NovelToon NovelToon
Aku Dan Takdirku

Aku Dan Takdirku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yanti sihite

Miraya, nama yang begitu sangat indah pertama kali Miraya mendengar nama tersebut sejak ia kecil. Sebab nama tersebut, diberikan oleh nyonya Shabrina, seorang ibu yang begitu sangat mulia yang sering disebut si ibu panti asuhan tempat para anak-anak dibesarkan.

Namun seiring berjalannya waktu, nama itu tidak seindah yang selama ini Miraya bayangkan lagi, ia malah jatuh diambang maut hingga akhir dari perjalanan hidupnya.

"Tuhan, jika kamu izinkan aku hidup. Maka panjangkan umur ku. Tapi jika hidup ku sampai disini, tolong biarkan aku bahagia meskipun itu hanya sementara".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yanti sihite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

"Alex tunggu!" dengan senyum manja Tiara menyentuh dada bidang Alex. "Sebenarnya, mereka tidak tau kalau aku sudah tiba di Indonesia Lex" Alex kemudian mengernyitkan dahi dan itu membuat Tiara langsung membisikkan sesuatu di telinganya. "Bagaimana kalau malam ini kita menghabiskan waktu di dalam hotel Alex?".

Namun Alex bukannya menjawab pertanyaan Tiara, pria itu malah menatap Tiara dengan wajah datar hingga membuat Tiara kembali menunjukkan rayuan maut yang selama ini ia gunakan.

"Ayolah Lex, aku benar-benar sangat merindukan mu. Bukankah juga kita sebentar lagi akan menikah?".

"Kamu mau diantar pulang atau gimana? Aku tidak punya waktu berlama-lama disini".

"CK, kamu sangat menyebalkan sekali Alex. Kalau gitu kamu pergi saja. Aku akan tidur di hotel malam ini".

"Ya sudah" tampa berniat mengikuti permintaan Tiara, Alex segera pergi meninggalkannya dan wanita itu langsung terlihat kesal sambil marah dalam hati karena sudah disia-siakan seperti itu oleh dia.

"Kurang ajar! Bagaimana bisa dia memperlakukan aku seperti ini? Lihat saja nanti Alex, begitu kita berdua sudah menikah, aku akan membuat kamu tergila-gila kepada ku. Tunggu pembalasanku".

Tidak lama setelah itu, Tiara menghentikan salah satu taksi menuju hotel tempat biasa ia menginap hingga ia tiba disana. Kemudian ia memesan satu kamar dan tak lupa ia meminta kamar kelas VVIP.

"Permisi!".

Tiara langsung melihatnya, "Siapa?" setelah itu ia kembali fokus dengan ponselnya.

"Bole...

"Kamu mengenal saya?" nada ketus itu membuat wanita paruh baya tersebut melonjak kaget. "Kenapa? Jangan melihat saya seperti itu".

"Tidak apa-apa, saya hanya ingin meminta tolong..

"Minta tolong apa?" lagi-lagi Tiara mengeluarkan nada ketus sampai membuat wanita itu pergi meninggalkannya. "Hhmmm.. Dasar wanita tua. Ada-ada saja menganggu orang yang sedang..." ia lalu melihat wanita tua tersebut berjalan dengan seorang pria kecil sambil bergandengan tangan. "Aneh, hotel sebesar ini dan semewah ini. Apa iya memperbolehkan pengemis seperti mereka masuk kemari?".

"Nona permisi!" salah satu si pegawai hotel menghentikan Tiara. "Ini nona, kamarnya sudah tersedia".

"Mmmm" Tiara menerimanya dan langsung memasuki lift menuju kamar hotel yang sudah ia pesan.

.

"Mira! Mira! Kamu dimana Mira?".

"Disini, ada apa Aliya?".

"Itu ibu Shabrina sudah pulang dari rumah sakit".

"Benarkah? Syukurlah ibu itu sudah pulang" keduanya lalu menghampiri mereka yang sudah berkumpul disana. Kemudian Shabrina melihat Miraya, "Bagaimana keadaan ibu?".

"Ibu sudah mendingan".

"Baguslah Bu".

Kemudian Diana membawa Miraya ke taman belakang, dan keduanya tampak sedang menikmati angin malam yang sudah semakin dingin.

"Ada apa Diana? Kenapa kamu membawa ku kemari".

"Tidak ada apa-apa Mira" jawabannya sambil meletakkan beberapa cemilan di samping mereka. "Ayo dimakan".

"Ini sudah malam Diana, aku tidak mau berat badan ku semakin bertambah".

"Hey, ayolah. Kamu tidak akan gemuk hanya dengan memakan cemilan ringan ini. Ada-ada saja kamu Mira".

"Kamu makan saja, aku sangat kenyang sekali".

"CK, kamu sangat tidak asik Mira" Diana kemudian menatap keatas langit yang begitu sangat indah dipenuhi oleh bintang-bintang. "Oh iya Mira, pernah tidak terpikirkan oleh mu siapa orang tua kamu dan dimana mereka sekarang ini dan apa yang sedang mereka lakukan dan juga... Kenapa mereka tega membuang mu ke panti asuhan ini?".

Miraya tersenyum.

"Kenapa?".

"Mmmmm" angguk Miraya. "Pertanyaan itu selalu muncul di otak ku Diana, bahkan setiap hari dan juga setiap saat. Aku selalu bertanya-tanya, kesalahan yang seperti apa sudah aku lakukan sampai mereka tega meninggalkan aku disini? Tidakkah mereka mencintai ku? Tidakkah mereka ingin melihat ku tumbuh dewasa dan juga tidakkah mereka penasaran melihat ku seperti apa sekarang ini?".

"Aku sangat iri melihat mereka yang hidup bersama dengan anggota keluarga yang sempurna".

"Mmmmm, tapi mau bagaimana lagi Diana? Mungkin mereka punya alasan menitip kita di panti asuhan ini. Jadi kita harus bersyukur" Miraya mencoba memberikan penghiburan kepada Diana yang sudah menitiskan air mata. "Lagian untuk apa lagi kita bersedih seperti ini Diana? Yang penting sekarang ini kita sehat selalu sampai usia tua nanti".

"Aku hanya merasa sedih saja Mira, bagaimana bisa aku tau kapan tanggal lahir aku dan bulan berapa? Aku ingin seperti teman-teman ku yang lain bisa merayakan ulang tahun dihari spesial mereka".

"Aku juga pernah berpikir seperti itu, tapi sekarang aku sudah bisa menerima kenyataan itu" Miraya menarik nafas panjang, lalu mengusap punggung Diana dengan lembut. "Sudah, jangan sedih lagi atau kamu mau dirayakan ulang tahun yang seperti apa?".

Diana langsung menatap Miraya, "Mir, aku mau berhenti kuliah".

"Apa? Kenapa Di? Kenapa kamu tiba-tiba ingin berhenti kuliah?".

"Mmmm, aku ingin menghentikan beban hidup ibu Shabrina. Aku mau keluar dari panti asuhan ini dan mencari pekerjaan".

"Tapi Diana, kenapa kamu sangat tiba-tiba sekali berpikir seperti ini. Apa terjadi sesuatu?".

Diana menggeleng kepala, "Sebenernya sudah jauh hari sebelumnya aku memikirkan ini semua. Aku sudah tidak mau menjadi beban orang lain, aku ingin hidup mandiri".

"Kamu serius Diana? Kamu tidak sedang bercanda kan?".

"Tidak Mira, aku tidak sedang bercanda. Aku sudah memikirkan ini dengan matang-matang. Lalu bagaimana dengan mu?".

Sejenak Miraya terdiam, "Sebenarnya kamu benar juga Diana. Tapi, tapi coba kamu pikirkan lagi, kamu mau kerja apa begitu kamu keluar dari panti asuhan ini. Kamu tidak punya bekal, bahkan kamu tidak tau betapa kejamnya dunia luar dan juga kita tidak punya siapa-siapa selain ibu Shabrina".

"Mmmm, tapi aku sudah bulat dengan keputusan ku sendiri Mira. Minggu depan aku akan keluar dari sini".

"Lalu bagaimana dengan ibu Shabrina? Bisakah kamu... Bagaimana kalau ibu Shabrina sedih dan juga tidak akan ikhlas melepaskan kamu, apalagi kamu belum lulus kuliah Diana".

"Terus maksud kamu, mau sampai kapan ibu Shabrina menanggung beban hidup aku dan kita semua jika yang kamu maksud seperti itu Mira? Kamu pikir uang kuliah kita main-main? Harusnya kamu juga berpikir seperti aku Mira, harusnya kamu mendukung keputusan aku. Coba kamu lihat sendiri, ada berapa banyak kita menumpang hidup di pantai asuhan ini. Kita bukan puluhan lagi Mira, kita bahkan ratusan. Kamu pikir biaya dari mana ibu Shabrina dapat untuk memenuhi kebutuhan kita? Bantuan? Kamu tau sendirikan seperti apa? Bahkan ibu Shabrina jatuh sakit hanya karna memikirkan kita".

"Kamu benar Diana, tapi ibu Shabrina akan sedih".

"Aku yakin ibu Shabrina tidak akan sedih Mira. Malahan ibu Shabrina akan sedikit legah setelah tau tanggungan beliau akan berkurang. Percaya kepada ku".

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!