Pernikahan tanpa cinta yang didasari sebuah pengorbanan dan misi balas dendam nyatanya membuat Fahreza Narendra putra terjebak di posisi yang sulit.
Pertemuannya kembali dengan cinta pertamanya, membuat Pria itu kembali harus memilih antara cinta sejatinya atau tetap bertahan dengan pernikahan tanpa cinta yang harus dijalaninya.
Akankah ia lebih memilih cinta sejatinya atau tetap bertahan mengarungi bahtera rumah tangga bersama wanita yang tidak ia cintai.
cerita ini merupakan sekuel dari Cerita "Story of my life"
Yuk simak cerita lengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Hari pertama Reza bekerja di kantor barunya membuat pria itu sibuk seharian. Pria itu bahkan melewatkan jam makan siangnya begitu saja, saking sibuknya menganalisa semuanya dari awal.
Begitu juga dengan Lee yang juga ikut sibuk menemani Reza menganalisa semua hal baru untuknya.
Brugh....
Lee melempar berkas terakhir yang harus Reza teliti dan tanda tangani ke atas meja besar di hadapannya.
Kepala Lee sudah berdenyut nyeri saking lelahnya bekerja.
"Aku lelah..." keluh pria berwajah tampan itu sembari menjatuhkan kembali tubuhnya pada sofa besar tempatnya duduk semedi sedari tadi bersama Reza.
"CK... Begitu saja sudah lelah." Cibir Reza tanpa melirik sedikit pun kearah Lee. kedua mata dan tangan Reza sibuk membolak balik berkas yang baru saja Lee lempar tadi.
Lee tampak menggeram kesal pada sahabatnya itu.
"Bisa-bisanya si gila kerja itu tetap fokus bekerja. Padahal ia sudah melewatkan makan siangnya begitu saja! Apa dia tidak merasa lapar?" Begitu lah kiranya yang ada di benak Lee saat ini, karena sesungguhnya ia sudah tak bisa fokus bekerja karena perutnya yang terasa lapar.
"Pergilah makan siang sendiri! aku tidak lapar." Ucap Reza yang seakan tahu apa yang ada di dalam pikiran Lee saat ini.
Lee tampak menyunggingkan senyum lebarnya.
"Aku bahkan tidak menyangka, jika selain pintar, kau juga bahkan bisa membaca pikiran seseorang." Seloroh Lee. yang membuat fokus Reza teralihkan kali ini.
"Pergilah! atau tidak tidak usah pergi sekalian." kesal Reza sembari menatap wajah menyebalkan sahabatnya itu.
"Aish... Bodohnya diriku, yang bahkan mengikuti pria tidak berperasaan sepertimu sampai ke sini." Ucap Lee tak kalah kesalnya.
"Jika aku jadi kau, aku lebih memilih memadu kasih bersama istri cantik ku di atas ranjang, membuat seorang bayi yang lucu dan tampan daripada harus berusaha payah bekerja seperti ini hanya untuk menjadi seorang pewaris." Celetuk Lee yang tentunya langsung mendapat tatapan tajam dari Reza.
Mendapat tatapan tidak bersahabat dari Reza, Lee pun bergidik ngeri, dan memilih untuk segera pergi.
Selepas Lee pergi. Reza melempar berkas yang tengah di teliti nya keatas meja.
Rasanya ia memang sudah terlalu lelah bekerja keras selama ini.
Reza beranjak dari duduknya untuk kemudian berjalan perlahan menuju sebuah jendela besar yang terdapat di ruangannya itu.
Tepat di depan jendela besar itu, Reza bisa menatap kearah luar. Tampak gedung gedung menjulang tinggi dengan jalanan yang terlihat padat di bawahnya.
Reza menghela nafasnya, ia berada di persimpangan yang sulit. Antara melanjutkan misi balas dendamnya atau malah mengakhiri semuanya.
*******
Fathia tengah sibuk melayani beberapa pengunjung di kafe tempatnya bekerja paruh waktu, dengan Hana yang juga menemaninya sembari bekerja dengan laptop yang sengaja di bawanya. Hana memang berniat bekerja lembur dari kafe Fathia. Karena ada beberapa pekerjaan yang harus ia kerjakan secepatnya.
"Thia, Apa Lo ga merasa cape? Baru pulang kerja, langsung kerja lagi di sini?" Tanya Hana saat Fathia menghampirinya setelah selesai melayani pengunjung yang datang.
Fathia tampak menghela nafasnya yang sempat memburu saat melayani pengunjung tadi.
"Untuk apa merasa lelah. Semua itu justru membuatku merasa lebih nyaman. Aku sudah bersahabat dengan rasa lelah." jawab Fathia yang kemudian meneguk sebotol air mineral yang di bawanya.
Hana menghentikan gerakan kedua jemari tangannya yang tengah mengetik diatas tuts keyboard laptopnya, kemudian menatap sendu kearah Fathia.
Hana kembali merasa bersalah terhadap gadis cantik yang tengah duduk di sampingnya itu, Hana tahu dengan persis. Apa yang Sahabatnya lakukan selama ini, hanya untuk mengalihkan perasaan sedih dan patah hatinya yang tentu saja berawal dari ulah Hana 10 tahun yang lalu.
Merasa Hana tengah menatapnya dengan tatapan itu lagi, Fathia pun langsung menyunggingkan senyum menenangkannya.
"Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir berlebihan seperti itu." Ucap Fathia.
****
Lee masuk kedalam sebuah kafe yang terletak tak jauh dari tempatnya bekerja saat ini.
Saat Lee bertanya pada sopir kantor yang mengantarnya, tentang tempat bersantai terdekat dari kantor, sang Sopir itu malah mengantar Lee ke kafe yang ia kunjungi saat ini.
Lee berdiri tegak sembari menatap kearah sekeliling kafe yang baru saja ia masuki.
Kedatangan Lee membuat para pengunjung kafe menatap kagum terhadap wajah tampan dan tubuh jangkung Lee yang membuat mereka terpesona tentunya.
Mata Lee yang awas, meneliti setiap detail kafe yang baru saja di disinggahinya. Lee bahkan tidak memperdulikan jika banyak pasang mata yang tengah menatap kagum kearahnya.
Lee tetap terus memindai ke sekeliling penjuru kafe, Hingga saat kedua matanya berhenti meneliti dan terfokuskan pada sosok dua orang gadis cantik yang tengah duduk berdua sambil mengobrol.
Lee tersenyum lebar, karena akhirnya ia bisa melihat langsung wajah cantik seorang gadis yang fotonya pernah ia lihat di dalam dompet milik sahabatnya itu.
"Gadis itu,,,,, akhirnya aku bisa bertemu langsung dengannya." Gumam Lee yang tampak senang dan yakin dengan sosok gadis yang ia temukan saat ini.
Lee segera melangkahkan kakinya untuk menghampiri kedua gadis tersebut.
"Permisi......."
Fathia yang terkejut, segera berdiri untuk menyambut pria yang ia kira adalah pengunjung kafe.
"Mari silahkan, saya akan tunjukan kursi anda." Ucap Fathia dengan ramah.
Sementara Hana...
Hana menatap takjub wajah pria yang tengah berdiri tegak di hadapannya saat ini.
Pria tampan dengan tubuh tinggi nan atletis di hadapannya mampu membuat Hana terpesona seketika.
Dengan cepat, Hana beranjak dari duduknya. berdiri menggeser tubuh Fathia agar lebih dekat dengan pria tampan itu.
"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Hana dengan senyum lebarnya.
*****
Terimakasih sudah membaca ceritaku. Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya, ya..🙏❤️
🌹buat kakak author 🤗