NovelToon NovelToon
TAWURAN

TAWURAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Persahabatan
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

Novel ini bercerita tentang Gita dan kawan-kawan yang merantau ke Ibu Kota untuk menempuh pendidikan. Siapa sangka? Gita yang sewaktu SD pernah membuli seorang pria culun, kini dipertemukan kembali dengan pria itu dalam situasi yang berbeda. Tawuran merupakan gerbang pertemuan mereka.

Sean, nama pria itu. Gita tak ingin membuka kisah lamanya, namun Sean terus mengganggu gadis tersebut. Hingga akhirnya Gita membuka suara mengenai kejadian di masa lalu. Gita mengakui bahwa Ia tertarik pada Sean di waktu kecil. Sayangnya, Gita yang sejak itu sedang menghadapi ketidakharmonisan keluarga, tidak mampu mengekspresikan rasa sukanya terhadap Sean. Sehingga, ia lebih memilih untuk membuli pria itu dan menciptakan trauma berat yang sulit disembuhkan untuk keluarga Sean sendiri.

Haruskah Sean memaafkan Gita? Ataukah cinta Gita akan bertepuk sebelah tangan selamanya?

Baca kisah lengkapnya di dalam cerita ini 😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

"Pokoknya kita harus bikin Wira minggat secepatnya dari sini!" tegas Gita yang sedang berada di perkumpulan penghuni indekos dan pemiliknya, Bu Rika.

"Iya! Gio jadi nggak bebas mau ke sini!" imbuh Jenna.

"Udah tiga hari Ibu nggak ke rumah Pak RT!" balas Bu Rika.

Gita, Febi dan Jenna menoleh pada wanita paruh baya itu.

Ekspresi Gita seolah berkata, "Bu Rika sama Pak RT?! Pak RT yang kepalanya hampir botak gitu?!"

"Tapi, Bang Wira baik kok," ucap Febi yang membuat Bu Rika dan kedua temannya menoleh dengan cepat ke arahnya. "Maksudnya gini. Kemaren gue digangguin Jodi sampe depan kosan. Bang Wira yang nyelametin gue dari Jodi," lanjut Febi.

"Emangnya dia itu kayak gini dari dulu, Bu?" tanya Gita.

"Nggak kok, dia nggak kayak gini. Dia juga nggak suka ngurusin urusan orang. Tapi, kenapa ya dia jadi kayak gini?" Bu Rika balik bertanya.

"Mungkin gegara lo berdua!" tunjuk Jenna.

"Kok gue?" tanya Gita.

"Lo berdua udah bikin dia kesel! Febi, segala ngerjain dia ampe nyasar. Lo malah mau ngebacok dia pake gesper! Mungkin dia mau ngerjain kita balik!" ucap Jenna.

"Tapi, kenapa Ibu juga yang kena?" balas Bu Rika.

"Nah, itu kurang tau," ucap Jenna.

"Oke-oke! Gue udah punya rencana buat bikin Wira minggat!" tegas Gita membuka lembaran kertas yang sudah ia buat daftar-daftar solusi di sana.

***

"Misi pertama!" ucap Gita mengangkat tangannya.

"Kalo dia marah gimana, Git?" tanya Bu Rika.

"Kita bacokin pake gesper!" tegas Gita mengambil ponselnya dan menelepon Sean.

"HALO SAYANG!" teriak Gita sambil berjalan melewati Wira yang sedang menonton televisi.

"Bakalan tamat riwayat kita kayaknya, Bu!" pekik Jenna.

"HA HA HA! MASA SIH?! NGGAK KOK!" teriak Gita lagi.

Wira sampai terkejut dibuatnya. Tanpa ragu, ia melempar Gita dengan bantal sofa yang tadinya dipeluk.

"Apaan sih?!" omel Gita.

"Gue lagi nonton!" tegas Wira.

"HALO SAYANG?! APA? OH, ITU KEPONAKANNYA BU RIKA DARI KOREA. NAMANYA? NAMANYA ... SIAPA YA?! NGGAK KENAL JUGA AKU," ucap Gita dengan kencang.

Gita memilih untuk duduk di sofa tak jauh dari Wira dan terus membuat Wira emosi.

"KAMU TAU NGGAK, KENAPA BANYAK MANUSIA DI BUMI INI?" tanya Gita masih dengan keberisikan yang sama.

"Nggak. Lo kenapa sih?!" tanya Sean lagi.

"KALO MANUSIANYA CUMA SATU-SATUNYA, ITU KAMU DI HATI AKU! HA HA HA!"

Wira menoleh karena gombal menjijikan tersebut. Kini ia tertarik untuk mendengarkannya. Pria itu malah mematikan televisi hanya untuk mendengar obrolan Gita dan Sean lewat telepon.

"Lo tau nggak? Kenapa laut rasanya asin?" tanya Sean.

"Karena ikannya keringetan!" Wira malah menjawab pertanyaan tersebut.

Gita menoleh pada pria itu dengan tatapan sinis. "Karena yang manis itu cuma kamu," ucap Sean.

Wira mengernyitkan dahinya. Gita malah memaksakan diri untuk tertawa.

"Kok dia malah ikutan ngobrol?" tanya Jenna dari dapur.

"Kayaknya Gita dalam masalah nih gaes! Bisa ketauan kalo Wira malah ikutan ngobrol!" tegas Febi.

"Selamatin Gita dari situasi itu, Bu!" tegas Jenna.

"Gitaaaa!! Giiitt!" teriak Bu Rika berpura-pura memanggil gadis itu agar Gita meninggalkan Wira di sana.

Gita menutup teleponnya dan menatap sinis kedua bola mata milik Wira. Gita menggerakan bibirnya seolah berkata Trouble Maker, tanpa suara.

***

"Oke, kita pakai cara ke dua!" tegas Gita.

"Nggak! Nggak-nggak! Gue nggak mau!" bantah Febi.

"Dia cuma baik ke lo, Feb! Lo harus ngelakuin ini demi kesejahteraan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya!" ucap Jenna yang menarik tangan Febi untuk ke luar kamar.

"Nggak! Gue nggak mau! Kalo dia nikahin gue beneran gimana?! Gila aja lo berdua!" umpat Febi.

"Feb!" Gita merangkul gadis itu. "Kalo dia beneran mau nikahin lo, kita yang tanggung jawab!" lanjut Gita.

"Astaghfirullah, gue belum lulus SMA woi!" bantah Febi lagi.

Dengan sekuat tenaga Jenna dan Gita menarik Febi untuk menemui Wira di halaman belakang rumah Bu Rika.

"Lo nggak usah akting berlebihan, Feb. Lo tinggal pura-pura nangis aja. Kalo dia nanya lo kenapa, lo peluk dia! Terus lo ceritain semuanya!" ucap Gita.

"Iya, meluk doang! Nggak susah kok!" ucap Jenna.

"Ya, yang bener aja dong! Meluknya, meluk siapa?! Bang Wira! Lo kira gue seberani itu?!" ucap Febi.

"Nggak usah banyak bacot! Buru!" tegas Gita dan mendorong Febi untuk tersungkur di halaman belakang.

Jenna dan Gita segera bersembunyi. Wira yang sedang menanam beberapa rimpang, mendengar suara Febi yang terjatuh.

Mending gue mati aja deh! Kalo kayak gini! Atau gue minggat aja ya? Nyari kosan lain? (ucap Febi dalam hati).

"Lo kenapa, Feb?" tanya Wira yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan gadis itu.

Mati gue, mati gue, mati gueeeeee!! Gue harus ngomong apa?! Beneran kayak orang idiot nyungsep di sini! (batin Febi).

Febi tertunduk. Tiba-tiba air matanya menetes. Tarikan ingus yang Febi buat, menarik perhatian Wira lebih banyak. Pria itu berjongkok di depannya.

"Lo kenapa?!" tanya Wira yang mulai panik.

"Huaaa!! Kaki gue patah! Sakiiit!" ucap Febi.

"Kita ke klinik sekarang! Ayo!" ucap Wira yang hendak menggendong gadis itu.

"Gue ...," ucap Febi terhenti. Ia memeluk Wira dengan erat. Hampir saja ia melupakan adegan tersebut.

"Kenapa lagi?!" tanya Wira.

"Gue disuruh nikah dari ortu gue, Bang! Sedangkan gue nggak punya cowok! Lo juga ngelarang kita semua pacaran! Sedangkan ortu gue maksain gue nikah lulus SMA!" jelas Febi.

Mampus dah gue! Beneran gila kayaknya gue! Jennaaaa!! Giitaaaa!! (jerit Febi dalam hati).

"Ya, kalian masih sekolah! Mana boleh pacaran!" tegas Wira.

"Tapi ortu gue ...."

"Mana nomor telepon ortu lo? Biar gue yang ngomong," ucap Wira.

"Hah?!" pekik Febi yang tak menyangka bahwa respon Wira akan seperti ini.

"Kenapa? Ow, biar gue minta ke Tante Rika aja. Harusnya dia punya nomor ortu lo. Lo tenang aja, gue yang bakalan ngomong!" ucap Wira beranjak dari sana.

"Bang! Bang Wira, tunggu!!" Febi berlari mengejar pria itu. "Bu Rika lagi pergi!" ucap Febi berbohong agar Wira tak melakukan apa yang ia sebutkan.

Wira malah fokus pada kaki Febi yang sehat jasmani dan rohani. "Kaki lo ...." Wira tak melanjutkan kalimatnya.

"Iya .... Kaki gue .... Tadi tulangnya patah, sekarang udah nyambung lagi! Gue punya sel Hashirama!"

Suasana mendadak hening. Febi menahan tawa akan jawaban tak masuk akal yang ia berikan.

Wira malah menarik sedikit poni Febi sambil tersenyum mengejek. "Jangan kebanyakan nonton anime!" ucapnya dan pergi.

Febi menepuk jidatnya. "Gue nggak banyak nonton anime, Bang! Gue cuma nonton Naruto!" gerutu Febi yang menahan malu.

Gadis itu terus menggerutu saat hendak memasuki rumah. "Bisa mati gue kalo Bang Wira beneran nelepon Emak sama Abah. Duh, semoga aja dia nggak segila itu! Gue mesti bilang dulu kayak ya ke Bu Rika, biar Bang Wira nggak dapet nomor Emak sana Abah. Kenapa sih tuh cowok—"

Febi terdiam begitu menutup pintu dan mendapati Wira sedang mencuci tangan di dekatnya.

"Aduh, kakiku sakit sekali," ucap Febi sambil berjalan tergopoh-gopoh.

Wira menggeleng-geleng, tak habis pikir akan kelakuan anak-anak di kosan tantenya tersebut.

Saat Febi melewati dapur, gadis itu langsung berlari membuka pintu kamarnya. Ia juga membuka pintu kamar Gita. Ia sedang mencari Jenna dan Gita. Tapi kedua gadis itu tak berada di rumah.

"Gue ditinggalin berdua sama manusia aneh itu?" ucap Febi terduduk lemas di lantai depan kamar Gita.

"Kakinya masih sakit?" ejek Wira.

Febi terpaksa membungkam mulutnya dan mengesot masuk ke kamar Gita. Tak lupa, ia mengunci pintu. Dengan cepat Febi mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jenna.

"Woi! Lo berdua di mana?! Gue cuma berdua sama Bang Wira di rumah!" jerit Febi masih mempertahankan volume suaranya.

"Kita beli bakso di depan! Lo tunggu aja, bentar lagi ini! Jadi gimana? Berhasil nggak? Dia bolehin kita pacaran atau apa gitu sedikit keringanan buat kita?" tanya Jenna.

"Jadi, lo meluk dia nggak tadi?" Gita ikut menimpali.

"Woi!! Mending lo berdua balik dulu! Aduh, udah nggak bisa napas kayaknya gue! Malu gue, sumpah! Gue mau pindah kosan aja deh!" ucap Febi langsung mengakhiri telepon tersebut.

"Hah?!" pekik Jenna.

"Kenapa, Jen?" tanya Gita.

"Febi mau pindah kosan!" tegas Jenna.

"Bang, Bang! Buruan, Bang!" Gita dan Jenna bergegas kembali ke indekos.

Dengan napas ngos-ngosan mereka membuka pintu dan duduk di sofa dengan setengah napas yang tersisa.

Wira melihat gelagat mereka berdua. "Habis dari mana?" tanyanya.

"Beli bakso! Febi mana?" tanya Gita.

"Tadi, kakinya Febi patah—"

"Hah?!" jerit Jenna dan Gita bersamaan memotong kalimat Wira.

"Mpep! Lo kenapa?!" teriak Jenna membuka pintu kamarnya dan tak mendapati Febi di sana.

"Dia di mana?" tanya Gita.

"Dia ...."

"Di klinik ya?! Kita ke sana sekarang, Git! Bawa aja baksonya!" ucap Jenna.

Kedua gadis itu kembali menyalakan motor dan pergi menuju klinik.

Wira menghela napas. "Dia di kamar Gita," ucap Wira melanjutkan kalimatnya.

Tiba-tiba Jenna dan Gita kembali dan bergegas membuka pintu kamar Gita.

"Mpep!" ucap Jenna yang langsung memeluk Febi.

"Tutup pintunya!" perintah Febi agar Wira tak bisa melihat apa yang terjadi.

"Kok kaki lo bisa patah?" tanya Gita.

Febi malah menepuk jidatnya lagi. "Gue cuma bilang gitu ke Bang Wira! Biar dia gendong gue ke rumah! Tapi, dia malah mau bawa gue ke klinik! Harusnya gue bisa pura-pura lemah gitu biar dia kesian sama gue!" ucap Febi.

"Terus? Rencana kita gimana?" tanya Gita lagi.

"Aduh, parah!" Febi menghela napas. "Dia malah mau nelepon emak sama abah gue! Gimana?!" umpat Febi.

"Emang dia punya nomornya?" tanya Jenna.

"Dia mau minta sama Bu Rika!" tegas Febi.

"Aduh, ini Komodo kenapa sih?! Bikin rusuh aja!" ucap Gita.

Febi menoleh pada bakso yang Jenna dan Gita bawa. "Punya gue mana?" tanya Febi.

1
JChennn
baru mulai udh bgs jdi pngn bca trsss
Nabila
makin menarik
Nabila
ceritanya menarik banyak tokohnya jadi gak bosan
Rina Juwita JuEr
aku baca ulang lagi ceritanya bagus Thor semangat 💪💪
Tara
kayaknya Wira suka Ama febi tapi malu utk ucapin tapi getahnya kena kesemua orang he3😱🤗🫢😅🤔🫣
Tara
ini siapa yg bucin sich..Gita or Sean🫣😱🤗🫢😅🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!