Pengkhianatan yang di lakukan Mike, membawa Aleena bertemu dengan seorang pria tampan yang tidak di kenalnya sama sekali di sebuah club mewah yang berada di pusat kota London.
Minuman alkohol yang di teguk Aleena malam itu benar-benar mempengaruhi dirinya. Gadis polos itu seketika menjadi liar bahkan dengan berani merayu pria yang saat itu berada di dekatnya.
Pria tampan pemilik rahang tegas itu terlihat semakin gelisah, ketika merasakan aliran panas tubuhnya tidak wajar. Terlebih gadis muda pemilik wajah cantik dengan rambut warna karamel bergelombang indah itu merayunya dengan gerakan begitu seksi.
Dalam keadaan setengah sadar Aleena menyerahkan tubuhnya pada pria asing yang tidak di kenalnya sama sekali.
Keduanya menghabiskan malam panas dengan liar layaknya pasangan yang sedang di mabuk cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAK PERCAYA
Sean keluar lift di lantai tempat ruang kerjanya berada. Tepatnya lantai lima puluh gedung Harley company.
Ia berjalan sambil berbincang serius dengan salah satu direksi di perusahaan nya. Di belakang keduanya terlihat Ryan menyusul.
"Aku ingin akhir bulan ini semua proyek di Manchester selesai. Bulan depan masuk poin pemeliharaan saja", ucap Sean pada salah satu pimpinan di perusahaan nya.
"Baik tuan Sean. Saya pastikan dua bulan lagi hotel anda bisa launching sesuai rencana awal. Saya sudah pastikan pada manajer lapangan. Ada beberapa kendala di sana namun sejauh ini bisa di atasi".
"Good. Itu yang ingin aku dengar".
"Well, kalian berdua lanjutkan pekerjaan. Aku akan keruangan ku. Jika kalian membutuhkan tandatangan ku segera temui aku, sebelum aku pulang", perintah Sean pada Ryan dan salah satu direksi di perusahaan nya bernama Jacob.
"Baik tuan Sean", jawab keduanya.
Sean melangkah menuju ruang kerjanya. Ketika Linda sekertaris nya memberi tahu di dalam ada Evans menunggu nya sedari tadi.
Kening Sean berkerut mendengar nama Evans yang menunggunya sejak ia meeting. "Mau apalagi bastard satu itu. Mengganggu ku saja", batinnya.
"Bawakan teh hangat dan cemilan keruangan ku", perintah Sean pada sekertaris nya.
"Baik tuan", jawab Linda.
Sean membuka pintu berwarna gelap di hadapannya. Terlihat Evans sedang rebahan di sofa ruang kerjanya.
Sean menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya itu.
"Ternyata kau ini benar-benar pengangguran ya. Apa perusahaan mu sudah bangkrut dan kau tidak memiliki ruang kerja lagi, sehingga harus wara-wiri di perusahaan ku di waktu sibuk begini", ketus Sean pada Evans yang tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya merebahkan diri.
"Sekarang apa lagi mau mu? Aku sibuk, banyak pekerjaan ku yang tertunda–"
Spontan Evans melonjak bangun dan duduk dihadapan Sean. "Karena kau memikirkan gadis itu. Akui saja ia mempengaruhi mu. Gotcha!", potong Evans tertawa.
Sean menatap tajam temannya, ketika Linda datang bersama seorang office girl membawa minuman dan cemilan. Gadis itu menata minuman di atas meja sofa tempat dimana Sean dan Evans duduk.
"Hai Linda. Long time no see you. Kau semakin cantik dan seksi", ucap Evans menggoda sekertaris Sean tanpa tedeng aling-aling meskipun di sana ada Sean dan seorang office girl.
Linda hanya bisa tersenyum menyikapi godaan teman baik bos-nya itu seraya menganggukkan kepala, tanda menghormati Evans.
"Maaf tuan Sean apa masih ada yang anda butuhkan?", ucapnya sopan.
"Tidak. Kau lanjutkan saja pekerjaan mu", jawab Sean sambil menyesap teh hangat yang di suguhkan sekertaris nya itu.
"Aku betah berlama-lama di perusahaan mu Sean. Karyawan mu cantik semua", seloroh Evans terkekeh.
"Selagi dalam lingkungan perusahaan ku jangan macam-macam dengan orang-orang ku, Evans. Aku ingatkan kau", tegas Sean seperti biasa mengingatkan teman-temannya yang suka iseng.
"Ya yah...aku ikuti aturan mu. Bagaimana kalau kau sendiri. Apa kau tidak memperlakukan aturan itu untuk diri mu sendiri, dude?"
"Tentu saja aku ikuti. Aku yang membuatnya tentu saja di mulai dari diriku", tegas Sean.
Evans menikmati sepotong puding buah. "Aku melihat gadis itu, Sean. Aku sudah memastikan. Dia gadis yang sama yang kau tiduri malam itu".
"Namanya Aleena. Ia anak buah mu yang bergabung di divisi marketing..
"Stop. Aku tidak mau mendengar bualan mu itu, Evans. Kau bercanda tidak pada tempatnya".
"Aku serius kali ini teman. Namanya Aleena. Dia karyawan mu, Sean".
"Apa maksud mu, kau jangan main-main–
"Demi Tuhan. Aku tidak membohongi mu. Aku serius", tegas Evans bersungguh sungguh".
Kali ini Sean terdiam. Memang benar Evans berkata jujur. Dia bisa melihat kesungguhan itu di mata nya.
...***...
To be continue