Patah hati saat mengetahui kenyataan kekasihnya menikahi perempuan lain yang sudah dihamilinya. Membuat Elena terpaksa menerima lamaran seorang lelaki yang jauh dari impiannya selama ini. Hal ini terpaksa dia lakukan demi menutupi rasa malu kedua orang tuanya karena undangan pernikahannya yang sudah tersebar.
Diliputi rasa sedih, akhirnya kini dia sah menjadi istri Anggara seorang lelaki yang usahanya sedang bangkrut, dan terkenal dingin juga arogan.
Menikah tanpa cinta dengan kondisi ekonominya yang sulit ditambah sikap arogan dan dingin suaminya, sungguh merupakan tantangan berat baginya. Namun tekatnya yang ingin mempertanggung jawabkan keputusan yang telah diambil dan hanya ingin menikah sekali seumur hidup membuatnya harus bertahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan situasi ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jesi Jasinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Penyesalan Andrea
"Tidak Andrea, aku tak lagi percaya kepadamu, aku sudah tahu semuanya,' ujar Nina penuh emosi.
Aku memeluk Nina dan memohon, bahkan aku sempat menangis kemudian memohon ampun agar dia membatalkan niatnya menarik semua asetku dan keluargaku.
Ibu, ayah dan Ziya adikku juga berusaha membujuk Nina, namun entah mengapa, dia sama sekali tak bergeming.
"Tolonglah Nina, jangan tinggalkan Andrea, dia sangat mencintaimu dan tak mungkin dia hidup tanpamu," ucap ibuku dengan air mata berderai.
Nina malah tertawa mendengar ucapan ibu. Dia sama sekali tidak percaya ucapan kami. Dia tahu kami bohong, bukan kami tak mampu hidup tanpa dirinya melainkan tak mampu hidup tanpa uangnya, begitu ucapnya lantang sambil tersenyum sinis.
"Ingat Nina ini masalah sepele, hanya karena Andrea salah bicara, dia sudah minta maaf. Masa begitu saja kamu tidak mau memaafkannya. Jangan seenaknya saja minta cerai dan melawan suami, dosa kamu," ujar ayahku. Dia mendekati Nina, mencoba menasehatinya.
Menurut ayah menikah sebaiknya dilakukan hanya sekali seumur hidup, bercerai dengan alasan hanya suami salah bicara tidaklah benar. Apalagi Nina saat ini sedang hamil, akan banyak prasangka buruk dari masyarakat jika menyaksikan wanita hamil tanpa suami. Apalagi orang tuanya tak pernah setuju dia menikah. Siapa nanti yang akan membantu persalinan dan mengurus bayinya. Sedangkan kami semua dirumah ini akan rela mengurus dan menyayangi bayinya setelah lahir nanti. Jadi Nina bisa bekerja dengan tenang, karena buah hatinya dalam kondisi aman.
Mendengar nasihat ayah, awalnya aku merasa yakin kalau Nina akan luluh dan tak jadi menarik asetku. Tapi ternyata Nina tetap kekeh pada pendiriannya. Menurutnya dia sudah menyelidiki semuanya hingga dia sudah tahu niatku. Wanita itu lalu pergi dari hadapanku dan keluargaku tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Hari ini Nina menghentikan tranferan uang ke rekening Ziya untuk biaya kuliah. Akhirnya Zia berteriak memarahiku, karena ulahku kuliah Ziya terancam Droup out. Akhirnya dia meminta aku untuk membiayai kuliahnya. Begitupun ibu dan ayah yang sekarang menggantungkan hidupnya kepadaku karena biaya hidup dari Nina dihentikan.
Aku terpaksa menyetujui untuk menanggung biaya mereka semua kerena aku tahu itu adalah tanggung jawabku.
Saat ini aku harus mengeluarkan uang banyak setiap harinya karena adik dan keluargaku sudah terbiasa bergaya hidup mewah. Apalagi mereka tidak tahu bagaimana sulitnya mencari nafkah. Yang mereka tahu hanya memghabiskan uang untuk membeli segala sesuatu yang engga penting.
"Ibu, ayah dan kamu Ziya, tolong jangan menghamburkan uang terus, belajar berhematlah kalian. Kasihani aku, sekarang usahaku profitnya lagi menurun. Kalau kalian terus saja boros begini, bisa-bisa aku bangkrut. Belum lagi aku harus menyicil hutangku pada Nina. Kalau aku telat mengangsur hutangku pada Nina dia mengancam akan menarik semua aset milikku bu, yah," ujarku sedih.
Aku bersyukur, berkat negosiasi yang aku lakukan pada Nina. Dia tidak jadi menarik kembali kucuran dana yang sudah dia tranfer ke perusahaan untuk menambah modal.. Namun dia memintaku untuk memcicil saja beserta membayar bunganya sesuai dengan bunga bank.
Tentu saja aku setuju karena tak ada pilihan lain. Setelah semua yang aku lakukan, banyak sekali penyesalan yang aku rasakan. Andai dulu aku bersungguh-sungguh berhubungan dengan Elena, tetap setia kepadanya. Mungkin sekarang gaya hidup kedua orangtuaku tidak berlebihan seperti ini. Ternyata kedatangan Nina dalam hidupku berpengaruh buruk pada prilaku adikku dan kedua orang tuaku. Mereka sudah biasa hidup gelamor karena dukungan dana dari Nina yang selalu memanjakannya. Mereka tidak pernah tahu kalau uang yang selalu Nina kasih dicatat dan dihitung sebagai hutang.
Bodohnya aku, aku menandatanganinya, aku lupa kapan aku menandatanganinya. Yang jelas beberapa kali Nina memintaku untuk menandatangani kertas kosong dengan alasan dia akan mengajukan peminjaman dana ke perusahaan ayahnya.
Hari ini aku hanya termenung diruang kerjaku. Rasanya aku malas sekali, tak ada semangat untuk melakukan apapun. Anehnya dalam kondisi begini, wajah Elena terus terbayang dipelupuk mataku. Rasa bersalah terus mengganggu fikiranku.
Kring!...kring!
Aku melirik ponselku ingin tahu siapa yang menelponku. Jauh didasar hatiku yang paling dalam, aku berharap Elenalah yang menelponku dan mengajakku untuk melanjutkan rencana pernikahan karena undangan sudah terlanjur tersebar dan kedua orangtuanya tidak mau menanggung malu.
"Andrea jangan lupa hari ini waktumu untuk membayar angsuran karena hari ini adalah tanggal jatuh temponya. Awas jangan telat lagi atau aku sita semua aset diperusahaanmu. Hari ini aku kedokter untuk periksa kandungan, jangan lupa biayanya kamu tranfers sekalian"
Ternyata Nina yang menghubungiku, biasanya pengacaranya yang menghubungiku jika ada keterlambatan bayar. Namun kali ini Nina sendiri yang menghubungiku. Mungkin karena dia ingin kedokter, akhir-akhir ini Nina selalu datang kedokter sendirian. Bahkan waktu aku mau ikut dia sama sekali tak mau mengajakku dengan alasan aku harus fokus pada pekerjaanku.
Baru saja aku meletakkan ponselku setelah menerima telepon dari Nina, ternyata ponselku berdering kembali. Kali ini dari Roky sahabatku yang juga mantan asisten Anggara yang telah menghianati bosnya.
"Hallo Andrea, bagaimana kabarmu, kenapa kamu enggak bilang kalau kamu sudah putus sama Elena. Kalau kamu ngomong kan aku bisa dekati dia. Dari dulu aku tuh naksir dia, tapi karena dia sudah jadi pacarmu ya aku tidak mau jadi pagar makan tanaman," ucapnya diseberang sana.
Aku hanya diam dan berfikir, apa maksud Roky berbicara demikian, apa yang terjadi. Ternyata Elena memang gadis istimewa terbukti banyak yang menginginkannya. Tapi kenapa aku justru menduakannya dengan Nina, sungguh penyesalan tak akan pernah merubah keadaan.
"Gara-gara kamu putus sama Elena tak kabat-kabar. Kini aku keduluan Anggara, dia sudah menyebar undangan pernikahannya dengan Elena. Keterlaluan kamu, kalau sudah tak suka dengan kekasihmu apa susahnya kamu kasih ke aku. Ini malah Anggara si bangkrut itu yang akan jadi suaminya"
Ucapan kesal Roky tak lagi aku tanggapi. Mendengar kekasihku tercintaku akan menikah dengan pria lain, aku benar-benar shock. Aku seolah tak lagi sanggup bernafas, keringat dingin langsung mengalir diseluruh tubuhku. Badanku langsung terasa lemas. Telepon dari Roky aku putus sepihak.
Ku cari nama Elena dikontakku dan langsung menghubunginya. Sudah beberapa kali aku melakukan panggilan, namun Elena tak juga mengangkatnya, sekarang dia justru menekan tombol tolak. Wanita itu menolak bicara denganku, sebenci itukah dia padaku.
Entah rasa penasaran yang begitu dalam atau rasa cemburu karena cintaku yang begitu besar pada Elena. Pada akhirnya aku memutuskan untuk mendatangi rumahnya. Aku ingin kembali meminta maaf padanya, pada kedua orangtuanya. Aku masih berharap bisa menggagalkan pernikahan Elena dengan lelaki arogan bernama Anggara
Aku segera merai kunci mobil, dompet dan ponselku, berlari menuju parkiran. Tak perduli beberapa pasang mata tengah memperhatikanku.
Kulajukan mobilku dengan kecepatan maksimal menuju rumah Elena. Tak terfikirkan lagi olehku akan bahaya yang mengancam akibat lajunya kecepatan mobil yang sedang aku kendarai. Yang ada dalam fikiranku hanyalah secepatnya sampai dirumah Elena untuk kembali meminta maaf dan mengutarakan segala keinginanku.
POV Andrea end
********
.
dan andrea segera mampus
buktiin jhon kamu lelaki yang tepat 💪