Logan Ruiz, putra tunggal Darius Ruiz, marah besar ketika pria paruh baya yang ia hormati itu memutuskan menikah lagi. Ia bahkan membawa seorang wanita dan anak perempuannya ke Mansion Keluarga Ruiz. Logan berusaha menggagalkan rencana pernikahan itu dan mengajak anak perempuan wanita itu untuk bekerja sama. Namun, anak perempuan itu tak mau mengganggu kebahagiaan wanita yang sangat ia sayangi. Hingga akhirnya Logan menggunakan cara yang menurutnya paling ampuh, yakni menodai gadis itu dan mengaku di hadapan Darius Ruiz. Hal itu akan menggagalkan rencana pernikahan Ayahnya itu. Namun siapa yang menyangka jika Alina, nama gadis itu, memilih pergi agar pernikahan itu tetap berlangsung dan menutup rapat kejadian malam kelam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUTUH PELEPASAN
Acara resepsi pernikahan Darius dan Florence pun tiba. Meskipun tak besar dan mewah, tapi terlihat elegan. Darius juga mengundang beberapa rekan bisnis dan kerabatnya. Ia ingin Flo diakui oleh orang-orang sebagai istrinya.
“Ia tak datang?” Mata Flo melihat ke sekeliling, mencari seseorang yang sangat ia harapkan kehadirannya.
Darius menghela nafasnya pelan, “Ia akan datang, Flo. Tenang dan bersabarlah.”
Namun, keinginan Flo yang begitu besar agar Logan setidaknya menghadiri pernikahannya dengan Darius, membuat dirinya gelisah sendiri.
“Bagaimana kalau kita mengatakan saja semua kebenaran padanya? Ku rasa ia akan mengerti dan langsung menerima kehadiranmu,” ujar Darius.
“Jangan! Jika ia mengetahui hal itu, ia pasti akan semakin membenciku. Mommy macam apa aku yang memberikan bayinya begitu saja,” kata Flo.
Air mata mulai luruh sedikit di pipinya dan Darius yang menyadari itu pun langsung mengusapnya dengan ibu jarinya.
“Jangan menangis, nanti riasanmu akan luntur.”
“Bukankah kamu bilang kamu menggunakan jasa MUA yang mahal? Masa riasannya luntur?” tanya Flo yang sontak membuat Darius tertawa.
Melihat tawa Darius yang begitu candu bagi Flo, wanita itu pun ikut tertawa. Dari kejauhan, tampak Logan dan Vin berdiri menatap keduanya.
Mengapa Daddy bisa tertawa selepas itu dengannya? Bahkan dengan Mommy saja tak pernah. - batin Logan.
“Kamu bisa melihat betapa bahagianya Uncle, Log. Sebaiknya biarkan mereka bersama. Uncle juga membutuhkan seseorang untuk menemaninya di masa tua,” kata Vin yang berusaha membuat Ligan tidak emosi lagi yang sepertinya berdampak pada kesehatannya.
“Kita pulang, Vin,” ajak Logan.
“Pulang? Kita belum makan, Log!” Vin berdecak kesal. Padahal ia sudah membayangkan makan-makan di sana, bahkan ia sudah mengosongkan perutnya sejak pagi.
”Kita bisa makan di cafe nanti,” ujar Logan.
“Tapi Log, ini gratis.”
“Kamu itu seperti tidak punya uang saja, Vin. Ayo cepat! Aku tak suka berlama-lama di sini.”
“Ishhh kamu ini, kalau ada yang gratis, kenapa harus bayar,” gerutu Vin, tapi akhirnya kakinya pun melangkah mengikuti kepergian Logan.
**
Logan datang ke acara pernikahan kedua Dad Darius, bukan karena ingin melihat keduanya, meski sebenarnya ia ingin membatalkan pernikahan itu jika ia bisa. Namun, ia yakin semua terlambat. Jika ia memaksa membatalkannya, tentu akan berdampak pada nama baik Keluarga Besar Ruiz.
Yang ingin dicari oleh Logan sebenarnya adalah Alina, tapi ia sama sekali tak menemukan wanita itu. Ya, Alina kini sudah menjadi aeorang wanita karena dirinya lah yang mengambil kegadisannya secara paksa.
“Di mana dia? Aku tak melihatnya sama sekali,” gumam Logan yang masih dapat didengar oleh Vin yang kini tengah duduk di sofa tepat di sebelah Logan, sambil memainkan ponselnya.
“Siapa yang kamu cari, Log?”
“Wanita itu tak ada di sana, Vin,” kata Logan tanpa sadar.
Jadi sejak tadi ia mencari gadis itu? - batin Vin.
“Apa yang ingin kamu bicarakan dengannya, Log. Aku rasa tak ada yang bisa kamu katakan padanya lagi. Ia sama sekali tak mengindahkan permintaanmu,” kata Vin.
Logan menghembuskan nafasnya kasar. Kepalanya terus saja memikirkan Alina, putri dari wanita bernama Florence.
Sementara itu di tempat lain, Alina memindahkan isi kopernya ke dalam sebuah lemari yang terbuat dari kayu. Ia merapikan semua pakaiannya karena ia akan tinggal di sana untuk setahun ke depan.
Tokk tokkk tokk …
Belum selesai Alina merapikan semuanya, terdengar pintu rumahnya diketul oleh seseorang. Alina pun berjalan ke depan kemudian membukakan pintu.
“Halo!” tampak seorang pria tersenyum di hadapannya sambil membawa sebuah kotak makanan di tangannya.
“Halo,” balas Alina dengan tersenyum.
Degggg
Jantung pria itu langsung berdetak dengan cepat ketika melihat senyuman Alina. Ia yang awalnya ingin berkenalan dan memberikan makanan yang dibuat langsung oleh Grandma-nya pun kini hanya diam terpaku.
“Apa ada sesuatu?” tanya Alina karena melihat pria di hadapannya ini hanya tersenyum dan melamun.
“Ehhh … ini,” pria itu memberikan sebuah kotak makan berwarna biru yang ia bawa, “Grandma dan aku mengucapkan selamat datang di desa kami. Senang berkenalan denganmu. Kami tinggal di sebelah dan ingin mengundangmu untuk makan malam bersama kami.”
Alina kembali tersenyum, ia merasa senang karena ia bertemu dengan orang baik padahal belum ada satu hari ia di sana.
“Terima kasih banyak, Tuan,” kata Alina.
“Panggil aku Carlos,” Carlos mengusap telapak tangannya terlebih dahulu ke kemeja yang ia gunakan, baru ia menyodorkan tangannya pada Alina.
“Alina,” Alina menyambut tangan tersebut, membuat jantung Carlos berdetak lebih cepat lagi.
“Nanti malam, mampirlah ke rumah. Kami menunggumu untuk makan malam,” kata Carlos.
Alina yang tak enak hati karena telah disambut pun akhirnya menganggukkan kepalanya, “baiklah, aku akan datang.”
Senyum Carlos langsung mengembang di wajah tampan khas pria Amerika Selatan. Ia menganggukkan kepalanya kemudian berlalu untuk kembali ke rumah yang berada persis di sebelah rumah Alina.
Carlos kembali ke rumah sambil bersenandung. Hatinya merasa sangat bahagia. Grandma Beatrice yang sedang berada di ruang tamu, duduk sambil memainkan benang-benang miliknya dan menjadikannya sebuah sweater.
“Kamu terlihat bahagia sekali, Carl,” kata Beatrice.
“Alina akan datang nanti malam, Granny.”
“Alina?”
“Tetangga baru kita,” jawab Carlos, masih dengan senyum yang menetap di wajahnya. Hal itu membuat Beatrice menggelengkan kepalanya karena melihat sikap Carlos yang tak seperti biasanya.
“Granny akan memasak enak untuk nanti malam, Carl.”
“Thank you, Granny,” Carlos memeluk Beatrice kemudian pergi ke belakang rumah mereka di mana ia memiliki peternakan kecil.
**
“Bruce, apa dia sudah masuk ke dalam perangkap yang kita siapkan?” tanya Logan. Karena tak bisa tidur, akhirnya Logan pergi ke markas Z untuk menemui tangan kanannya yang ia minta untuk mengawasi Delano, kakak dari Dad Darius.
“Hampir, Tuan.”
Logan menghela nafasnya pelan. Ia tahu bahwa kakak dari Dad Darius itu berusaha bermain aman dengan melakukan semua kecurangannya dengan hati-hati.
“Ia melakukan semuanya dengan rapi dan tidak terburu-buru. Sepertinya ia juga tahu kalau ia sedang diawasi,” ujar Bruce.
“Bagaimana bisa?”
“Sepertinya ia memiliki orang dalam yang juga bekerja bersama kita,” jawab Bruce.
“Periksa semuanya, Bruce. Aku tak mau sampai ia melakukan manipulasi dan kita kembali kecolongan.”
“Saya akan pastikan ia tak bisa melakukan hal itu lagi, Tuan. Saya akan menambah jumlah orang yang mengawasinya,” kata Bruce.
“Hmm … aku serahkan padamu, Bruce.”
Logan keluar dari markas Z setelah berbicara dengan Bruce, sekaligus melihat beberapa rekaman CCTV yang memperlihatkan bagaimana Delano bekerja.
“Sepertinya aku butuh pelepasan!”
🌹🌹🌹
Karyanya bagus alurnya thorr💞🙏🏻