KEPERAWANAN 100 JUTA

Segerombolan ibu-ibu yang tadi bertemu Farhan memperhatikan Adeline dari jarak 50 meter. Mereka sama-sama memandang sinis ke arah Adeline yang sedang menyesap teh hangat nya dan mengunyah biskuit. Karena sejak ia mencoba alat tes kehamilan dan positif bergaris dua, ia tak pernah makan nasi. Hanya sayur dan di selingi roti serta buah.

"lihat itu, wanita ngga bener. Masa ia tinggal sama adik nya tapi bisa hamil" ucap seorang ibu yang bertubuh gempal.

"ihh mana tau aja itu bukan adik nya beneran. Siapa tau aja brondong yang di simpan nya" sahut ibu lainnya.

"iya ya jeng, duhh kok bisa sih pak lurah Nerima wanita ngga bener di daerah sini. Bisa-bisa citra wilayah adem ayem kita ini tercoreng"

"ayo kita usir ramai-ramai wanita jala*g itu"

ibu-ibu yang berjumlah lima orang itu pun langsung menghampiri Adeline dan menyenggol gelas Adeline hingga terjatuh dan pecah.

"aduh" pekik Adeline yang terkejut.

Dari jarak 100 meter, bersebrangan dengan rumah Adeline seseorang yang tengah bekerja memetik teh tak sengaja melihat itu. karena merasa ada yang aneh ia pun meletakkan keranjang teh nya dan berlari menuju rumah kepala desa.

"hei wanita ngga bener! Gara-gara kamu wilayah ini jadi tercoreng. Dasar perempuan mura*an. hamil tanpa suami" seru seorang ibu yang menjadi ketua tim.

"a-apa maksud ibu?"

"Halah pura-pura ngga tau lagi. Dasar sok alim, penampilan aja tertutup tapi yang bawah di umbar-umbar!"

"iya, pasti yang serumah sama kamu itu bukan adik kandung kamu kan tapi berondong yang memang sengaja kamu simpan untuk memuaskan na*su mu!"

"demi Allah Bu, Farhan adalah adik kandung saya. Ibu-ibu bisa tanya pada pak kepala desa"

"bohong!!!" seru seorang ibu yang bertubuh gempal. Ia bahkan menendang kerasa kursi yang di duduki oleh Adeline.

Kursi plastik itu pun sontak patah dan membuat Adeline terjatuh.

"aaaww..." ringis Adeline menyentuh perut nya yang terasa sakit.

"mbak Adel!" pekik sebuah suara ramai dari arah belakang.

Farhan langsung menggendong sang kakak dan membawa ke arah motor. Dengan di bonceng oleh Yoga, Adeline di bawa ke puskemas terdekat.

"ada apa ini ibu-ibu?" tanya pak lurah menatap tajam lima ibu-ibu yang hanya menunduk takut.

"ada masalah apa sampai ibu-ibu mengganggu mbak Adel?"

"jangan membela wanita mura*an itu pak. Dia itu cuma jadi sampa* di wilayah ini" seru seorang ibu dengan berani.

"darimana ibu tau kalo mbak Adel itu Mura*an? Ibu Marni pernah lihat mbak Adel memasukkan laki-laki ke dalam rumah?" tanya ibu-ibu yang tadi memanggil pak lurah.

"Halah, ngga perlu tau Ida. Bukti nya si Adel itu sekarang hamil tanpa suami!" sentak nya.

"mbak Adel hamil?" tanya pak lurah.

"iya pak lurah, apalagi namanya kalo bukan wanita mura*an jika hamil tanpa suami"

"jangan begitu ibu-ibu, siapa tau mbak Adel sudah menikah tapi masih LDR sama suami nya" ucap pak lurah bijak.

"daripada berprasangka buruk lebih baik kita tunggu mbak Adel kembali untuk menanyakan kejelasan nya"

akhirnya mereka pun menunggu Adeline di teras rumah nya. Karena keberadaan pak lurah akhirnya mau tak mau para ibu-ibu yang tadi melabrak Adeline pun membersihkan kekacauan tadi.

***

Deg.

Sadewa menyentuh dada nya yang tiba-tiba berdetak tak karuan.

"ada apa tuan? Apakah anda merasa sakit?" tanya Anton yang melihat bos nya meremat dad*.

Sadewa menggeleng, entah mengapa tiba-tiba ia teringat oleh gadis yang sudah tiga bulan lalu ia tiduri.

"berikan aku data mengenai gadis itu Ton" ucap Sadewa.

"gadis itu? Gadis mana bos?"

"kau lupa?" tanya Sadewa menatap tajam Anton.

Anton kemudian membelalak kan matanya kemudian berlari keluar dari ruangan Sadewa menuju ruangan nya sendiri. Tak lama ia kembali dengan membawa map berwarna kuning dan menyerah kan kepada bos nya.

"kau boleh keluar" perintah Sadewa pada Anton. Anton pun membungkuk hormat kemudian berlalu.

Setelah kepergian Anton, Sadewa meraih map kuning itu dan membuka isi nya. Tampak beberapa lembar kertas yang kemudian di baca dengan seksama oleh Sadewa.

"jadi usia gadis itu masih 21 tahun dan baru saja lulus kuliah. Tapi kenapa dia memanggil ku om? apakah wajah ku terlihat sangat tua?" tanya Sadewa pada dirinya sendiri.

"tapi kemana dia pergi jika setelah malam itu ia tak terlihat lagi di rumah nya. Bahkan nomor ponsel nya tak lagi aktif dan kartu pemberian ku tak pernah di pakai nya untuk menarik uang kecuali keesokan harinya. Kemana gadis itu pergi?"

"ah, lagipula apa peduli ku. Dia menjual dan aku membeli jadi seharusnya aku tak peduli" ucap Sadewa melempar kertas itu ke atas meja.

Tapi kemudian....

"tapi, kenapa setelah membaca laporan bahwa dia adalah gadis yang telah di sia-siakan oleh ayah nya yang tidak bertanggung jawab kenapa aku merasa sakit? Ia bahkan harus menjua* dirinya untuk melunasi hutang ayah nya. Biaya kuliah sendiri, pendidikan adik nya, belum lagi biaya kebutuhan. Kasihan sekali gadis ini" ucap Sadewa.

"tiba-tiba aku merindukan nya"

***

Adeline terbaring lemas di atas ranjang, beruntung tak terjadi apapun pada kandungannya. Karena janin dalam rahim nya cukup kuat. sementara Farhan melupakan sopan santun nya dan menatap tajam pada lima ibu-ibu yang kini menundukkan kepalanya.

"saya tidak mau tau, ibu-ibu semua harus membayar ganti rugi atas apa yang menimpa mbak Adel. Gara-gara ibu-ibu semua mbak saya hampir saja kehilangan anak nya. Apakah sebagai ibu kalian tak memiliki hati nurani sehingga berniat mencelakai kandungan seorang calon ibu??!!" sentak Farhan.

Pak kepala desa hanya diam saja, ia juga menyayangkan tindakan ibu-ibu itu yang di nilai cukup arogan. Sekarang bukan hanya pak kepala desa yang hadir tapi juga Bu kepala desa dan beberapa perangkat desa.

"ya kan kami tidak sengaja" elak salah satu ibu yang di ketahui Farhan bernama Narti.

"oh tidak sengaja? Tapi saya melihat bagaimana ibu ini menendang kursi yang di duduki mbak Adel sampai kursi itu patah dan mbak Adel terjatuh" ucap Farhan dengan pandangan yang mengintimidasi hingga membuat ibu Narti menelan ludah nya kasar.

"pak lurah, saya tidak terima dengan apa yang sudah di lakukan oleh ibu-ibu ini kepada mbak Adel. selama tinggal disini mbak Adel tidak pernah membuat masalah sedikit pun. Dan sekarang mendengar berita kehamilan mbak Adel ada yang merasa panas? Bahkan mengatai mbak Adel wanita murahan! Saya akan menunjukkan sesuatu kepada semua orang yang ada disini"

Farhan pun menuju lemari yang ada di kamar sang kakak kemudian mengambil sesuatu hingga membuat ibu-ibu itu gemetar ketakutan. Sementara Adeline yang lemas hanya menatap sayu ke arah adiknya.