✍🏻 Spin-off Dearest Mr Vallian 👇🏻
Cinta itu buta, tapi bagaimana jika kau menemukan cinta saat kau memang benar-benar buta? Itulah yang di alami Claire, gadis berusia 25 tahun itu menemukan tambatan hatinya meskipun dengan kekurangannya.
Jalinan cinta Claire berjalan dengan baik, Grey adalah pria pertama yang mampu menyentuh hati Claire. Namun kenyataan pahit datang ketika Claire kembali mendapatkan penglihatannya. Karena di saat itu juga, Claire kehilangan cintanya.
"Aku gagal melupakanmu, aku gagal menghapus bayang-bayangmu, aku tidak bisa berhenti merindukanmu. Datanglah padaku, temuinaku sekali saja dan katakan jika kau tidak menginginkanku lagi." Claire memejamkan matanya mencoba merasakan kembali kehadiran kekasih hatinya yang tiba-tiba menghilang entah kemana.
📝Novel ini alurnya maju mundur ya, harap perhatikan setiap tanda baca yang author sematkan disetiap paragraf 🙂
Bantu support dengan cara like, subscribe, vote, dan komen.
Follow FB author : Maria U Mudjiono
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
📍 Stockholm, Swedia.
Disebuah lantai dansa salah satu Bar yang terletak di tengah kota Stockholm, seorang wanita terlihat menari dengan indah mengikuti alunan musik yang di mainkan DJ. Dengan lincah, wanita itu meliuk-liukkan tubuhnya hingga membuat para pria menatap lapar padanya, wajar saja. Karena tarian wanita itu sangat membangkitkan gairah pria di tambah pakaian yang dikenakan nya sangat seksi.
"Will you be mine for tonight?" teriak seorang pria pada wanita itu.
"How much?" tanya wanita itu. "Your price," ucapnya melihat pria itu bingung. "Pergilah, kau bukan pria yang aku cari!" usirnya kembali menari.
"Apa dia pikir aku ini gigolo?" gumam pria itu kembali ke lounge area.
"Adeline, Lio mencari mu!" teriak seorang wanita pada Adeline yang sedang asik menari.
"Ckk, ada saja pengganggu." gumam Adeline kesal.
"Ada apa?" Adeline menyesap tequila yang berada dalam shot glass. "Ahhh...." Adeline memejamkan matanya saat minum beralkohol itu melewati tenggorokan nya.
"Malam ini adalah dua pria baru. Mereka lumayan gagah dan macho," Lio mengedikkan gadunya kearah lounge area, dimana ada dua pria gagah dan tampan duduk disana.
"Lumayan, berapa?" tanya Adeline.
"Jika kau mau, pergilah ke kamar. Aku akan mengatakan harganya saat kau benar-benar puas," kata Lio.
"Oke, aku mau keduanya secara bersamaan." ucap Adeline berjalan menuju kamar yang biasa ia gunakan saat memesan pria.
"Dasar maniak," cibir Lio melihat Adeline pergi. Lio memanggil kedua pria yang tadi di pesan oleh Adeline, dan meminta Lyra mengantarnya ke kamar Adeline.
Ya, seperti itulah kehidupan Adeline. Itu sebabnya Grey sangat tidak suka dan terkesan jijik pada wanita yang sekarang berstatus sebagai istrinya. Hanya saja, tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana Adeline sesungguhnya, termasuk Barbara, ibu kandung Adeline.
***
"Hai Megan," Ben tersenyum manis menyapa resepsionis kantor Grey.
"Tuan bisa langsung ke ruangan, Tuan Grey." kata Megan sambil memaksakan senyumnya.
"Kau tidak mau mengantar tamu Boss mu ini?" ucap Ben membuat Megan kesal. Namun wanita itu tetap memasang senyum indah di bibirnya.
"Mari, Tuan." akhirnya Megan keluar dari balik meja resepsionis itu dan mengantar Ben sampai depan lift.
"Bagaimana?" tanya Ben. Megan hanya diam menatapnya.
Bagaimana apanya? Megan bukan cenayang yang bisa mengerti arti bagaimana yang Ben katakan. Tentu saja Megan hanya diam.
"Aku pria single, aku siap untuk menjadi suami dan seorang Ayah." kata Ben tersenyum cerah.
"Kalau begitu, anda bisa langsung melamar kekasih anda, Tuan." kata Megan seolah tidak mengerti apa maksud Ben.
"Kau ingin segera aku lamar?" tanya Ben, belum sempat Megan menjawab, pintu lift terbuka.
"Silahkan masuk, Tuan." ucap Megan lalu pergi begitu saja. Tidak perduli jika Ben menganggapnya tidak sopan.
"Apa dia bilang? Melamar ku?" gumam Megan sambil berjalan ketempat kerjanya.
"Yang benar saja," Megan tidak habis pikir bagaimana seorang pria semudah itu melamar seseorang yang baru dua kali dia temui. Bahkan baik Ben atau Megan sama-sama tidak tahu bagaimana sifat masing-masing.
Di ruangan Grey, Ben merebahkan tubuhnya di sofa panjang, sedangkan Grey masih fokus menatap layar komputer yang menampilkan sederet angka dan garis-garis grafik yang Ben sendiri tidak paham. Ternyata bekerja dibalik meja dan komputer itu tidak menyenangkan seperti yang ada dalam bayangan Ben, setidaknya saat bekerja di bengkel, Ben tidak akan mati kebosanan.
"Kau datang hanya untuk tidur?" Grey melemparkan bantal kecil kearah wajah Ben.
"Ckk, kau mengacaukan mimpi ku." decak Ben. Tidak disangka, yang tadinya hanya tiduran tapi Ben malah benar-benar tertidur, tapi Grey membangunkannya.
"Bagaimana kondisi, Claire?" tanya Grey, Ben meringis garing karena tidak ada hal apapun yang bisa dilaporkan pada Grey.
"Ehemm, Claire ya?" Ben langsung duduk. "Sebenarnya, aku tidak bisa menemukan Claire di Prancis." mata Grey langsung menatap tajam kearah Ben.
"Aku tidak bisa mendapatkan informasi apapun tentang Claire."
"Bukankah aku sudah menyuruh mu mencari tahunya?" Grey dengan suara rendahnya.
"Masalahnya tidak semudah itu," kata Ben. Lalu Ben menceritakan jika semua informasi tentang Claire menjadi benar-benar tertutup, Ben sudah menggunakan segala cara untuk mencari tahu informasi tentang Claire, namun Ben menemukan jalan buntu. Seolah ada orang yang sangat berkuasa menutup semua celah tentang informasi Claire.
"Bagaimana bisa?" gumam Grey tak kalah heran.
"Aku yakin jika dalang di balik tertutupnya informasi Claire adalah orang yang sangat kuat dan berkuasa. Aku sudah menawarkan jutaan euro hanya untuk mencari tahu Claire berada di kota apa, tapi semua orang bungkam." Grey mengangguk paham.
Ada seseorang yang melindungi Claire. Dan orang itu bukan orang biasa, sebab mampu menutup semua informasi tentang Claire.
"Berarti, Daddy juga tidak bisa mendapatkan informasi tentang Claire." gumam Grey.
"Sepertinya Claire berada di tempat yang aman. Kau tidak perlu mengkhawatirkan nya, sekarang pikirkan cara bagaimana agar kau bisa tahu Claire dimana." saran Ben.
"Aku akan mencarinya setelah masalah di perusahaan ini selesai. Aku pasti bisa menemukannya walaupun Claire lari ke ujung dunia." kata Grey yakin. "Setidaknya, ckaysudah aman dari ancaman Daddy." Grey merasa sedikit lega karena Casper juga tidak akan mendapatkan informasi apapun tentang Claire, jika apa yang di katakan Ben adalah benar.
"Jadi kau tidak akan mencari Claire?" tanya Ben, Grey menggeleng.
"Tidak sekarang, perusahaan masih belum stabil setelah aku menggantikan posisi Daddy." kata Grey. "Tapi setelah perusahaan kambali normal, aku akan segera mencari Claire. Meskipun aku harus mengelilingi negara Prancis." Grey yakin jika dirinya pasti bisa menemukan Claire.
"Apa kau masih berminat bekerja di perusahaan ini?" tanya Grey. Dulu saat Grey menumpang di bengkel Ben, pria itu ingin imbalan agar bisa bekerja di perusahaan Anderson Holdings. Grey tentu masih sangat ingat permintaan Ben itu.
"Tidak, Jimmy akan bekerja seenaknya jika aku tidak mengawasi nya." bohong Ben. Karena sebenarnya Ben tidak ingin mati kebosanan dibalik meja kantor.
"Kau yakin? Padahal aku sudah menyiapkan gaji tinggi, jika kau mau bekerja di perusahaan." Ben tetap menggeleng.
"Aku tidak ingin menjadi pria tua yang botak dan mempunyai perut buncit, karena terlalu lama duduk dibalik meja kantor." kata Ben. Membayangkannya saja membuat Ben merasa geli.
"Kau berlebihan. Tidak semua orang yang bekerja di kantor akan berakhir menjijikkan seperti yang ada dalam bayangan mu." ujar Grey menggelengkan kepalanya.
Padahal dulu, Ben yang sangat ingin bekerja di perusahaan Anderson Holdings. Tapi saat Grey benar-benar menawarinya, Ben malah menolak mentah-mentah hanya karena bayangan yang tidak masuk akal.
"Bukan begitu, sepertinya aku lebih nyaman bekerja di bengkel." sangkal Ben. Tapi Grey sangat tahu pola pikir Ben, mengingat persahabatan mereka bukan hanya setahun dua tahun. Tapi sudah puluhan tahun, sehingga mereka sudah sangat paham satu sama lain
*
*
*
*
*
TBC
Harry merasa tak bisa menempatkan diri, padahal Nick sudah menganggap Harry seperti sahabatnya. Gua rasa Sara Dan Nick bs menerima nya..