NovelToon NovelToon
Dosa Yang Kucintai

Dosa Yang Kucintai

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

"Aku mencintainya, tapi akulah alasan kehancurannya. Bisakah ia tetap mencintaiku setelah tahu akulah penghancurnya?"

Hania, pewaris tunggal keluarga kaya, tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Meskipun seluruh sumber daya dan koneksi dikerahkan untuk mencarinya, Hania tetap tak ditemukan. Tidak ada yang tahu, ia menyamar sebagai perawat sederhana untuk merawat Ziyo, seorang pria buta dan lumpuh yang terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya.

Di tengah kebersamaan, cinta diam-diam tumbuh di hati mereka. Namun, Hania menyimpan rahasia besar yang tak termaafkan, ia adalah alasan Ziyo kehilangan penglihatannya dan kemampuannya untuk berjalan. Saat kebenaran terungkap, apakah cinta mampu mengalahkan rasa benci? Ataukah Ziyo akan membalas dendam pada wanita yang telah menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Pesan Anonim

Tak butuh waktu lama, ponsel Hania kembali bergetar. Pesan dari kenalannya masuk, berisi informasi tentang apoteker yang terekam dalam CCTV.

"Namanya Pradipta. Sudah bekerja di rumah sakit itu selama lima tahun. Tidak punya catatan buruk sebelumnya, tapi baru-baru ini, rekeningnya menerima transfer dalam jumlah besar dari sumber yang tidak jelas."

Hania menyipitkan mata, jemarinya mengetuk-ngetuk sandaran tangan kursi. "Jadi, dia menerima bayaran untuk ini?"

Hania menatap layar ponselnya, memerhatikan ulang rekaman CCTV yang telah diperoleh kenalannya. Meski gambar pria bertopi dan bermasker itu tidak begitu jelas, namun ada beberapa detail yang bisa menjadi petunjuk.

Ia menghela napas pelan. Jika ia terlalu dalam terlibat, penyamarannya bisa terbongkar. Tetapi jika ia tidak bertindak, ancaman terhadap Ziyo tidak akan berhenti.

Setelah beberapa detik berpikir, ia kembali menghubungi kenalannya.

"Kirim rekaman dan juga detail identitas apoteker itu pada Pak Prasetyo," ujarnya tegas. "Gunakan akun anonim, jangan sertakan namaku. Katakan ini dari seseorang yang peduli terhadap keselamatan Ziyo."

"Baik. Tapi kau yakin ini cukup?" tanya suara di seberang.

"Tidak akan cukup untuk menangkap dalangnya, tapi setidaknya ini memberi mereka sesuatu untuk ditindaklanjuti. Prasetyo cukup cerdas untuk tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya," jawab Hania.

Telepon berakhir. Ia sudah melakukan bagiannya, setidaknya untuk saat ini. Sisanya biar Prasetyo dan tim keamanan Ziyo yang menanganinya.

***

Prasetyo baru saja tiba di kantornya dan duduk di kursinya ketika ponselnya bergetar, menandakan pesan masuk. Dengan alis berkerut, ia meraih ponselnya dan membuka pesan tersebut.

Pengirimnya anonim. Tidak ada nama, tidak ada nomor yang bisa dikenali. Hanya ada satu pesan singkat disertai lampiran file video dan beberapa detail tambahan :

“Lihat ini. Kau akan tahu siapa yang bermain di balik obat itu.”

Prasetyo segera membuka video yang dikirim. Rekaman CCTV dari rumah sakit menampilkan sosok pria bertopi dan bermasker yang tampak berdiri di dekat apotek. Gerak-geriknya mencurigakan. Ia terlihat berbicara singkat dengan seorang apoteker, lalu menyodorkan sesuatu sebelum akhirnya pergi.

Prasetyo mempercepat rekaman, dan tepat seperti yang ia duga, apoteker itu, yang namanya juga terlampir dalam pesan, kemudian mengambil sebuah bungkus obat dan tampak menggantinya dengan yang lain sebelum menyerahkannya pada Hania yang mengambil resep atas nama Ziyo.

Mata Prasetyo menyipit, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal tanpa sadar. “Jadi benar ada yang mencoba menyakiti Tuan Ziyo…” gumamnya dengan suara rendah.

Ia segera membuka detail identitas apoteker yang terlampir dalam pesan. Nama, alamat, bahkan riwayat pekerjaannya tercantum di sana.

“Siapa yang mengirimkan ini?” pikirnya. Ia mencoba melacak nomor pengirim, tapi tidak mendapatkan informasi apa pun.

Namun, saat ini, bukan itu yang paling penting. Yang lebih mendesak adalah mencari tahu siapa pria bertopi itu dan apa motifnya.

Prasetyo segera berdiri, mengambil ponselnya, dan menghubungi seseorang yang bisa membantunya menyelidiki lebih dalam. “Aku butuh informasi lebih lanjut tentang seseorang. Aku akan mengirimkan datanya sekarang.” Suaranya tegas, penuh kewaspadaan.

Setelah menutup telepon, ia menatap layar ponselnya sekali lagi.

“Siapa pun kau, terima kasih telah mengirimkan ini. Tapi aku berjanji, aku akan menemukan dalang sebenarnya di balik semua ini.”

***

Diva duduk di ruangannya, menyesap anggur merah di tangannya dengan santai. Namun, begitu laporan terbaru masuk, senyum tipisnya menghilang.

“Operasi Ziyo berjalan lancar. Tidak ada kendala. Bahkan, upaya pertukaran obat pun digagalkan sebelum sempat berdampak,” kata suara di telepon.

Diva meletakkan gelasnya perlahan. Matanya menyipit, jemarinya mengetuk meja dengan ritme pelan. “Jadi, seseorang menggagalkan rencanaku?”

“Tampaknya begitu, Nyonya. Dari informasi yang kami dapat, ada seorang perawat yang cukup aktif memerhatikan kondisi Tuan Ziyo. Namanya—”

“Hania.”

Diva menyebut nama itu lebih dulu, suaranya datar, tapi ada nada ketertarikan yang samar. Ia membiarkan namanya mengalir dari bibirnya, seolah sedang mencicipi sesuatu yang baru saja menarik perhatiannya.

“Dia hanya gadis biasa… atau setidaknya, aku mengira begitu,” gumamnya, kini tersenyum kecil. “Kacamata besar, kawat gigi, tompel mencolok… Penampilannya sangat tidak menarik. Bahkan… kampungan.”

Ia mengakhiri panggilan dan kembali menyandarkan punggungnya, memainkan gelas anggur di tangannya. “Tapi ternyata dia cerdas. Dan lebih buruk lagi, dia loyal pada Ziyo.”

Mata Diva berkilat tajam. Ia tidak suka kejutan yang tidak sesuai dengan rencananya.

Mengangkat ponselnya lagi, ia menekan nomor seseorang yang sudah sering menangani ‘pekerjaan’ untuknya. Begitu panggilan tersambung, ia berkata tanpa basa-basi, “Selidiki seorang gadis bernama Hania. Aku ingin tahu segalanya tentang dia. Siapa dia, dari mana asalnya, dan terutama… apa yang dia sembunyikan.”

Diva menutup panggilan dan meletakkan ponselnya di meja. Senyum kecilnya kembali muncul, kali ini lebih dalam.

“Mari kita lihat, Hania… Apa sebenarnya yang kau sembunyikan?”

***

Lima hari setelah operasi

Ruangan rawat VIP itu dipenuhi suasana hening saat dokter bersiap membuka perban yang menutupi sebagian wajah Ziyo. Prasetyo berdiri di sisi tempat tidur, sementara Hania berdiri tidak jauh dari mereka, mengamati dengan cermat.

"Baik, Tuan Ziyo, saya akan mulai membuka perbannya. Mungkin sedikit terasa tidak nyaman," ujar dokter dengan suara tenang.

Ziyo tetap diam, ekspresinya sulit ditebak. Ia tidak bisa melihat perubahan di wajahnya, tetapi ia bisa merasakan setiap gerakan dokter saat perban perlahan dilepaskan.

Saat lapisan terakhir terbuka, udara dingin menyentuh kulitnya. Luka-luka di wajahnya mulai mengering, meski masih ada sedikit pembengkakan.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Ziyo dengan suara datar, tanpa emosi.

Dokter tersenyum kecil, meski tahu Ziyo tak bisa melihatnya. "Pemulihan Anda berjalan dengan baik, Tuan. Luka-luka Anda sudah mulai mengering, tapi tetap harus berhati-hati. Jangan sampai terkena benturan atau terlalu banyak berekspresi yang bisa meregangkan kulit."

Ziyo mengangguk kecil. Ia tidak bisa melihat bayangannya di cermin, tidak bisa menilai sendiri bagaimana kondisinya sekarang. Yang bisa ia lakukan hanyalah mempercayai penilaian orang lain.

"Hania, kau ada di sana?" tiba-tiba ia bertanya.

Hania terkejut sejenak, lalu mendekat. "Iya, Tuan, saya di sini."

"Menurutmu, bagaimana wajahku sekarang?"

Hania menelan ludah, lalu berkata dengan hati-hati, "Luka-luka Anda sudah banyak membaik, Tuan. Dokter mengatakan pemulihan berjalan lancar. Anda hanya perlu lebih banyak istirahat."

Ziyo tidak menanggapi, hanya mengangguk kecil.

Saat dokter masih membereskan peralatannya, Prasetyo menoleh pada Hania dan berbicara dengan suara rendah namun tegas. "Jangan beri tahu Tuan Ziyo soal masalah obat itu untuk saat ini. Biarkan dia fokus pada pemulihannya dulu."

Hania menatap Prasetyo, ragu sejenak, lalu mengangguk. "Saya mengerti, Pak."

Ziyo mungkin tidak bisa melihat, tetapi bukan berarti ia tidak bisa merasakan ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Dan di balik ketenangan yang ia tunjukkan, pikirannya mulai bertanya-tanya, tentang hal-hal yang belum dikatakan padanya.

Ia tidak bisa melihat wajahnya sendiri, tapi ia bisa merasakan perubahan di kulitnya. Setelah dokter pergi, ia mengalihkan perhatian pada Prasetyo.

"Pak Pras."

Prasetyo menegakkan tubuh. "Ya, Tuan?"

"Apakah wajahku tetap sama seperti dulu?"

Hening sejenak. Prasetyo tidak langsung menjawab, menimbang kata-katanya. Lalu, dengan suara jujur, ia berkata, "Hampir sama, Tuan. Tapi menurut saya... sekarang malah lebih tampan."

Ziyo menghela napas pelan. Tidak ada tanda-tanda kegembiraan di wajahnya, tidak ada reaksi yang diharapkan orang saat mendengar dirinya disebut lebih tampan.

"Aku menyukai wajah asliku," gumamnya, hampir seperti berbicara pada diri sendiri. "Itu wajah yang diwariskan oleh orang tuaku."

Hania yang sejak tadi diam menunduk, merasakan sesuatu dalam nada suara Ziyo. Bukan kekecewaan yang berlebihan, tapi ada kesedihan samar di sana.

Namun, setelah sesaat terdiam, Ziyo menghela napas lagi, kali ini lebih dalam. "Tapi dokter sudah berusaha keras untuk mengembalikan wajahku. Aku tetap harus mensyukurinya."

Prasetyo menatap majikannya sejenak, lalu mengangguk kecil. "Ya, Tuan."

Tidak ada lagi yang mereka katakan setelah itu. Hanya keheningan yang menemani, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Namun, ada seseorang yang mengawasi dari jauh.

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
kaylla salsabella
kabar baik ziyo
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
cinta mereka hadir perlahan tanpa paksaan. mereka saling membutuhkan. semoga mereka bisa bersama
Dwi Winarni Wina
Ziyo merasakan aman dan nyaman berada disisi hania krn hania merawat ziyo sangat tulus dan ikhlas...

Hania pergi ziyo ada yg hilang walaupun tidak bs melihat wajah hania ziyo bs merasakan ketulusan hania walaupun ada yg disembunyikan hania....
Dwi Winarni Wina
Pasti kabar baik buat ziyo smg ada donor kernel mata dan mengobati kakinya yg lumpuh....

Dalang utama adalah diva ingin mencelakai ziyo dan pura2 baik didepan ziyo bermuka dua diva ingin menguasai perusahaan.....
abimasta
semoga hania dan ziyo nantinya jadi pasangan yg berbahagia sama2 membasmi orang2 yang jahat disekitarnya
abimasta
tentunya kabar baik tuan ziyo
kaylla salsabella
egois si diva
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
apakah itu kabar baik tentang operasi ziyo?
abimasta
ambisimu tidak akan berhasil diva
Dwi Winarni Wina
Diva sangat ambisius menguasai perusahaan dan menjauhkan Zian dr ziyo agar tidak tergantung lagi....

Dasar ibu diva hanya mementingkan diri dan tidak mementingkan kebahagiaan Zian..
Diva tidak akan tinggal diam pasti akan mencelakai ziyo lagi....
naifa Al Adlin
haduh ibu yg egois,,, g mau mengerti keinginan anaknya. padahal hanya ingin dekat dengan kakaknya apa salahnya? nanti kamu akan susah sendiri diva
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: keegoisan & ambisi diva bisa membuat dia kehilangan zian
total 1 replies
kaylla salsabella
mungkin diva sekongkol sama Brian
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
diva berniat jahat. tapi itu tak akan mudah sama sekali.
Dwi Winarni Wina
Ternyata dipura2 baik ternyata hatinya busuk berusaha mencelakai ziyo dan merebut perusahaan ziyo....
Dwi Winarni Wina
Ada yg berusaha mencelakai ziyo dan hania berusaha mencegahnya....
abimasta
waahhh benar saja diva dibalik rencana jahat ini,semoga hania tidak bisa diselidiki oleh suruhan diva
kaylla salsabella
semoga ketemu pelakunya
kaylla salsabella
nah ..nah ...ayo Hania ... semangat
kaylla salsabella
pasti si Brian itu
Dwi Winarni Wina
Hati2 dan waspada hania jgn baik2 ziyo dan ada org tidak mau melihat ziyo sembuh....

bagus hania bantu ziyo sembuh dan pulih lagi musuh msh mengincar ziyo....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!