NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 - Air mata kesakitan

Hari ketiga kepergian Jerry.

Jingga pulang dari kampus pukul 2 siang, tidak ada waktu untuknya istirahat. Dia langsung membersihkan rumah serta mencuci pakaian kotor.

Kemarin dia sudah menanyakan apa saja makanan yang disukai dan tidak di sukai trio J kepada ayahnya lewat pesan.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore, makanan sudah tersaji di atas meja makan.

Ketiga saudaranya masih berada di dalam kamar masing-masing, jadi dia segera menuju kamarnya dengan membawa sepiring nasi beserta lauk pauk serta sebotol air mineral.

Dia memutuskan makan malam di dalam kamar.

...****************...

TOK! TOK! TOK

TOK! TOK! TOK!

TOK! TOK! TOK!

Jingga yang baru saja pergi ke alam mimpi kembali membuka kedua matanya. Pintu kamarnya di ketok dengan keras dari luar.

Itu pasti salah satu saudaranya, kepalanya yang sedikit pening menoleh ke arah jam digital di atas nakas. Pukul 21.34 PM.

DUG! DUG! DUG!

DUG! DUG! DUG

Ketukan berubah menjadi gedoran, "HOI ANAK HARAM! LO MATI APA GIMANA!"

Jingga turun dari atas kasur dan membenarkan kaos yang ia kenakan. Kakinya melangkah dengan cepat menuju pintu.

"Oh! Masih hidup ternyata!" cibir Jio saat Jingga sudah membuka pintu kamarnya.

Jingga hanya menatap adik tirinya tanpa berniat bertanya maksud dari pemuda itu yang mengganggu tidur nyenyaknya.

"Bikinin kita kopi sama siapin camilan. Kita bertiga mau begadang," kata Jio.

Tanpa banyak kata Jingga melangkah maju dan menyenggol pundak adiknya cukup keras. Dengan menahan rasa kantuknya ia menuju dapur untuk memenuhi perintah tersebut.

Jingga terlalu ceroboh membiarkan pintu kamarnya terbuka. Sepele, tapi bisa mendatangkan masalah lain untuknya.

Kopi dan camilan sudah Jingga bawa menuju ruang keluarga di mana Jason dan Jean berada, entah di mana si bungsu Jio berada.

"Tunggu!"

Seruan Jean menghentikan langkah Jingga yang akan kembali ke kamar. Pemuda itu mengendus kopi buatan Jingga yang masih mengepulkan asap panas.

"Ganti! Aku gak suka manis," ucapnya lalu menaruh cangkir kopi dengan kasar di atas meja.

Jingga menatap Jean dengan mata sayunya yang menahan kantuk, "Bagaimana kamu tau kopi itu manis atau tidak jika kamu belum mencobanya!" balasnya dengan geram.

"Aku bilang ganti ya ganti!"

Jason yang duduk di samping Jean hanya diam. Dia membiarkan adik-adiknya berbuat semaunya, selagi dalam batas wajar. Menurutnya.

Jingga mengambil cangkir kopi itu dan membawanya menuju dapur. Setelah beberapa saat ia kembali ke ruang keluarga dengan cangkir kopi yang baru.

"Aku ingin minum soda saja," kata Jio yang sudah ikut berkumpul di sana.

Rasa kantuk Jingga hilang seketika, helaan napas panjang keluar dari bibir mungilnya. "Apa kalian berniat mempermainkanku?!"

"Di perintah bukannya nurut, malah jawab terus!" hardik Jean. "Posisimu sekarang adalah sebagai pengganti pelayan, sudah tugasmu untuk memenuhi perintah Tuanmu," lanjutnya.

"Apa sehina itu aku di mata kalian?!"

Jingga memandang trio J secara bergantian. "Ayah yang membawaku tinggal di sini, jika kalian tidak menyukaiku, kalian bisa berbicara kepada Ayah agar mengirimku kembali ke panti," ujarnya dengan nada frustasi.

"Kenapa harus kami? Kenapa bukan dirimu sendiri yang keluar dari rumah ini dan pergi jauh, mumpung Ayah tidak ada," balas Jio.

"Aku tau kau tidak akan mau pergi begitu saja. Di sini kau bisa hidup enak seperti parasit. Kau menyuruh kami berbicara kepada Ayah karena kau sudah tau jika Ayah akan menolaknya, benar kan?"

Tidak! Tidak seperti itu.

"Kenapa kau tidak jadi jalang saja seperti ibumu? Kau akan mendapatkan banyak uang tanpa harus mengusik kehidupan keluarga kami."

"Ibumu pasti meninggalkanmu di panti karena dia pergi mencari pria lain. Dia pasti mencari pria kaya dan menjeratnya seperti yang ia lakukan kepada Ayah. Bermain, hamil, memiliki anak, lalu anaknya di bawa ke panti lagi."

Jean terus menerus mengeluarkan kata-kata menyakitkan. Hati pemuda itu sudah dibutakan oleh rasa benci.

Mata Jingga berkaca-kaca, ia merasa marah karena Ibunya yang sudah tenang di alam lain terus menerus di hina.

Pyar!!

Cangkir kopi yang sedari tadi masih berada di tangannya ia jatuhkan ke lantai. Pecahan cangkir berserakan, cipratan kopi panas mengenai kakinya. Ia tidak merasakan apapun, rasa sakit akibat hinaan kepada ibunya lebih besar.

Jingga berjalan maju dan menampar wajah Jean yang menatapnya remeh dengan kuat.

Plak!

Jason serta Jio melebarkan kedua matanya, tidak menyangka gadis itu akan berani menampar Jean. Sudut bibir Jean mengeluarkan darah, napasnya tidak beraturan karena amarah yang menyelimuti.

"Selama ini aku sabar karena aku masih menghormati kalian sebagai saudara. Tetapi kali ini kau sudah kelewat batas!" ucap Jingga dengan datar.

"Kenapa kau masih mengusik Ibuku?! Ibuku bukan jalang! IBUKU BUKAN JALANG!!" teriaknya lepas kendali.

"Kalian bisa membenciku sepuas kalian, tapi jangan pernah bawa Ibuku yang bahkan tidak pernah kalian lihat wujudnya."

Jingga menghapus air matanya dan berbalik untuk menuju kamarnya. Baru 2 langkah, Jean sudah mencekal lengannya terlebih dahulu.

Dia langsung mendorong Jingga hingga jatuh dengan keras di atas pecahan cangkir. Telapak tangan serta betis gadis itu mengenai pecahan cangkir dan mengeluarkan banyak darah.

Tangan kekarnya mencekik Jingga hingga wajah gadis itu memerah. "Dengarkan dengan baik apa yang akan aku ucapkan," ujarnya dengan mata menajam.

"Orang rendahan sepertimu harus di beri pelajaran agar mengerti di mana tempatmu sebenarnya. Kau pikir dirimu merasa menang karena menamparku? Tentu saja tidak!"

"Dengan kau yang memberontak seperti ini, aku berjanji tidak akan membiarkanmu pergi dari rumah ini dan akan mengawasimu. Aku akan membuatmu merasakan hidup seperti di neraka!"

Jingga masih berusaha menghirup udara dan melepaskan tangan Jean. "Lepas Je! Kau bisa membunuhnya!" teriak Jason.

Anak sulung Januarta itu berdiri dan melepaskan tangan Jean yang berada di leher Jingga. "Ayah bisa membunuhmu jika mengetahuinya!" ucapnya kepada sang adik.

Jean menegakkan tubuhnya, tatapan matanya masih mengarah kepada Jingga yang terbatuk-batuk karena ulahnya.

Pemuda berusia 22 tahun itu meraih cangkir kopi milik Jason dan menyiramkannya ke atas kepala Jingga. Byur!

Setelah melakukan itu, ia membanting cangkir tersebut tepat di depan Jingga. "Bereskan semuanya sampai bersih. Aku tidak akan memberimu ampun jika masih ada noda dan serpihan cangkir yang tertinggal," ucapnya dingin.

Jason menghela napasnya lelah, ia tau adiknya ini memiliki temperamental yang buruk dan sangat sulit untuk di atasi jika sudah di usik ketenangannya.

Sedangkan Jio masih duduk dengan perasaan campur aduk. Ini adalah pertama kalinya ia melihat sang Kakak marah besar seperti ini.

Jean pergi dari ruang tamu dan di ikuti oleh kakak beserta adiknya. Meninggalkan Jingga dengan keadaan yang begitu buruk.

Hatinya luluh lantah, matanya mengucurkan air mata kesakitan. Rasa sakit di hati maupun di tubuhnya.

"Ibu..." lirihnya di sela tangisnya. Tidak ada tempatnya untuk mengadu, lagi-lagi ia beharap sang Ibu mendengarkan rasa sakitnya dari atas sana. Bahkan jika perlu langsung menjemputnya sekarang juga.

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!