Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POV Author
Brug..
Tubuh Asiyah di dorong keras oleh Tom, dia tersungkur di lantai. Aisyah meringis menahan nyeri.
Srekk..
Tom menarik hijab yang menutupi wajah Asiyah, seketika Asiyah menunduk menyembunyikan wajahnya.
"Ma-maafkan sa-ya!" lirih Asiyah menunduk. Tom makin geram karena Asiyah tidak mau menatap ke arahnya, dia selalu menunduk. Padahal Tom sengaja menarik hijab Asiyah dia ingin melihat wajah Asiyah.
"Maaf katamu!" sulut Tom membungkuk di depan muka Asiyah. Asiyah terlihat gemetar. Dia hanya mengangguk, tidak berani menatap Tom karena dia wajahnya yang tidak tertutup.
"Auw.. Sa-kit tuan" pekik Asiyah seraya memegang erat hijabnya ketika Tom menariknya.
"Kau. Adalah wanita munafik!" hardik Tom. Dia begitu benci pada Asiyah entah kenapa.
"Tatap aku!" tekan Tom. Asiyah menggeleng.
"Oh, kau mau ku hukum?" berang Tom. Asiyah hanya bisa menangis pasrah. Tom yang melihat Asiyah menangis hati Tom bergetar dia memilih beranjak meninggalkan Asiyah. Beberapa saat Asiyah merasa lega karena Tom pergi. Asiyah menarik nafas dalam, dia kembali merapikan kerudungnya dan menutup kembali wajahnya.
Bug.
Asiyah tersentak saat Tom kembali dan melemparkan sesuatu tepat di wajah Asiyah.
"Astagfirullah hal Adzim" Asiyah memegang sesuatu yang di lempar oleh Tom.
"Pakai baju itu, itu adalah hukuman untukmu!" titah nya. Asiyah melihat ternyata itu adalah sebuah baju seperti seragam para ART. Dress pendek selutut bermotif kotak hitam putih. Asiyah menggeleng.
"Tidak tuan, lebih baik anda menghukum ku dengan cara lain" ungkap Asiyah memberanikan diri. Tom tercengang, berani-beraninya dia menolak.
"Kau pikir siapa? berani menolak perintah ku" geram Tom.
"Bunuh saja aku tuan!" lirih Asiyah dalam.
"Kau.." Tom begitu geram, bagaimana tidak dia tadi sudah berusaha agar tidak tersulut emosi dengan hanya menyuruh memakai seragam ART, tapi lagi-lagi Asiyah kembali mematik emosinya.
"Aku tak Sudi mengotori tangan ku dengan membunuhmu"
"Bukankah Anda sudah terkenal pembunuh?"
"DIAM!!"
Asiyah tersentak, sebisanya dia hanya memejamkan mata.
"Kau ikut aku!!" Tom menyeret Asiyah dengan paksa. Asiyah hanya meringis menahan sakit di pergelangan tangannya yang di cekal oleh Tom.
BRAKK...
Tom menutup pintu kamarnya dengan keras.
Bug..
"Auw.." pekik Asiyah di lempar Tom ke dalam kamar mandi.
"Tu-an" lirih Asiyah takut melihat sorot mata Tom dan seringainya.
"Kau mau aku membunuhmu? Hahaha.. itu terlalu muda nona" Tom semakin mendekat pada Asiyah. Asiyah mencoba mundur, meski badannya terasa remuk.
"Kau tahu, aku sudah berbaik hati menyuruhmu berganti baju. Tapi kau malah menyulut amarah ku. Mungkin inilah yang kau inginkan nona" tatapan licik Tom. Entah kerasukan setan apa Tom menjambak kerudung Asiyah dengan keras sampai terlepas.
"Tuan, jangan!!!".
***
PRANK..
"Umi, kenapa?" tanya Safa menghampiri Rabiah yang ada di dapur. Rabiah sekarang tinggal di rumah Faiz bersama suaminya. Karena rumah tuan Samer sudah di jual sedangkan tuan Samer dan keluarganya pergi
dari negara ini.
"Umi gak tahu nak, mungkin tangan umi licin" jawab Rabiah menenangkan Safa.
"Umi istirahat saja, biar Safa yang beresin" seru Safa.
"Baik nak, terima kasih" Rabiah memilih kembali ke kamarnya. Jujur saja perasaan Rabiah tidak enak, dia memikirkan keadaan Asiyah.
flash back
Rabiah sedang membersihkan taman di depan rumah tuan Samer. Samar-samar dia mendengar seseorang memanggilnya. Rabiah menengok ke sumber arah, ternyata ada suaminya dan anaknya menghampirinya.
"Umi,," lirih Faiz. Rabiah menelisik keadaan Faiz yang sangat memperihatinkan.
"Faiz, Alhamdulillah" Rabiah memeluk Faiz. Sedangkan suaminya menyela mereka berdua mengajak mereka masuk ke paviliun dulu.
"Sebaiknya kita masuk saja dulu!"
"Baik" Rabiah menurut lalu mengajak masuk Faiz.
Di dalam rumah Rabiah mengambilkan air minum untuk Faiz dan mengobati luka lebam yang ada di muka Faiz.
"Minumlah!" seru Rabiah. Faiz mengangguk lalu mengambil air minum dan meminumnya.
"Syukurlah tuan itu bersedia membebaskan mu nak" kata Rabiah.
"Nona Asiyah yang membebaskan kami" lirih Faiz.
"Maksudmu?"
"Nona Asiyah sekarang yang menggantikan kami umi" terang Faiz. Rabiah menggeleng, bukannya tadi Asiyah berpamitan dengannya kembali ke Mesir.
"Asiyah tadi pagi berpamitan pada umi untuk pergi, bukanya dia kembali ke Mesir?" lirih Rabiah menatap penuh tanya pada Faiz. Faiz menggeleng lemah.
"Dia pergi menemui tuan Tom dan membebaskan kami bertiga umi" jelas lesu Faiz.
"Maksudmu Asiyah-"
"Benar umi, dia sekarang yang di sekap oleh tuan Tom" cicit Faiz. Seketika kaki Rabiah bergetar. Bersamaan itu baba datang menghampiri mereka.
"Kenapa dia melakukan nya? dia tidak salah?" tanya Rabiah menatap baba.
"Aku juga tidak tahu" baba menghela nafas dalam.
"Kita di suruh tuan Samer membereskan barang-barang kita sekarang juga" lanjut baba. Rabiah menatap penuh tanya.
"Rumah ini sudah di jual, mereka akan pergi dari negara ini" terang baba.
"Mereka begitu kejam" cicit Rabiah. Dan selesai berkemas mereka meninggalkan paviliun itu lalu tinggal di rumah Faiz.
***
"Asi, bagaimana keadaan mu? ammah akan selalu berdoa semoga Allah melindungi mu" lirih Rabiah memegang foto Asiyah yang dia bawah. Rabiah membawa turut serta barang milik Asiyah yang ada di paviliun.
Safa sedang membersikan pecahan piring yang tadi jatuh, bertepatan itu Faiz datang bersama dengan anak kecil berumur 3 tahun.
"Anne,," anak itu menghampiri Safa.
"Sayang, kamu jangan mendekat kesini, biar ane bersihin pecahan kaca nya dulu ya!" tutur lembut Safa.
"Baik anne" anak itu terdiam bersama dengan Faiz.
"Kenapa?" tanya Faiz.
"Ini tadi umi yang menjatuhkan, mungkin tangannya licin" terang Safa seraya menyapu.
"Sekarang umi dimana?"
"Aku suruh istirahat" jawab Safa. Sedangkan Faiz berjongkok di depan anaknya dia menyuru anaknya untuk menghampiri ibunya yang mungkin lagi sedih.
"Wardah, kamu temui jiddah dulu ya dikamar!"
"Baik baba" anak kecil itu langsung masuk ke dalam kamar Rabiah. Faiz menghela nafas berat, lalu dia berderap membantu Safa membersikan sisa-sisa pecahan piring yang terjatuh.
"Apa ada informasi mengenai nona?" tanya Safa pada Faiz saat mereka duduk di meja makan. Faiz menggeleng.
"Kita doakan saja semoga nona di lindungi Allah!" ucap Faiz menatap Safa.
"Amin, Dia orang baik, semoga Allah akan melindunginya" doa tulus Safa.
***
"Hiks.. Hiks.." tangisan yang begitu menyayat, mahkota yang selama ini dia tutup rapat-rapat kini tergerai tak beraturan menutupi wajah ayu milik Asiyah. Kerudung yang di pakai kini tak lagi tersemat di atas kepala melainkan terombang ambing di dalam bathtub. Satu jam sudah Asiyah terduduk pilu di bawah shower, tubuhnya begitu terasa sakit, atas perlakuan Tom padanya. Asiyah bersyukur karena Tom hanya menyiksanya dengan melepas paksa kerudung yang dia pakai, Asiyah sempat mempertahankan kerudungnya tapi Tom semakin menjadi karena Asiyah terus memberontak, Tom begitu geram sehingga dia merobek kerudung Asiyah dan melemparnya ke bathtub. Jujur saja melihat Asiyah meringkuk menyembunyikan wajahnya di bawah shower membuatnya geram sehingga dia menyalahkan shower, tubuh Asiyah basah tapi Asiyah tetap menyembunyikan wajahnya. Suara tangis Asiyah menyadarkan Tom, dia teringat dengan kakaknya. Tom menarik nafas dalam. lalu meninggalkan Asiyah yang masih meringkuk di bawah shower. Tom mematikan shower itu sebelum dia meninggalkan Asiyah di dalam.