Rahasia With Ipar

Happy reading....

Pagi hari Amanda sudah siap untuk pulang ke rumah orang tuanya, dan saat di meja makan dia melihat ke arah Fitri. "Dek, kamu mau ikut Kakak pulang nggak?" tanya Amanda.

"Enggak dulu deh Kak, Kakak duluan aja. Lagi pula kalau kita sama-sama pulang, siapa yang akan mengurusi suamiku?" jawab Fitri.

Amanda mengangguk paham, dan setelah sarapan dia diantar oleh suaminya untuk pulang. Kebetulan orang tua Amanda ada di Bogor, sedangkan dia tinggal di Jakarta bersama dengan suaminya.

Selama dalam perjalanan Amanda tidak banyak bicara, dia lebih banyak diam sambil menatap ke arah jalanan yang terlihat ramai dengan terik matahari.

Kemudian Amanda ingat tentang sapu tangannya ia temukan di dalam tas kerja milik suaminya, lalu Amanda menggeser duduknya menghadap ke arah Darius.

"Mas, ada sesuatu hal yang ingin aku tanyakan sama kamu?"

"Apa itu, sayang?" Darius menatap sekilas ke arah Amanda, kemudian fokus kembali menyetir.

"Kemarin saat aku mau ngambil pulpen di tas kerja kamu, aku tidak sengaja menemukan sebuah sapu tangan berwarna pink, itu punya siapa ya, Mas? Setahuku kamu tidak mempunyai sapu tangan itu deh, dan lagi pula, kamu jarang memakai sapu tangan bukan? Kamu lebih suka memakai tisu." Amanda melihat dengan tatapan menyipit ke arah Darius.

Pria itu terlihat begitu kaget saat mendengar pertanyaan Amanda, wajahnya seketika gugup, namun dengan cepat dinetralkan kembali.

"Sapu tangan? Masa sih, sayang?" tanya Darius yang seakan tidak percaya dengan ucapan Amanda.

"Serius, ngapain aku bohong. Sebentar! Kayaknya aku bawa deh di tas." Lalu Amanda pun merogoh sesuatu di tasnya, dan benar saja sapu tangan itu selalu ia bawa kemanapun, karena Amanda ingin menanyakannya kepada Darius.

"Ini sapu tangannya, Mas," ucap Amanda.

Mobil mengerem karena lampu merah, dan seketika Darius langsung merebut sapu tangan itu dari tangan Amanda. Dan melihat hal tersebut, tentu saja membuat Amanda sangat heran.

Dia melihat adanya kepanikan di raut wajah milik suaminya, namun dengan cepat pria tersebut mengganti mimik wajahnya menjadi biasa kembali.

"Itu milik siapa, Mas?" tanya Amanda terus menatap dengan mengintimidasi.

"Entahlah, aku lupa. Mungkin saja milik rekan kerja aku," jawab Darius.

Namun, entah kenapa Amanda tidak percaya. "Yakin, itu punya rekan kerjamu, Mas? Kamu benar-benar tidak main api kan di belakang aku?"

Mendengar ucapan istrinya, Darius benar-benar jengah, kemudian dia membuang nafasnya dengan kasar lalu menatap tajam ke arah Amanda.

"Bisa nggak sih, sehari saja kamu tidak berpikir yang negatif kepada diriku! Aku kan sudah bilang, mungkin saja itu punya rekan kerjaku. Aku pun tidak ingat. Kenapa kamu selalu mencurigaiku? Seharusnya sebagai seorang istri, kamu itu percaya padaku, bukannya malah bernegatif thinking seperti itu!" marah Darius.

Wajahnya terlihat begitu kesal, bahkan Amanda sedikit kaget saat melihat reaksi suaminya. Pasalnya selama 5 tahun mereka menikah, baru kali ini Darius berbicara dengan intonasi yang cukup tinggi kepada dirinya.

"Mas, kamu memarahiku?" Amanda berkata dengan nada tak percaya.

"Terserah! Aku benar-benar lelah ya dengan sikap negatif thinking kamu itu. Sepertinya benar deh, kalau kamu itu harus liburan, biar otak kamu fresh. Makanya jangan kebanyakan nonton film Indosiram, jadinya otak kamu dicuci! Banyakin itu berbisnis jangan bacain novel yang nggak jelas!" Darius berkata dengan nada yang ketus.

Sementara Amanda hanya diam saja. Dia segera menegakkan tubuhnya kembali menatap ke arah samping, wanita itu tidak mengangkat bicara kembali, sebab dia tidak mau adanya perdebatan antara mereka berdua.

Mungkin memang benar apa yang Darius katakan, jika dirinya sudah sangat keterlaluan, selalu saja bernegatif thinking. Tapi apa salahnya Amanda, jika dia menanyakan tentang sapu tangan tersebut. Karena wajar saja, seorang Istri menanyakan sebuah barang yang tidak pernah suaminya miliki.

Wajar jika seorang istri merasa curiga, dia hanya takut jika nanti suaminya bermain api di belakang, apakah itu salah?

Setelah menempuh perjalanan 2 jam setengah, mereka pun sampai di rumah orang tua Amanda, kemudian keduanya turun dan langsung menuju pintu lalu mengetuknya.

"Amanda!" kaget tante Anjani, mamanya Amanda, saat melihat putrinya pulang.

Melihat kehadiran sang ibu di hadapannya, Amanda langsung memeluk tubuh sang mama. Dia begitu merindukan wanita itu.

"Amanda sangat merindukan, Mama."

"Mama juga sangat merindukan kamu Nak, ayo masuk!"

Darius mencium tangan mertuanya, kemudian mereka pun masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu, sementara pembantu membuatkan minuman.

"Papah ke mana, Mah?" tanya Amanda saat melihat tidak ada papanya di sana.

"Biasa, papa kamu lagi ngurusin kerjaan. Kalian ke sini berdua aja? Haris sama Fitri tidak ikut?" tanya Tante Anjani.

"Tidak Mah, cuma Amanda aja. Dan kebetulan nanti Amanda akan menginap di sini beberapa hari." Wanita itu menyandarkan kepalanya di bahu sang mama.

"Oh ya. Wah! Mama senang sekali Nak, kamu sudah lama tidak pulang ke sini. Mama pikir, kamu sudah melupakan kami?"

Mendengar itu Amanda langsung menatap ke arah mamanya, kemudian dia pun berkata, "Mana mungkin Amanda melupakan Mama dan papa? Kalian kan orang tua Amanda. Maaf ya, akhir-akhir Ini Amanda sibuk, karena lagi program hamil juga."

Mendengar itu tante Anjani mengangguk paham, "Bagaimana kabar kalian, baikkan? Rumah tangga kalian adem ayem kan?" tanya Tante Anjani sambil menatap ke arah Amanda dan juga Darius bergantian.

"Alhamdulillah Ma, rumah tangga kami biasa, langgeng. Oh iya, tapi Darius nggak bisa lama-lama ya, soalnya nanti mau ada meeting nih. Jadi Darius harus kembali lagi ke Jakarta."

"Secepat itu, Mas?" tanya Amanda, dan Darius hanya menganggukkan kepalanya saja.

Setelah meminum minuman yang dibawakan oleh pelayan, Darius pun pamit diantar oleh tante Anjani dan juga Amanda sampai luar.

Sejujurnya wanita itu merasa sedih saat melihat kepergian suaminya, apalagi terakhir dibarengi ol3h perdebatan di dalam mobil, dan wajah sendunya terlihat oleh tante Anjani.

Dia menatap ke arah Amanda yang terus saja melihat ke arah mobil Darius yang sudah hilang di balik pagar, kemudian wanita itu mengusap bahu Amanda dengan lembut.

"Ada apa, sayang? Apa rumah tanggamu baik-baik saja? Apakah ada masalah?" tanya Tante Anjani.

Amanda menggeleng dengan pelan, kemudian dia memeluk tubuh sang Mama. "Tidak. Amanda hanya merindukan Mama kok. Sudah lama Amanda tidak memeluk tubuh yang selama ini menemani Amanda dari kecil, asanya aku sangat merindukan kasih sayang Mama," ucap Amanda dengan sedih.

Tante Anjani paham jika ada sebuah luka yang disembunyikan oleh putrinya, kemudian mereka berjalan masuk menuju kamar Amanda.

Suasana di sana bahkan tidak pernah berubah, cat-nya bahkan tidak pernah diganti. Amanda begitu merindukan kamarnya, di mana dari SMP menghabiskan waktu di dalam kamar. Karena Amanda bukan tipe wanita yang suka keluyuran.

"Ada apa, sayang? Apa kamu sama Darius bertengkar?" Tante Anjani duduk di sebelah Amanda sambil membawa kepala anaknya untuk tidur di atas pangkuannya.

Satu tangannya mengusap kepala Amanda dengan lembut, membuat wanita itu hanya bisa memejamkan mata, dan buliran bening jatuh tanpa bisa ia tahan.

Amanda tidak bisa menjelaskan rasa sesak di dadanya saat mengingat Darius memarahinya di dalam mobil, karena itu baru pertama kali dilakukan oleh pria tersebut, dan rasanya begitu sangat menyakitkan.

"Mas Darius, Mah. Entah kenapa, aku merasa ada yang aneh dengannya," ucap Amanda sambil terus tiduran di pangkuan sang mama.

BERSAMBUNG.....