Pesona Desainer Muslimah

Pesona Desainer Muslimah

Fatin

Jam 4.30 namun Fatin belum juga turun untuk shalat Shubuh, Salwa terpaksa naik ke kamar Fatin.

"Fatin...!" Pekik sang Bunda saat melihat putrinya itu tertidur di atas meja dengan beberapa kertas yang sudah berserakan. Lagi-lagi Fatin bergadang menyelesaikan desain bajunya.

"Astagfirullah....Bunda, telinga Fatin bisa rusak kalau Bunda teriak terus."

"Ya Allah...Nak, bagaimana Bunda nggak teriak-teriak kalau dari tadi dibangunin nggak bangun-bangun. Kamu tidur di kursi lagi, lehermu bisa sakit. Aku ngga bisa bayangin kalau Abimu tahu."

"Bundaku yang aku sayangi, Abi tidak akan tahu kalau Bunda nggak ngasih tahu. Emmuah... Fatin akan ke kamar mandi, tunggu ya, sebentar lagi Fatin akan turun."

Salwa tidak bisa marah kepada Fatin. Setelah merayu sang Bunda Fatin masuk ke kamar mandi untuk berwudhu'.

Setelah Dari turun, mereka pun shalat Shubuh berjama'ah. Saat ini di rumah itu Fatin menjadi anak tertua dari kedua asik kembarnya Winda dan Windi. Ira sudah tinggal bersama suami dan anaknya. Sedangkan kedua saudara kembar Fatan saudara kembar Fatin yang pertama masih menempuh pendidikan S1 di Pesantren tempatnya dulu menimba ilmu sekaligus mengabdikan diri sebagai ustadz. Dan Fadil saudara kembar Fatin yang kedua sedang menempuh S1 di Kairo Mesir, mengikuti jejak Bundanya dulu.

Fatin sendiri tidak tertarik untuk kuliah, ia belajar desain secara otodidak dan kini di usianya yang ke 20 tahun ia bisa menjadi seorang desainer yang sukses.Bahkan sebentar lagi ia akan membuka kantor pusat desainer miliknya dengan uangnya sendiri.

"Fatin kenapa matamu seperti panda?" Tanya Sang Abi.

"Aduh, kalau bohong dosa nih!" Batin Fatin.Tentu saja ajaran pesantren masih melekat dalam dirinya.

"Itu bi, kurang tidur."

"Kalau kamu seperti itu terus, lebih baik kamu tidak usah jadi desainer. Kamu aku nikahan saja! Banyak teman Abi yang cari menantu perempuan."

"Abi.... Fatin masih mau berkarir. Nggak mau nikah di umur sekarang. Abi jangan bercanda dong."

"Kalau begitu, jangan diulang! Waktunya tidur, ya tidur."

"Iya Bi, ini aku ngebut soalnya hasilnya mau dipakai di event pameran muslim fashion di Dubai bulan depan."

"Apa? Kamu mau ke Dubai?"

"Iya, Abi."

"Ya sudah, Mini harus ikut!" Mini adalah bodyguard yang bertugas menjaga Fatin.

"Tapi Bi..."

"Berangkat dengan Mini atau tidak sama sekali?"

"Baiklah...baiklah..."

Fatin memilih menyetujui perintah Abinya daripada impiannya pergi ke Dubai harus ia musnahkan begitu saja.

Hari ini Fatin pergi ke pabrik tekstil yang tak lain adalah milik sepupunya sendiri yaitu Arya, putra dari Salman yang merupakan adik kembar Salwa. Seperti biasa, Fatin pergi ke sana diantar mini, supir yang sekaligus menjadi bodyguardnya. Ia belum boleh membawa mobil sendiri oleh Abinya. Dengan memakai kacamata favoritnya dan masker yang menutupi mulutnya, Fatin berjalan menuju kantor Arya yang berada di depan pabrik. Arya menjadi pengusaha tekstil menggantikan almarhum Kakeknya.

"Tunggulah di sini! Aku hanya akan menemui sepupuku!" Ujar Fatin kepada Mini.

"Baik Non!"

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikum salam.... Masuk!"

"Hai Bang..."

"Ya ampun dek... aku pikir tadi bukan kamu. Aku baru ngeh saat mendengar suaramu. Kenapa kamu memakai kacamata dan masker, hem?"

"Untuk menjaga privacyku. Lagian mataku seperti panda, beberapa hari ini aku kurang tidur. "

"Kamu jadi mau mengecek bahan yang kamu inginkan itu?"

"Jadi dong! Makanya aku langsung ke sini!"

"Kalau begitu, ayo ikut aku!"

Fatin berjalan berdampingan dengan Arya menuju gudang. Di sana banyak bahan tekstil yang tersedia. Fatin memilih sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Berapa desain yang akan kamu bawa nanti?"

"InsyaAllah tiga desain saja. Aku butuh model, tapi nanti biar aku hubungi pihak yang di sana saja. Agak ribet kalau bawa model dari sini."

"Kalau kamu mau buka kantor jangan lupa stok bahannya ambil dari sini."

"Sudah pasti itu, Bang. Do'akan saja!"

"Dek, sebenarnya gampang buat kamu membuka kantor dan mencari perusahaan yang mau bekerja sama denganmu. Abimu itu orang yang berpengaruh."

"Stop Bang! Aku ingin berusaha sendiri. Aku mau membuktikan dengan hasil kerja kerasku , dan aku yakin pasti bisa!"

"Ya ya.. Abang yakin kamu bisa."

"Nanti bahannya tolong segera kirim ke rumah ya? Totalnya aku transfer."

"Oke siap dek."

Fatin pun pamit untuk pulang. Namun saat di parkiran, sebuah mobil hampir saja menabraknya karena menghindari kucing yang lewat.

"Astagfirullah..." Ucap Fatin saat dirinya terjungkal dan kacamata yang ia pakai terlepas. Ia pun segera memakai kacamatanya kembali. Pemilik mobil pun turun dari mobil untuk menghampiri Fatin. Namun Mini sudah lebih dulu menghampirinya dan memapahnya untuk bangun.

"Kamu..."

Mini hendak memarahi orang tersebut, namun Fatin mencegahnya.

"Tapi Non..."

"Sst..jangan panggil aku Nona jika ada orang lain!" Bisik Fatin.

Lelaki tersebut membuka kacamatanya.

"Ganteng juga, astagfirullah jaga mata Fatin..." Batin Fatin.

"Maaf, aku tidak sengaja tadi. Ada kucing yang tiba-tiba lewat. Apa anda terluka?"

"Tidak, saya tidak apa-apa!"

"Sekali lagi saya minta maaf, Nona."

"Iya, saya maafkan."

"Ayo kita pergi!" Ajak Mini."

"Ah iya, ayo!"

Lelaki tersebut memperhatikan Fatin yang saat ini masuk ke mobilnya.

"Kalau dilihat dari mobilnya, sepertinya orang penting." Monolognya.

Setelah kepergian mobil Fatin, lelaki tersebut pun masuk ke dalam kantor Arya.

"Hai bro... lama tidak ke sini? Apa kamu butuh bahan?"

"Hem, iya... ada projek besar. Aku butuh dalam jumlah banyak."

"Siap bro."

"Bro yadi aku bertemu dengan seorang perempuan yang keluar dari sini. Siapa dia?"

"Mungkin yang dia maksud Fatin." Batin Arya.

"Seperti apa orangnya?"

Lelaki yang bernama Haikal itu pun menjelaskan kepada Arya.

"Oh... itu, biasa customer sepertimu." Ucap Arya. Ia berusaha menutupi identitas Fatin.

"Oh... sepertinya orang penting."

"Oya? Perasaanmu saja mungkin! Ayo segera pilih badan dan warnanya! Lupakan dulu orang penting itu!"

"Oh iya."

Sedangkan di dalam mobil, Fatin memijat pergelangan tangannya.

"Nona apa anda butuh je rumah sakit?"

"Tidak Mini, aku hanya keseleo. Nanti aku kasih salep di rumah juga bakal sembuh. Aku harus segera menyelesaikan desainku. Waktunya tinggal satu minggu lagi."

"Baik Nona."

Tidak lama,setelah Fatin sampai di rumah, bahan dari pabrik Arya pun tiba. Sementara memang pembuatan baju hasil desain Fatin dikerjakan di paviliun yang berada di samping rumahnya. Ada sekitar tiga orang penjahit terlatih yang digandeng Fatin. Ia sengaja mengambil tenaga dari orang yang kurang mampu dalam finansial namun memiliki kemampuan yang mumpuni agar bisa mensejahterakan mereka.

"Fatin, makan dulu baru kerja lagi!"

"Iya Bunda."

Ia pun mengikuti perkataan Sang Bunda. Sementara kedua adik Fatin, Winda dan Windi baru pulang sekolah pun ikut makan siang bersama. Abi Tristan masih di kantor dan makan siang di kantor.

Bersambung....

...****************...

Kita ambil cerita Fatin dulu ya Kak🤗

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Assalamu'alaikum , kak...
ap. kbr??
selesai bc raisya, tak. kira blm rilis novel lg... eh ternyata udah yg kelima aja..
hihiii
semangat, kakakquuu

2024-04-22

3

Sitti Tika

Sitti Tika

novel nya sangat menarik

2024-04-19

1

Kamiem sag

Kamiem sag

🙂

2024-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!