Fatin Trias Salsabila seorang desainer muda yang memulai karirnya dengan kemampuan otodidatnya. Fatin yang mengenyam pendidikan di pesantren selama 6 tahun, namun tidak menghalangi bakatnya dalam menggambar desain baju muslimah. Dari kecil ia memang sangat suka menggambar.
Berangkat dari keluarga yang terpandang. Namun Fatin tidak ingin identitasnya diketahui banyak orang. Karena ia tidak mau dianggap sebagai aji mumpung.
Ia mulai sukses saat dia mulai mengirimkan beberapa gambarnya melalui email ke beberapa perusahaan besar di luar Negeri yang menggeluti fashion muslimah. Beberapa tahun kemudian ia pun resmi menjadi seorang desainer muda yang berbakat.
Zaki Ferdinan Abraham, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang fashion. Zaki dan Fatin bertemu di acara perhelatan desainer Muslimah se Asia. Dan dari situlah awal cerita mereka dimulai. Tidak hanya Zaki, ada sepupu Zaki yang juga akan menjadi saingannya nanti. Siapakah yang akan menjadi pendamping Fatin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita gila
Air Mancur Dubai ini berada di tengah Burj Lake dengan luas 30 hektar.
Untuk mendapatkan pemandangan yang indah ini bisa Anda saksikan saat malam hari, mulai pada pukul 18.00 dan berlangsung setiap 30 menit.
"Nona kami akan meeting, silahkan kalian jalan-jalan dulu. Nona Mini anda punya nomer handphone saya. Nanti bisa hubungi saya."
"Baik Pak."
Fatin dan Mini mengelilingi area sir mancur.
Saat ini sudah banyak wisatawan yang berada di pinggiran air mancur untuk menunggu dan menyaksikan indahnya air mancur.
Melihat keindahan air mancur, Fatin dan Mini sangat takjub. Mereka mengabadikan momen itu.
"Masyaallah, indah sekali ya Non?"
"Iya, aku senang sekali bisa punya kesempatan melihatnya."
"Saya salut sekali sama anda Non, di usia yang masih muda ini anda sudah punya pencapaian yang keren. Kalau anda tidak ke Dubai, mana mungkin saya juga akan ke sini."
"Haha... berarti ini juga keberuntunganmu. Mini, di usiamu yang sudah cukup matang ini apa yang kamu inginkan?"
"Saya hanya ingin mengangkat derajat Ibu saya."
Fatin dan Mini pun shalat Maghrib di Mushalla yang ada di kawasan itu. Setelah salat Mini mengirim pesan kepada Pak Beni. Dan ternyata mereka disuruh menunggu di salah satu Cafe kawasan itu juga. Saat duduk santai, Fatin pun menyampaikan isi hatinya kepada Mini.
"Maaf mini bukannya aku niat menggurui. Kamu memang lebih tua dariku, tapi sesama muslim kita harus saling mengingatkan.Bukankah Ayahmu telah meninggal?"
"Iya Nona, makanya saya yang menjadi tulang punggung keluarga."
"Mini, dalam agama kita dosa anak perempuan yang tidak berhijab akan sampai kepada ayahnya. Karena seorang ayah dalam Islam memiliki kewajiban untuk menuntun anak-anaknya dalam ketaatan kepada Allah.
Selain itu, menutup aurat merupakan kewajiban bagi seorang muslimah. Banyak dalil shahih yang telah menjelaskan mengenai kewajiban tersebut.
Salah satunya adalah firman Alah dalam surat An-Nur ayat 31 yang berbunyi:
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
Artinya: "Dan jangan lah mereka menampakkan perhiasannya (aurat), kecuali yang (biasa) nampak dari padanya." (Qs. An-Nur: 31)
Apakah kamu tidak ingin terus memakai hijab? Hijab memang tidak menjamin hati seseorang, tapi hijab adalah kewajiban. Aku pun tidak luput dari dosa."
Mini tidak menjawab, justru ia menangis.
"Mini, maafkan aku! Jangan tersinggung!"
Sontak Fatin memeluk Mini.
"Tidak Nona, saya tidak tersinggung. Saya hanya ingat dosa."
"Mini belum terlambat untuk bertaubat. Kamu sudah menjadi orang yang baik kok. Setidaknya kamu sudah mulai memperbaiki diri."
"Ini karena keluarga anda Nona. Bu Salwa seperti malaikat bagiku. Insyaallah ke depannya saya akan berusaha istiqomah memakai hijab."
"Masyaallah, semoga Allah meridhoi niatmu."
"Amin..."
Tidak lama kemudian, Pak Beni dan Tuan Zaki datang. Mereka pun makan malam di Cafe itu. Namun di pertengahan, Abi Tristan menelpon. Fatin tidak mungkin mereject panggilan Abinya.
"Maaf, saya permisi dulu. Ada telpon dari orang rumah."
"Silahkan."
Fatin menerima panggilan telpon dan menjauh dari kursinya.
"Assalamu'alaikum Bi."
"Wa'alaikum salam, sedang di mana kamu?"
"Aku dan Mini sedang di Cafe, Bi."
"Cafe mana? Berdua saja?"
"Di dekat air mancur Dubai. Dengan orang yang akan bekerja sama denganku, Bi."
"Laki-laki?"
"Iya Bi, mereka baik kok."
"Hem tetap waspada, bukan mahram. Kalian perempuan, tidak baik jalan malam-malam di Negeri orang. Cepat kembali ke hotel."
"Iya Abiku sayang, kami akan segera kembali. Mau menghabiskan makanan dulu, Oke?"
"Ya sudah, hati-hati. Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikum salam."
Setelah menutup telpon, Fatin kembali ke tempatnya.
"Maaf, mari dilanjut."
Mereka pun melanjutkan makan malam ditemani iringan musik klasik Khas Arab.
"Apa setelah ini anda ingin mampir lagi?"
"Tidak pak Beni, kami harus segera sampai di hotel karena besok pagi kami akan kembali ke Indo."
"Oh, kok sama ya? Kalau begitu mari kita kembali ke hotel."
Akhirnya mereka pun kembali ke hotel. Sampai di hotel, Fatin mengucapkan terima kasih dan mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Sampai di kamar Fatin menelpon Abinya. Setelah itu ia melaksanakan shalat Isyak, Fatin mengemas barang-barangnya agar tidak ada yang ketinggalan. Setelah itu ia beristirahat.
Namun tidak lama ia berbaring, ada suara ketukan pintu. Fatin pun bangun dan memakai jilbab instannya. Ia pikir Mini yang mengetuk pintu. Saat pintu terbuka, ternyata Dinar yang kini sedang berdiri. Dinar hendak menampar Fatin, Namun tangan Fatin mampu menangkisnya.
Dinar kesal, ia hendak melepas tangannya. Namun Fatin berhasil menahannya.
"Malam-malam bertamu hanya ingin bikin gaduh? Apa begini karakter seorang model internasional?"
"Sialan! Kamu wanita perebut!"
"What? Apa anda tidak salah nunjuk? Silahkan berkaca!"
Blam
Fatin dengan buru-buru menutup pintunya. Ia tidak ingin berurusan dengan Dinar.
Dor dor dor
Dinar menggedor pintu kamar Fatin seperti orang gila.
Fatin menelpon Mini, agar mengurus Dinar. Mini yang sedari siang menahan emosi kepada Dinar, kini tidak bisa menahan lagi. Ia menjambak rambut Dinar dan memelintir tangannya.
"Dasar wanita gila!"
"Au au sakit lepaskan.... akan aku laporkan kamu atas tindakan kekerasan!"
"Laporkan saja, aku tidak takut! Justru aku yang akan memanggilkan security! Lihatlah ada CCTV! Mereka akan tahu siapa yang berbuat ulah."
Fatin kembali beristirahat. Ia tidak perduli dengan kegaduhan di luar karena ia sudah lelah. Karena belum bisa terlelap, Fatin melihat-lihat foto dan video perjalanan tadi dari handphone-nya. Fatin merasa puas seharian keliling Dubai, meski tak banyak tempat yang bisa ia kunjungi.
Keesokan harinya.
Fatin dan Mini sudah siap untuk cek out. Fatin meminta tolong pelayan untuk membawakan koper-kopernya ke dalam taxi.
"Bagaimana tadi malam, Mini? Kamu apakan Dinar?"
"Wanita gila itu rasanya ingin aku tonjok Nona. Tapi aku masih punya rasa kasihan, karena dia seorang wanita. Kalau saja laki-laki sudah aku hancurkan wajahnya."
"Ish, kejamnya. Huh... aku tidak pernah berpikiran punya urusan dengan orang sepertinya."
"Jadi wanita itu mantannya Tuan Zaki ya?"
"Mungkin, bukan urusan kita.
Mereka pun sampai di Bandara. Dan satu jam kemudian pesawat berangkat. Menempuh perjalanan yang cukup jauh membuat Fatin jenuh. Selain mendengarkan dan membaca Al-Qur'an, Fatin juga mengedit hasil foto-fotonya.
Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka pun sampai di Bandara Juanda Surabaya. Di sana Abi Tristan dan Bunda Salwa sudah menunggu kedatangan putri tercintanya. Setelah mengambil koper-kopernya, mereka keluar.
"Fatin..." Bunda Salwa melambakkan tangan."
Fatin merentangkan tangannya menunggu pelukan sang Bunda.
"Bunda... aku kangen." Fatin mencium kedua pipi sang Bunda.
"Sama,Abi nggak kangen?" Sahut Abi Tristan.
"Kangen-lah Bi." Fatin beralih memeluk Abinya.
Barang bawaan mereka pun di dorong sampai ke parkiran mobil. Mereka pun meninggalkan Bandara.
Bersambung...
...****************...