NovelToon NovelToon
Meraih Mimpi

Meraih Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: isha iyarz

" Tapi sekarang kamu jauh dari abang. Siapa yang melindungimu kalo dia kembali merundung? " Arya menghela napas berat. Hatinya diliputi kebimbangan.
" Kalo dia berani main tangan pasti Diza balas, bang! " desis Diza sambil memperhatikan ke satu titik.
" Apa yang dia katakan padamu? " Arya menyugar rambut. Begitu khawatir pada keselamatan adiknya di sana. Diza menghela napas panjang.
" Mengatakan Diza ngga punya orang tua! Dan hidup menumpang pada kakeknya! " ujarnya datar.
" Kamu baik-baik saja? " Arya semakin cemas.
" Itu fakta 'kan, bang? Jadi Diza tak bisa marah! " pungkasnya yang membuat Arya terdiam.
Perjuangan seorang kakak lelaki yang begitu melindungi sang adik dari kejamnya dunia. Bersama berusaha merubah garis hidup tanpa menerabas prinsip kehidupan yang mereka genggam.
Walau luka dan lelah menghalangi jiwa-jiwa bersemangat itu untuk tetap bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isha iyarz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Motor yang dikendarai Tatiana melintasi jalan aspal yang tidak rata. Mereka berbelok ke jalan setapak yang mengarah ke sebuah rumah dari kayu diujung jalan.

Tatiana memarkir roda duanya di depan pintu yang hanya dibatasi dua hasta papan yang jadi teras. Gadis dengan rok abu-abu sebatas lutut itu memberi salam. Ditangannya ada sekantong jeruk yang mereka beli tadi.

" Silakan masuk, nak! " seorang wanita paruh baya membuka pintu lebih lebar.

" Siapa, Ta? " Diza berbisik saat mereka melangkah masuk.

" Sst " Tatiana hanya mengisyaratkan agar dia diam. Gadis yang masih menggendong ransel itu tidak menghentikan langkah. Mereka melangkah dalam senyap menuju pintu kamar yang terbuka lebar.

Diza mengawasi seorang pria yang terbujur diatas ranjang. Rambutnya dua warna dan sedikit panjang. Matanya terpejam rapat. Tatiana mendekat. Berdiri di sebelah wanita dengan daster bunga itu tanpa bicara.

Dia hanya mengulurkan kantong jeruknya tanpa menoleh.

" Terima kasih, nak! Yan sedang tidur. Maaf jika tante tak mau membangunkannya. Dia jarang terlelap dua bulan terakhir. " lirih wanita itu sambil menyungging senyum tipis.

" Selalu terjaga? " Tatiana menatap pria itu dengan seksama.

" Ya " sahut wanita itu tetap lirih. " Dan dia selalu memanggilmu " mata yang mulai berkabut itu menatap Tatiana sendu. Berusaha mati-matian agar air matanya tidak luruh.

Tak ada yang dikatakan Tatiana. Dia hanya menghela napas panjang. Diza yang sedikit mulai menerka sesuatu tentang Tatiana dan pria itu perlahan mundur.

Dia berbalik keluar dari kamar. Menyediakan waktu untuk gadis itu bercakap lebih leluasa dengan wanita yang mengaku sebagai tantenya itu. Entah istri pria itu atau saudarinya Diza belum bisa menebak.

Dia memutuskan berjalan-jalan di sekitar rumah itu. Baru kali ini dia pergi cukup jauh dari rumahnya. Tanpa Arya. Diza tersenyum sambil meraih ponsel. Sejak pulang sekolah tadi dia menghubungi kakaknya itu. Namun ponselnya tidak aktif.

Akhirnya dia hanya mengirim pesan pulang terlambat. Diza melihat rumah-rumah yang berjarak disekitarnya. Pemukiman sederhana yang masyarakatnya memiliki lahan cukup besar dimasing-masing rumah yang berdiri. Suasana kampung yang sepi.

Jalan aspal tak rata masih cukup jauh di depannya. Diza hanya melintasi dua rumah sebelum gang kecil di sebelah kanan jalan. Saat dia berbalik hendak kembali tiba-tiba diujung gang dia dikejutkan dengan kedatangan seorang pria yang berlari kearahnya.

Wajah dan tubuhnya penuh luka. Namun langkahnya yang terseok masih berusaha keras agar bisa tetap membawa kakinya beranjak. Diza hendak mengejar ketika kembali dari arah belakang pria itu terdapat empat pria yang juga berlari. Diza tau, pria dengan rambut gondrong itu dikejar.

Dan dia memutuskan melangkah tenang menyongsong empat pria didepannya. " Hei, nona! Apa kau melihat seorang pria berlari disekitar sini? " seorang lelaki yang tangannya dipenuhi tato dan wajah sangar menatapnya garang.

Diza menggeleng. Dia tidak takut. Entah mengapa hatinya mendadak dingin. " Kamu serius? Jangan coba-coba melindunginya! Kamu bisa kami bunuh! " seorang pria lagi mendekatinya.

Diza tertawa. " Entahlah apa yang kalian cari! Tapi melihat tampang kalian ini pasti bukan orang baik-baik. Jika nanti bertemu polisi, aku bisa bersaksi bahwa bertemu kalian di tempat ini! " Diza tersenyum sinis.

Keempat pria itu saling melempar pandang. Mereka hendak merangsek saat Diza tiba-tiba berteriak kencang meminta tolong.

" Shit! " pria bertato itu terkejut. Dia lalu memberi aba-aba pada ketiga temannya kembali ke dalam gang. Setelah memastikan para pria itu benar-benar pergi Diza kembali menyusuri jalan dengan aspal tak rata itu.

Menoleh kesana kemari mencari jejak. Dia yakin lelaki yang terluka itu tidak kabur terlalu jauh. Mengingat kakinya yang pincang juga luka yang dideritanya. Dan Diza menemukan tubuh itu terduduk di balik sebuah pohon besar di tepi jalan. Posisinya terlindungi semak tinggi.

Menyibak ilalang disekitarnya Diza mendekat. Lelaki itu menoleh siaga. Dia sudah hendak mengambil ancang-ancang kembali lari begitu menyadari kehadiran gadis dengan jilbab panjang yang menatapnya tak berkedip.

Mereka saling tatap. Dan tubuh itu luruh begitu saja kembali ke tanah. Diza buru-buru mendekatinya. Memeriksa luka ditangan dan tubuh pria itu. Walau sempat adanya penolakan dari sang pria namun Diza gigih mengikuti nalurinya. Memaksa tubuh itu berbaring, dan Diza mengeluarkan botol minumannya cepat.

*****

Suara teriakan di ujung jalan terdengar. Diza melambaikan tangan saat Tatiana menyongsongnya dengan motor.

" Astaga! Kamu dari mana, nak? " wanita di rumah tadi buru-buru mendekatinya begitu turun dari motor.

Diza tersenyum. " Cuma jalan-jalan aja, tan! Udah selesai urusanmu? " Diza menoleh Tatiana yang tampangnya cukup kaku. Gadis itu hanya mengangguk. Dia mengulurkan helm.

" Kami pulang dulu, tan! Maaf, tante jadi pulang jalan kaki ke rumah " Diza menoleh saat duduk diboncengan.

" Ngga papa. Kalian hati-hati di jalan! " wanita itu melambaikan tangan.

Perjalanan kembali terasa lebih cepat. Tatiana memutuskan mampir ke taman kota yang mulai di datangi warga sekitar. Suasana sore tidak panas lagi. Walau cahaya matahari masih bersinar cerah, namun angin yang berhembus membuat cuaca bersahabat.

" Kamu ngga ingin nanya siapa laki-laki tadi, Diz? " Tatiana menoleh sekilas Diza yang baru meletakkan bokong ke kursi taman. Dia mengulurkan segelas es kopyor berwarna biru lembut yang nampak menggoda.

" Dia bapakmu? " Diza tersenyum. " Aku ngga akan maksa kamu cerita kalo kamu ngga mau " Diza menyesap esnya lama. Sangat menikmati kesegaran air yang membasahi kerongkongannya.

" Kamu bisa menebaknya? " Tatiana menyungging senyum tipis. Dia mengerjap. " Laki-laki itu sekarat. Dimasa tidak berdayanya tiba-tiba ingat aku yang telah dia buang. Menurutmu aku harus memaafkannya? " Tatiana menatap kerindangan akasia yang berbaris di sepanjang taman.

Diza tertawa. " Jangan tanya padaku, Ta! Kamu tau aku bakal bilang jangan! " Mereka saling berpandangan.

" Aku tau dan bisa merasakan lukamu. Luka karena penolakan orang-orang yang seharusnya menyayangi kita! Tapi jika kamu tanya Mentari, dia pasti bilang maafkan saja! " Diza meremas lembut tangan sahabatnya itu.

" Jangan memaksakan diri melakukan sesuatu yang tidak ingin kamu lakukan! Pelan-pelan saja menerima. Itu kata-kata bang Arya! " Diza melukis pasir di bawah kursi taman dengan ujung sepatu.

" Dua minggu lalu kak Melati pulang praktek. " Tatiana menghela napas panjang. " Aku tidak peduli saat matanya sesekali melirikku di meja makan. Kupikir dia hanya malu karena aku terus membahas bang Arya di depan ayah dan ibu.

" Besok malam, ayah memanggilku. Beliau menceritakan bahwa kak Melati praktek di puskesmas pinggiran kota. Seorang pasien rawat jalannya adalah pria dimasa laluku. " Tatiana menatap dengan senyum getir.

" Wanita itu mengenali kak Melati sebagai anak ayah. Dia menitip pesan agar berkenan mengizinkanku menemui suaminya. Lelaki itu ingin bertemu! " Tatiana menunduk.

" Dan tadi bukan pertemuan pertama 'kan? " Diza menatapnya sambil tersenyum. Tatiana mengangguk.

" Empat hari lalu ayah mengantarku kesana. Tadinya aku enggan datang. Tapi ayah terus membujukku bahwa laki-laki itu sudah tak berdaya. Dan_kami tidak bertemu karena dia sedang menjalani pengobatan tradisional di rumah anaknya yang lain. Hanya ada istrinya di rumah itu " Tatiana kehilangan keceriaannya.

Diza menatap prihatin. Dia sendiri sedang memikirkan sesuatu. Menyimpan debar itu dan bimbang harus disampaikan atau tidak dengan Arya di rumah.

1
Dhedhe
deg²an bacanya ..ikut berimajinasi 🤭🤭
Iza Kalola
wow woww... sport jantung..🫠
Iza Kalola
penuh misteri 🫠
Aisha Lon'yearz
thanks dukungannya, kaka
Iza Kalola
cukup menegangkan dan aku suka cerita yang seperti ini... semangat thor, masih nungguin kelanjutan ceritanya./Determined/
Iza Kalola
keren, semoga makin banyak yg baca karya ini. semangat selalu author/Determined/
Aisha Lon'yearz
makasihhh 😊
Jasmin
lanjut Thor
Jasmin
aku suka, aku suka... gaya bahasa yg enak dan gak bisa di lewatkan per kata 🥰
Jasmin
mantap Thor
Jasmin
Arya 💥
Jasmin
keren Thor ..
Jasmin
keren
Fannya
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Daina :)
Ditunggu cerita baru selanjutnya ya, thor ❤️
Kieran
Membuat mata berkaca-kaca. 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!