Pawang Mafia Impoten

Di dalam kamarnya, Archie masih termangu memikirkan semua yang Ditanyakan oleh Brisia.

Takut atau trauma, mungkin lebih tepatnya itu. Sebenarnya, hati terdalam pria itu memang memiliki rasa takut. Kematian kedua orang tuanya yang sampai saat ini masih belum terungkap tersebut, membuat Archie seolah merasa takut dan merasa bersalah.

Merasa bersalah karena ia berpikir, mengapa hanya dirinya saja yang hidup. Mengapa semua itu terjadi saat bertepatan dengan tanggal ulang tahunnya. Hingga semua orang waktu itu berkata bahwa Archie adalah anak yang membawa kematian buat kedua orang tuanya.

Dari situ seolah Archie merasa bahwa hidupnya merupakan sebuah kesalahan. Lalu, dia menjadi takut. Dia takut jika suatu hari memiliki anak, dan apabila dia meninggal, anaknya akan mendapat tuduhan yang sama.

Selain itu, ada satu hal yang yang menjadi pemikirannya. Dan ini, sama sekali tidak diketahui oleh siapapun, termasuk Stuart sekalipun.

"Jadi begitu?" ucap Brisia. Dia yang tinggal dengan keluarga lengkap dan bisa masuk kategori harmonis, cukup merasa prihatin dengan semua yang diceritakan Stuart tentang kedua orang tua Archie. Ya walau kadang ayah dan kakaknya terkadang melakukan sesuatu yang di luar nalar, namun tetap saja dirinya terlahir dalam keluarga yang lengkap dan saling menyayangi.

Stuart baru saja menceritakan tentang kematian ayah dan ibunya Archie. Dan menurut Stuart, bisa jadi itu merupakan penyebabnya.

Hanya saja Brisia tidak merasa demikian. Masa iya impotensi berhubungan dengan kematian kedua orang tua? Tapi Brisia juga tidak boleh mencoret hal tersebut dari daftar penyebab.

Segala hal yang pernah dialami pasien akan menjadi bahan pertimbangan.

"Oh iya Stu, maaf kalau pertanyaanku kali ini sedikit lancang. Apakah Arc pernah mengalami pelecehan sekssual, atau dia melihat tentang itu dan sejenisnya. Stu, biasanya orang yang mengalami hal seperti ini tuh terkadang ada yang trauma terhadap hal seperti itu juga."

Stuart terdiam, dia mencoba mengingat apa saja yang mereka temui. Stuart selalu berada di sisi Archie. Bahkan bisa dibilang, hanya saat tidur dan bersama Wilma saja Stuart tidak membersamai Archie.

Jika itu di perusahaan K&W maka belum pernah menemukan hal-hal yang aneh. Tapi jika itu di dunia hitam yakni di dunia hitam, melihat wanita yang menjadi penghangat ranjang sudah menjadi hal yang biasa. Dan Archie sama sekali tidak memedulikan hal tersebut.

Ditambah lagi, tidak ada yang akan berani menyentuh Archie. Jangankan menyentuh, untuk saling beradu tatap pun orang-orang akan merasa segan.

Jadi jawaban Stuart adalah tidak. Pria itu menggeleng dengan cepat.

"Tidak ada hal yang sedemikian. Tuan orang yang sangat sulit di dekati."

"Stu, bukan saat dewasa ini, tapi saat kecil juga. Saat dia belum dewasa, mungkin saat usinya masih belasan atau remaja."

lagi lagi Stuart terdiam, jika itu terjadi saat remaja, jelas saja dia tidak tahu. Dirinya baru bekerja dengan Archie saat tuannya itu berusia 20 tahun.

"Kalau itu saya tidak tahu Nona. Apa kita harus mencari tahunya?"

Brisia mengangguk dengan pasti. Mereka harus mendapatkan jawaban tersebut agar bisa lebih mudah dalam mengembalikan kemampuan alat reproduksi Archie.

"Stu, tuanmu pasti tidak mau kan kalau dibawa ke rumah sakit, dimanapun rumah sakitnya pasti dia akan menolak, bukan begitu?"

"Maaf Nona."

"Haah, tidak perlu minta maaf. Yang ngeyel itu Tuan mu. Aah maaf yang keras kepala itu Tuan mu. Sakit bukannya berobat ke dokter di rumah sakit malah mencari orang seperti ku."

"Tapi Anda juga kan seorang dokter, Nona."

Brisia membuang nafasnya kasar. Ya benar dia memang dokter, tapi hal itu pun tidak banyak yang tahu karena dirinya lebih dikenal sebagai ilmuwan. Dia juga praktek kedokterannya hanya di rumah sakit sang ayah.

Sriiing

 Brisia menatap Stuart dengan tajam, bagaimana bisa seorang Archie yang berada di belahan bumi berbeda bisa tahu dengan pekerjaan dokternya. Padahal di tanah air sendiri profesinya sebagai dokter tidak ada yang tahu selain orang terdekatnya.

"Kalian saat mencari ku tidak menggunakan jasa hacker kan?"

"Maksudnya? Oh tidak Nona, dan maaf saya harus segera menemui Tuan. Ada hal yang harus dibahas. Permisi, nanti saya akan mencari info tetang apa yang Nona tanyakan."

Stuart langsung pergi, semakin menambah kecurigaan Brisia saja. Tapi setelah itu pun dia acuh tak acuh. Sekarang ini yang perlu dia lakukan selain menunggu Archie terbuka adalah melakukan tes medis.

Ini lah yang membuat pusing. Tes medis salah satu yang harus dilakukan adalah tes USG Doppler pada peniss, hal tersebut dilakukan untuk melihat aliran darah di penis selama dan setelah ereksi. Hasilnya membantu dokter Anda mendiagnosis dan mengevaluasi tingkat disfungsi ereksi.

Tapi melihat Archie yang enggan ke rumah sakit membuat Brisia berteriak kesal.

"Arggggg kenapa liburanku jadi kerja yang harus mikir siiih, erghhhh!"

Ya liburan Brisia gagal sudah. Bagaimana tidak, dia yang seharusnya jalan-jalan, makan-makan, foto-foto, kini harus berkutat dengan masalah ketidakmampuan seroang pria terhadap alat reproduksinya. Ya benar sih dibayar hanya saja sungguh sangat menjengkelkan mengingat pasiennya ini susah diajak kerja sama.

"Heh, kayak gitu mau cepet sembuh. Ya mana bisaaaaa! Aaaarghhhhh!"

Brisia dengan sangat kesal bangkit dari duduknya. Dia berjalan dengan penuh semangat menuju ke ruangan Archie. Dirinya sama sekali tidak peduli dengan apa yang sedang Archie dan Stuart lakukan. Katanya mereka tengah membahas hal yang penting, namun apa yang akan dia lakukan kali ini juga hal yang penting.

Blaaak!

Brisia membuka pintu dengan kedua tangannya. Suara yang dihasilkan pun begitu sangat keras dan menggema ke seisi ruangan.

Stuart dan Archie nampak kaget. Apalagi Archie, tatapan tajam mata Brisia membuat pria itu sedikit merasa terintimidasi.

"Berikan urine mu dan juga darahmu. Akan aku bawa ke lab untuk dilakukan tes. Cepat lakukan sekarang juga!"

"Aku sibuk!"

"Tidak peduli, kau pikir aku tidak sibuk hah! CEPAT LAKUKAN SEKARANG JUGA ARC!!!"

Archie terhenyak, dia sungguh tidak tahu apa yang terjadi dengan wanita itu. Padahal tadi pagi Brisia masih keluar dari kamar Archie dengan tenang. Tapi sekarang Brisia nampak seperti singa yang marah.

"Stu?"

"Ehmm lakukan saja dulu Tuan, itu semua juga demi kesembuhan Tuan."

"Haah baiklah, belikan aku tabung dan juga jarum suntik di apotek. Aku akan melakukannya sekarang."

Stuart paham, dia langsung segera pergi untuk mencarikan apa yang dibutuhkan. Sedangkan Brisia saat ini hanya berdiri sambil melipat kedua tangannya. Wajahnya sungguh sangat kesal sekarang.

"Apa sebentar lagi tanggal merah?" tanya Archie tiba-tiba.

"Maksudmu?"

"Itu lho, katanya wanita kalau mau mendapatkan menstruasi akan marah tidak jelas. Bukannya tadi pagi kamu masih baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang sudah meledak-ledak?"

Brisia sedikit terkejut dengan ucapan Archie. Dia kemudian mengambil ponselnya dan melihat kalender tentang masa haid. Dan benar saja, setidaknya dalam 3-4 hari lagi dia akan kedatangan tamu merah itu.

TBC