NovelToon NovelToon
My Little Badgirl

My Little Badgirl

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Mafia / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Icut Manis

Krystal Berliana Zourist, si badgirl bermasalah dengan sejuta kejutan dalam hidupnya yang ia sebut dengan istilah kesialan. Salah satu kesialan yang paling mengejutkan dalam hidupnya adalah terpaksa menikah di usia 18 tahun dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya.

Kesialan dalam hidupnya berlanjut ketika ia juga harus di tendang masuk ke Cakrawala High School - sekolah dengan asrama di dalamnya. Dan di tempat itu lah, kisah Krystal yang sesungguhnya baru di mulai.

Bersama cowok tampan berwajah triplek, si kulkas berjalan, si ketua osis menyebalkan. Namun dengan sejuta pesona yang memikat. Dan yang lucunya adalah suami sah Krystal. Devano Sebastian Harvey, putra tunggal dari seorang mafia blasteran Italia.

Wah, bagaimana kisah selanjutnya antara Krystal dan Devano.

Yuk ikuti kisahnya.

Jangan lupa Like, Komen, Subscribe, Vote, dan Hadiah biar Author tambah semangat.

Salam dari Author. 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 22 : KEKALUTAN DEVANO

 Dalam sekejap Cakrawala High School di buat heboh dengan berita hilangnya Krystal. Mengabaikan hujan yang terus turun dengan deras, serta penerangan yang seadanya semua orang bahu membahu mencari keberadaan Krystal di setiap sudut sekolah.

 Bagaimana tidak panik, yang hilang ini adalah istrinya. Jika sampai Krystal tidak di temukan malam ini, maka sudah di pastikan semua penghuni Cakrawala akan terkena masalah.

 Zoey sudah menghubungi Devano menggunakan ponsel Krystal, karena ia tidak mempunyai nomor ponsel Devano. Beruntungnya ada dua sahabat Krystal di sini, mereka mengetahui sandi ponsel Krystal. Mungkin sekarang Devano sedang dalam perjalanan kembali ke Cakrawala High School.

 Listrik tidak padam dari pusat PLN, melainkan sengaja di padamkan, ada orang yang dengan sengaja memutus aliran listrik Cakrawala. Sekarang pihak sekolah sudah memanggil petugas PLN untuk memperbaikinya. Sehingga tidak butuh waktu lama listrik kembali menyala. Bertepatan dengan empat mobil Ferrari terlihat memasuki perkarangan Cakrawala High School dengan kecepatan penuh.

 Itu Devano bersama ketiga sahabatnya.

 Seketika aura di sekitar langsung berubah penuh ketegangan. Devano terlihat turun dari mobil dengan wajah dingin namun penuh dengan intimidasi yang menyeramkan. Langkahnya begitu gagah dan tegas, rahang kokohnya terlihat mengetat, dan jangan lupakan urat-urat tangannya yang terlihat karena jarinya yang terkepal kuat.

 "Cari setiap sudut Cakrawala! Jangan ada yang berhenti sebelum Krystal di temukan!" Perintah Devano.

 Egois? Terserah! Devano tidak peduli dengan siapapun. Yang ingin dilihatnya malam ini hanyalah Krystal baik-baik saja.

 Langkah Devano dan Rangga langsung menuju ke arah control CCTV, sementara Iqbal dan Dimas ikut menyebar bersama yang lain. Cakrawala High School ini sangat besar dan luas, sehingga memakan waktu lama untuk mencari ke setiap sudutnya.

 "Ini rekaman CCTV terakhir setelah itu listrik padam dan CCT berhenti beroperasi." Ujar pengurus kontrol CCTV.

 Semua CCTV Cakrawala High School ini adalah CCTV WIFI, sehingga jika listrik padam maka CCTV juga sudah pasti akan berhenti merekam.

 Bukan hanya ada Devano dan Rangga di sini, tapi Carletta, Sasa dan Zoey juga. Mata mereka berlima fokus pada beberapa layar yang memperlihatkan pergerakan Krystal di setiap menitnya.

 Layar pertama bagian asrama putri, lantai 3, lorong pertama. Di kamar Krystal dan Zoey berada. Terlihat Krystal keluar dari kamar dan menggedor-gedor pintu kamar Zoey beberapa detik sebelum akhirnya Zoey keluar dan merea berjalan meninggalkan lorong asrama.

 Layar kedua bagian koridor sekolah bagian luar untuk menuju ke kantin. Krystal terlihat berlari mengejar Zoey.

 Layar ketiga bagian area kantin yang terlihat ramai dengan siswa-siswi lain yang juga akan makan malam. Terlihat Krystal duduk di pojokan meja kantin, sembari menunggu Zoey yang tengah memesan makanan. Dari sana pergerakan Krystal sudah cukup aneh, gadis itu terlihat mencengkram kepalanya, sebelum akhirnya berlari meninggalkan kantin.

 Layar keempat, lorong utama Cakrawala High School Krystal terlihat jalan terseok-seok berpegangan pada tembok. Jantung Devano berdetak cepat, ketika melihat Krystal berulang kali itu terjatuh dan meringkuk kesakitan di lantai.

 Saat Krystal mencoba bangkit kesekian kalinya. Listrik padam dan CCTV berhenti beroperasi.

 BRAK!

 "BANGSAT!!"

 Jangan bayangkan bagaimana wajah Devano sekarang. Devano kalut, khawatir namun juga di dominasi dengan rasa marah dan emosi yang besar.

 Jangankan orang lain, Rangga saja yang karakternya sebelas dua belas dengan Devano tidak akan berani angkat suara jika Devano suah seperti ini. Mengenal Devano sejak kecil membuatnya sedikit banyaknya paham sisi tempramen dalam diri Devano. Terutama jika miliknya sudah di usik. Devano paling tidak suka jika ada yang menyenggol ketenangan hidupnya.

 Entah apa yang terjadi nanti jika sampai terjadi sesuatu yang buruk benar-benar terjadi pada Krystal. Jika Dilan akan membakar sekolah untuk Milea yang di tampar. Devano mungkin akan membakar dunia dan seisinya jika sampai Krystal kenapa-napa. Devano jelas punya kuasa untuk melakukannya. Tolong jangan lupakan fakta bahwa dalam tubuh Devano mengalir darah Darrelian Harvey---Mafia Kelas Tinggi yang bahkan di takuti di dunia karena kekejamannya. Dan sedikit banyaknya, Devano punya jiwa kejam itu.

 CLEK!

 Pintu ruangan terbuka. Dimas masuk tergesa-gesa.

 "Dev! Iqbal nemuin Krystal tenggelam di dalam kolam renang utama Cakrawala." Ucap Dimas cepat.

 "Fuck!"

 Pantas Krystal tidak terliha di sekitar Cakrawala High School. Lokasi kolam renang utama itu berada terpisah dari gedung sekolah utama. Kolam itu jarang di gunakan untuk pelajaran olah raga. Kolam itu khusus di pergunakan untuk lomba apabila Cakrawala High School yang jadi tuan rumah. Dan biasanya area itu terkunci. Kenapa Krystal bisa sampai ke sana?

 Informasi yang Dimas bawa benar-benat membuat darah Devano mendidih mendengarnya.

 Layaknya orang kesetanan Devano berlari menuju area kolam renang yang ada di bagian belakang sekolah. Sampai di sana Devano sudah melihat beberapa orang berkerumunan di dekat tribun bagian bawah, karena hanya bagian itu yang masih ada atap untuk berteduh. Berlari dengan muka datar namun dengan kekhawatiran yang sangat besar di dada atas apa yang mata elangnya lihat dari kejauhan, diantara kaki orang-orang itu. Krystal tergeletak tidak sadarkan diri dengan Iqbal yang berusaha melakukan CPR dengan menekan-nekan bagian tengah dada Krystal.

 "MINGGIR!! ISTRI GUE BISA KEHABISAN NAFAS!!"

 Kerumunan itu tersentak kaget akan bentakan keras Devano tersebut. Devano itu menyeruak pada kerumunan yang tanpa di minta juga sudah memberikan ruang untuk Devano.

 Jantungnya berhenti berdetak beberapa saat. Emosinya meluap di gantikan dengan rasa khawatir yang semakin membakar dada melihat kondisi Krystal yang tergelak dengan tubuh bahas, wajah yang pucat dan beberapa luka lebam di sana. Bibir istrinya bahkan sudah membiru.

 Ya Tuhan, sudah berapa lama istrinya berada di dalam kolam.

 "Krystal!!"

 Iqbal memberikan ruang pada Devano. Tangannya yang gemetar menggantikan Iqbal yang melakukan CPR, namun tak kunjung ada reaksi dari Krystal. Menekan dada, bahkan memberikan nafas buatan. Nafas Devano kian memburu karena rasa takut.

 "Dev, tenang. Jangan panik. Lakuin pelan-pelan." Rangga yang melihat Devano sudah begitu kalut, mencoba untuk menenangkan.

 Sementara semua orang yang ada di sana terpaku melihat air mata Devano yang menetes seiring Devano melakukan CPR pada Krystal. Pertama kalinya, mereka melihat Devano sepanik, sekhawatir dan setakut ini. Dan pertama kalinya Devano menangis.

 Selang beberapa menit kemudian...

 Uhuk! Uhuk! Uhuk!

 Krystal terbatuk menyemburkan air dalam mulutnya. Nafas istrinya itu memburu, mulutnya masih terpejam, namun tubuhnya menggigil. Dengan cepat Devano bawa tubuh itu ke dalam pelukannya. Mendekapnya serat, menyalurkan rasa hangat tubuhnya pada Krystal.

 "Dev! Dingin." Krystal meracau. Bibirnya mengigil, namun matanya tetap terpejam.

 "Suttt! Iya, i'm here." Bisik Devano lembut.

 Mengabaikan pandangan semua orang. Devano menggendong Krystal menuju kamarnya. Setelah memerintahkan Iqbal untuk memanggil Dokter.

 Kerumunan satu persatu mulai bubar. Mata Carletta tanpa sengaja menangkap sesuatu di dasar kolam.

 Sebuah ponsel?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

 Di dalam kamar VVIP devano ini sekarang Krystal di baringkan. Iqbal sudah kembali dengan Dokter Winda---Dokter pribadi Cakrawala High School yang bekerja juga di Cakrawala's Hospital yang lokasinya bersebelahan dengan sekolah ini. Selain itu Dokter Winda juga merupakan Dokter kepercayaan keluarga Harvey sejak bertahun-tahun.

 "Bagaimana?" Tanya Devano datar.

 Dokter Winda menghela nafas perlahan. Sudah terbiasa dengan sikap kelewat datar putra keturunan Harvey ini.

 "Seperti yang terlihat. Krystal punya trauma yang sangat besar terhadap hujan. Trauma yang tidak bisa disepelekan sebenarnya. Karena akan berefek pada kepalanya yang terus berdenyut sakit."

 "Lebam-lebam di wajahnya apa karena kedinginan, Dok?" Tanya Sasa.

 Dokter Winda menggeleng.

 "Bukan. Krystal di pukuli benda tumpul, mungkin saja balok atau semacamnya. Tidak sekali, tapi beberapa kali. Saya rasa Krystal sempat melakukan perlawanan, terbukti dar memar pada tangannya."

 Mata semua orang tertuju pada pergelangan kanan Krystal yang memang membiru.

 "Dia cukup pintar mempertahankan kesadarannya di tengah perlawanan melawan rasa trauma dan serangan dari lawan. Dan saya rasa ketika di lempar ke kolam renang, dia masih sadar dan mencoba bertahan. Karena umumnya manusia bisa bertahan ketika tenggelam dalam kondisi tidak sadarkan diri itu hanya 4-6 menit. Sementara Krystal sudah terhitung 15 menit sejak hilang. Kehilangan kesadaran beberapa menit sebelum di temukan."

 Penjelasan Dokter Winda itu benar-benar membuat darah Devano semakin mendidih, rasanya ia sangat ingin membunuh seseorang sekarang. Tidak bisa Devano bayangkan jika tadi Iqbal terlambat sedetik saja. Mungkin ia akan kehilangan Krystal untuk selamanya.

 "Tapi Krystal nggak papa kan, Dok?" Tanya Iqbal ikut khawatir.

 "Dia akan segera sadar dan membaik."

 Dan jawaban itu sungguh sangat melegakan mereka semua. Dokter Winda lalu pamit, diantarkan oleh Iqbal.

 Pinta kamar kembali terbuka, mengundang perhatian semua orang di dalam kamar itu termasuk Devano. Memperlihatkan sosok Carletta yang masuk dengan wajah sangat datar. Lalu melempar ponsel di tangannya ke atas ranjang.

 "Ini bukan punya Krystal. Gue nemuin ini di dasar kolam tenpat Krystal tenggelam." Ujar Carletta tak kalah datar dengan wajahnya.

 "Rangga! Kumpulin semua orang di Aula!" Perintah Devano tegas.

 Rangga mengangguk, lalu keluar dari kamar bersama Dimas. Iqbal yang baru kembali ikut mengekor melihat wajah tegang teman-temannya.

 "Titip Krystal. Kalau di bangun, kabari gue." Titah dingin pada tiga gadis itu.

 Cup!

 Mengecup kening istrinya singkat, Devano berlalu pergi. Tidak lupa dengan ponsel yang Carletta bawa tadi.

 Zoey menghela nafas, lalu duduk di samping ranjang sembari menatap sendu ke arah Krystal yang terbaring lemah.

 "Sorry, Krys. Andaikan gue tahu lo trauma hujan. Gue mungkin nggak akan ninggalin lo sendiri." Lirih Zoey.

 "Udahlah bukan salah lo juga. Dia emang selalu kayak gini kalau udah hujan." Carletta menyahut datar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

 Suasana Aula Cakrawala High School sekarang sangat mencekam. Sudah pukul 22.00 malam, harusnya siswa-siswi sudah beristirahat di kamar masing-masing. Mereka pikir setelah Krystal di temukan, mereka akan lepas dari amukan Devano. Namun, mereka salah saat Iqbal mengumumkan pakai pengeras suara tadi untuk semua orang berkumpul di Aula.

 Semakin berubah tegang saat Devano masuk dengan aura di sekitarnya yang mencekam. Terlihat berdiri di sana, berdampingan dengan Rangga, Dimas dan Iqbal.

 Devano mengedarkan pandangannya ke sekitar membuat semua orang di dalam Aula ini menunduk takut.

 "YANG MERASA DI TANGAN GUE INI ADALAH PONSELNYA, SILAHKAN MAJU!" Suara keras Devano menggelegar di dalam Aula.

 Perkataan Devano lantas saja membuat semua orang saling berbisik satu sama lain dan membuat Aula itu berubah sedikit heboh.

 "Kalau nggak ada yang maju. Gue pastikan kalian semua mulai malam ini, nggak akan tenang bersekolah di sini." Sambung Devano dingin.

 Tetap tidak ada yang bergeming. Hanya sesekali terdengar suara ricuh beberapa orang, mendesak untuk ada yang segera mengaku.

 Panik? Ya iyalah, berurusan dengan Devano itu sama saja berurusan dengan malaikat maut.

 "GUE TANYA SEKALI LAGI INI PONSEL SIAPA?! JANGAN SAMPAI GUE YANG TURUN TANGAN BUAT PERIKSA!" Bentak Devano keras dan mengejutkan semua orang.

 PRANG!

 Ponsel itu sudah pecah berderai di lantai karena di lempar kuat oleh Devano. Sekarang, wajah Devano berkali-kali lipat lebih menyeramkan. Bahkan guru-guru saja tida ada yang berani untuk buka suara. Mereka cukup mengenal bagaimana tabiat Devano ini. Terlebih di sekolah ini, Devano lah penguasanya. Jangankan siswa, guru saja ia pecat jika tidak becus dalam mengajar. Karena Cakrawala High School ini adalah salah satu aset Daddy Darrelian Harvey yang akan di wariskan pada Devano.

 Selang beberapa saat...

 "Gue! Itu ponsel gue." Sebuah suara terdengar setelahnya, mengundang perhatian semua orang tanpa terkecuali.

 Metta, ya dia adalah Metta. Gadis itu dengan ragu mengacungkan tangannya. Membuat Lenna yang berdiri di sampingnya ikut menoleh pada gadis itu.

 Metta menatap ponselnya yang sudah tidak berbentuk di lantai.

 "I...itu ponsel gue, Dev. Ta...tapi ponsel itu emang hilang tadi. L..lo dapat dimana?" Cicit Metta.

 "Lo mau tahu gue dapat dimana? Kolam, dimana Krystal nyaris mati!" Suara dingin Devano membuat Metta semakin meremas piyamanya.

 Degh!

 Jantung Metta seakan berhenti berdetak.

 "Tapi bukan gue yang nyelakain Krystal, Dev." Cicit Metta.

 "Apa gue terlihat seperti orang yang akan mempercayai ucapan lo?" Devano bersuara rendah, membawa langkahnya mendekat pada Metta yang berdiri gemetar.

 "Dev, gue berani bersumpah. Gue emang nggak suka sama dia, tapi bukan gue berarti akan ngelakuin tindakan kriminal kayak gini. Apalagi sampai bawa-bawa nyawa. Ponsel gue emang hilang saat lampu tiba-tiba padam. Tapi gue nggak tahu kenapa bisa sampai ke situ. Please percaya sama gue, Dev." Ujar Metta melakukan pembelaan. Suaranya berubah bergetar ketakutan.

 Siapa yang tidak akan takut jika berurusan dengan Devano? Apalagi ini bukan masalah kecil. Ini menyangkut nyawa istri Devano yang nyaris saja mati malam ini.

 "Bawa dia!" Devano tetap datar. Tidak peduli.

 Metta panik ketika Dimas dan Iqbal berjalan mendekat ke arahnya.

 "NGGAK! DEV, GUE NGGAK SALAH!! DEVANO!!" Jerit Metta nyaring.

 Metta mulai menangis histeris, berjongkok mempertaruhkan posisinya.

 "Gue nggak salah, Bal. Hiks... gue nggak ngelakuin apapun! Please percaya sama gue!! Devano!!"

 Kasihan. Jujur Iqbal kasihan melihat bagaimana cara Matte menangis. Gadis ini benar-benar ketakutan.

 "Ta, buat ini jadi cepat. Jangan mempermalukan diri lo sendiri." Iqbal mencoba meraih tangan Metta, tapi di tepis oleh Metta.

 "Gue nggak peduli, Bal! Gue udah terlanjur malu sejak tadi siang! Dan sekarang gue di fitnah nyelakain Krystal. Gue bersumpah bukan gue orangnya! Dev, hikss..." Metta menangis pilu.

 Di hadapan mereka semua bukan lagi Metta dengan wajah angkuh, yang selalu mengangkat dagu jika berbicara dengan orang lain. Yang ada sekarang hanyalah Metta yang terlihat menyedihkan dengan air mata yang tidak putus membasahi pipinya, meraung penuh pengampunan di kaki Devano. Yang sama sekali tidak mendapatkan gubrisan apapun dari siempunya, kecuali menyentak tangan Metta yang menyentuh kakinya hingga gadis itu tersungkur.

 "Dev! Metta belum tentu bersalah. Lo nggak punya bukti nuduh dia kayak gini." Lenna akhirnya angkat suara, menghampiri Devano dengan tergesa-gesa. Seskali melirik prihatin pada Metta yang menangis pilu di sana.

 "Hentikan ini, Dev! Gue yakin Metta nggak akan mungkin ngelakuin hal buruk ini ke Krystal! Gue mohon." Lirih Lenna.

 "Keyakinan lo nggak membuktikan apapun. Dan lo bilang apa tadi, bukti? Ponsel dia di sana udah cukup jadi bukti buat gue." Devano menatap dingin pada Lenna yang memohon.

 "Dev, gue tahu lo khawatir sama Krystal. Tapi nggak gini caranya. Krystal juga sekarang baik-baik aja, kan? Jadi rasanya nggak ada hal yang harus di besar-besarkan." Seru Lenna mencoba memberikan pengertian.

 Namun sayang, hal itu justru dia tangkap berbeda oleh Devano dan cukup menguasai emosi dalam dirinya.

 Hening sesaat. Lenna mematung mendapati tatapan tajam Devano. Apa ia sudah salah bicara.

 "Apa lo bilang?! Istri gue nyaris mati karena bermenit-menit bertahan kedinginan di dalam kolam sebelum akhirnya tenggelam! Lo bilang dia baik-baik aja?!" Desis Devano tajam.

 "Dev, maksud gue bukan..."

 "DIA NGGAK BAIK-BAIK AJA, BANGSAT!" Bentakan keras Devano itu membuat Lenna mematung. Begitupun dengan semua orang di dalam Aula tersebut.

 "Dengar gue baik-baik! Nggak peduli sekecil apapun goresan lukanya, kalau itu menyangkut Krystal akan jadi masalah besar untuk gue! Dan lo nggak ada hal untuk mengukur rasa khawatir gue!"

 "Sebesar itu rasa lo untuk Krystal?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Lenna, matanya tak putus menatap mata Devano yang begitu tajam ke arahnya.

 "Lebih besar dari angka beasiswa lo!" Dan ucapan Devano kali ini sangat membuat Lenna tertampar akan hal itu.

 "Dev! Krystal sudah sadar!" Lapor Zoey yang baru datang dengan nafas terengah.

 Devano meninggalkan Aula tanpa lagi menoleh. Tanpa lagi menghiraukan seseorang mungkin saja telah ia hancurkan hatinya.

 Sementara Dimas dan Iqbal yang memang di tugaskan oleh Devano untuk mengurus Metta, menuntun gadis itu yang masih menangis.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

 Hujan masih turun dengan deras. Dan itu sudah seperti mimpi buruk untuk Krystal. Tubuh Krystal masih bergetar ketakutan, bergerak dengan gelisah dan sesekali merintih kesakitan.

 Devano sama sekali tidak melepaskan pelukannya dari Krystal. Devano tidak ingin Krystal merasa sendiri dalam menghadapi rasa takutnya, ia akan selalu ada untuk istrinya.

 Kamar VVIP ini hanya tersisa mereka berdua saja. Sementara yang lain sudah kembali ke kamar masing-masing. Begitu pun dengan Carletta dan Sasa yang akan menginap di kamar Krystal.

 Beberapa menit berlalu, Krystal terkulai di lengan kekarnya. Tangannya bergerak mengusap wajah Krystal yang di penuhi dengan keringat. Mata Krystal masih terbuka lemah, membalas tatapan mata lekat Devano.

 "Krystal nggak suka hujan, Dev." Lirih Krystal lemah, air mata mengalir di kedua sudut matanya.

 Devano mengulurkan tangannya mengelus lembut pipi Krystal. Lalu mengecup singkat bibir pucat istrinya itu.

 "Aku di sini. Jangan takut. Jangan kayak gitu lagi, hm? Jangan buat aku khawatir." Di genggamnya tangan mungil itu dan di kecupnya lembut.

 "Tidurlah lagi." Bisik Devano dan mengeratkan pelukannya.

1
Iki Agustina
Kenapa belum up laginka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!