalu hati-hati, kalau begitu habiskan dulu makananmu sebelum kamu keluar

"Baik paman! "

Setelah selesai makan Mo Fan segera pergi keluar dan berjalan menuju rumah kakek yang akan diobatinya, kurang lebih setengah jam berjalan, akhirnya Mo Fan sampai di rumah kakek itu"

"Tuan besar!, ada seorang pemuda datang menanyakan tuan besar" kata pelayan pada si kakek

"Suruh dia masuk"

Mo Fan segera masuk menemui si kakek

"Selamat datang Mo Fan!" sambut si kakek

"Terima kasih kek!"

Kemudian Mo Fan dipersilahkan duduk oleh si kakek.

"Mo Fan!, kau tinggal katakan saja jika ada sesuatu yang harus aku lakukan"

"Tidak ada kek!, kalau ada halaman belakang akan lebih baik kalau kita ngobrolnya disana saja!"

"Baiklah sesuai perkataanmu"

Lalu Mo Fan dan si kakek segera pindah ke halaman belakang, Mo Fan duduk berhadapan dengan si kakek pada sebuah meja.

"Mo Fan!, apakah ada sesuatu lagi yang kau butuhkan?, kalau ada katakan saja tidak perlu sungkan"

Mo Fan mencoba memeriksa keadaan si kakek menggunakan mata tembus pandangnya namun tidak bisa karena matanya tidak bisa melihat tembus kedalam tubuh si kakek, Mo Fan bingung kenapa matanya tidak bisa tembus pandang seperti sebelumnya, meski Mo Fan tidak bisa memeriksa keadaan tubuh si kakek namun dia tau apa yang harus dilakukan.

"Kakek guru pernah bilang kalau cincin ini akan membangkitkan bakatku yang paling berpotensi, mungkin teknik mata ini adalah potensi tertinggiku yang perlu dilatih dan dikultivasikan agar bisa dikontrol untuk digunakan" ucap Mo Fan dalam hati

"Aku butuh sebuah gelas porselen yang bisa digunakan untuk minum, yang agak besar lebih baik"

"Lalu si kakek memerintahkan pelayan untuk mengambil gelas seperti yang dikatakan Mo Fan"

"Ada lagi yang lain yang kau butuhkan Mo Fan?"

"Tidak ada kek!, tunggu sebentar!"

Kemudian Mo Fan memperhatikan gelas tersebut sambil menurunkan tangan kanannya ke bawah meja lalu mengambil pena pengukir pola dari cincinnya, ketika Mo Fan mengangkat tangannya ke atas meja lagi pena itu sudah ada ditangannya, si kakek heran dari mana pena itu diambil Mo Fan, pena itu lalu digunakan untuk mengukir sebuah pola inskripsi di bagian bawah gelas, tak lama kemudian Mo Fan selesai mengukir pola itu, Mo Fan kembali menurunkan tangannya ke bawah meja untuk masukkan pena itu kedalam cincinnya lalu mengeluarkan sebuah batu roh dari dalam cincinnya, lagi-lagi si kakek heran melihat itu.

"Dari mana batu itu di ambil dan kemana pena tadi disimpan, padahal tidak terlihat Mo Fan memasukkan tangan ke kantongnya" ucap kakek Mu dalam hati

Mo Fan meletakkan batu itu diatas pola yang baru di ukirnya lalu mengaktifkan pola itu dengan memasukkan aura batu roh ke dalam pola ukiran, seketika aura batu roh itu terserap kedalam pola dan membuat batu roh berubah warna menjadi pudar seperti batu biasa.

"Kakek!, aku butuh air putih atau teh biasa yang bisa diminum"

"Kakek kembali menyuruh pelayan mengambil satu poci air putih, kemudian Mo Fan menuangkan air putih tersebut kedalam gelas yang baru diukirnya, terlihat samar-samar seperti cahaya dan asap tipis masuk kedalam gelas itu, setelah beberapa saat air didalam gelas itu warnanya menjadi menjadi jernih kehijauan.

"Kakek!, minumlah air ini sampai habis"

Tanpa pikir panjang si kakek langsung meminum air itu tanpa ragu.

"Kenapa air ini terasa menjadi hangat?, padahal air didalam poci ini dingin"

"Kakek tunggu beberapa saat dan rasakan perubahan pada tubuh kakek"

"Kenapa tubuhku jadi berkeringat?, rasanya aku menjadi lebih bersemangat!"

"Kakek!, lakukanlah gerakan agar peredaran darah dirubuh kakek lebih lancar, jika kakek pernah belajar beladiri, lakukanlah gerakan jurus-jurus beladiri agar tidak bosan"

Kakek Mu melakukan seperti apa yang dikatakan Mo Fan dan terlihat begitu sangat bersemangat, tiba-tiba cucu perempuannya datang menghampiri "

"Kakek!, apa yang kau lakukan?, kau harus banyak istirahat kek bukan banyak bergerak, pasti kau yang menyuruh kakekku melakukan itu kan?, teriak gadis itu pada Mo Fan

"Iya!, memang aku yang menyuruhnya, lalu kenapa?"

"Apa kau lupa kalau kakekku itu lagi sakit, dia harus banyak istirahat, kenapa kau menyuruhnya banyak gerak?"

"Aku tidak lupa kalau kakekmu lagi sakit tapi justru kaulah yang melupakan sesuatu"

"Aku ini belum pikun, tidak ada satupun yang aku lupakan, kalau terjadi sesuatu pada kakekku kamu harus menanggung akibatnya"

"Kau lupa kalau aku akan mengobati kakekmu, kakekmu bilang kalau kamu itu penyayang dan lemah lembut, sama sekali kamu tidak terlihat seperti itu"

"Kenapa aku harus lemah lembut padamu?, awas saja kalau penyakit kakekku kambuh lagi gara-gara banyak bergerak, aku akan membuatmu tidak bisa melihat matahari esok pagi"

"Hei cucuku tersayang!, kau juga harus percaya pada Mo Fan, dan lagi kau harus menjaga sifatmu didepan orang lain, kalau tidak, maka tidak akan ada laki-laki yang mau dekat denganmu"

"Kakek!, aku tidak peduli ada laki-laki yang mendekatiku atau tidak, saat ini aku hanya peduli pada kesehatan kakek"

"Mo Fan!, maafkan Yin er cucuku, dia begitu karena memikirkan kesehatanku"

"Tidak apa-apa kek, aku tidak akan mendengarkan ocehannya yang tidak berguna itu"

"Huh!, kalian berdua sangat menjengkelkan" ucap gadis itu