Kinanti Amelia, remaja pintar yang terpaksa harus pindah sekolah karena mengikuti ayahnya.
Ia masuk ke sekolah terbaik dengan tingkat kenakalan remaja yang cukup tinggi.
Di sekolah barunya ia berusaha menghindari segala macam urusan dengan anak-anak nakal agar bisa lulus dan mendapatkan beasiswa. Namun takdir mempertemukan Kinanti dengan Bad Boy sekolah bernama Kalantara Aksa Yudhstira.
Berbekal rahasia Kinanti, Kalantara memaksa Kinanti untuk membantunya belajar agar tidak dipindahkan keluar negeri oleh orang tuanya.
Akankah Kala berhasil memaksa Kinan untuk membantunya?
Rahasia apa yang digunakan Kala agar Kinan mengikuti keinginanya?
ig: Naya_handa , fb: naya handa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa lalu
“Aku minta maaf,” ucap Kinanti seraya memberikan ponsel Demian pada pemiliknya.
Ia merasa sangat bersalah karena telah menjatuhkan ponsel mahal itu. Beruntung tidak terjadi apa-apa pada ponsel itu, meski terlempar cukup jauh.
“Bukan salahmu.” Demian mengambil alih ponselnya.
“Udah kamu masukkan nomor ponselmu?” lanjut Demian.
“Sudah.” Angguk Kinanti dengan perasaan tidak nyaman.
“Baiklah, nanti aku akan menghubungimu.” Tandas Demian sebelum kemudian pergi meninggalkan Kinanti yang mematung di tempatnya.
Kinanti hanya mengangguk. Ia bisa melihat, begitu banyak pasang mata yang menatapnya dengan kesal. Gadis bernama Freanata juga menghampirinya, menatapnya beberapa saat sebelum kemudian berlalu dan sengaja mengenakan bahunya ke bahu Kinanti. Kerlingan matanya bahkan begitu mengintimidasi.
“Akh.” Kinanti mengaduh kesakitan.
“Makanya, jangan sok kecakepan. Lo cuma remahan di sini. Jangan mancing Frea buat nginjek lo.” Ucap teman Frea seraya tersenyum sinis pada Kinanti.
Kinanti tidak menimpali, ia masih berusaha memahami, kesalahan apa yang ia buat sebenarnya hingga hal semacam ini terjadi di hari pertamanya.
*****
Di bangku penonton lapangan basket saat ini Kinanti berada. Ia masih membaca silabus kiriman dari Demian sementara Riko bermain basket bersama teman-temannya.
“Anak baru?” tanya salah satu lawan Riko. Ia memperhatikan Kinanti dari kejauhan. Diantara banyaknya siswi di sekolah ini, baru satu orang ini yang ia lihat wajahnya sangat polos tanpa riasan apapun.
“Anak kucing.” Timpal Riko, asal. Ia mengeker bola dari tempatnya sebelum melakukan long shoot dan masuk!
“Wwuuuuuhhhh Rikooooo, aku padamu.” Seru para gadis di pinggir lapangan.
Rupanya Riko memiliki banyak fans dan suara sorakan itu membuat Kinanti menoleh. Ia ikut bertepuk tangan beberapa saat untuk menyemangati teman barunya yang langsung akrab ini.
Tanpa sengaja, ia juga melihat Kala yang berjalan melewati lapangan basket. Remaja itu sudah memakai jaket kulitnya dan membawa helm di tangannya.
“Mau kemana dia? Ini kan baru jam istirahat kedua?” Kinanti melihat jam di tangannya. Masih satu jam pelajaran lagi sebelum mereka boleh pulang.
“Gak usah diliatin. Nanti kamu sakit mata.” Ucap Riko yang tiba-tiba sudah duduk di samping Kinanti. Ia meneguk minumannya hingga habis setengahnya.
“Kenapa mereka bermusuhan??” Kinanti bertanya dengan penasaran.
Ia masih mengingat tatapan tajam antara Kala dan Demian, yang seperti sebilah pedang yang saling melukai satu sama lain.
"Siapa?" Riko pura-pura tidak tahu.
"Jangan pura-pura. Aku yakin kamu melihatnya. Apalagi kamu udah lama di sekolah ini." Kinanti menyenggol lengan Riko dengan kesal.
Riko hanya tersenyum kecil. Ia jadi teringat kejadian heboh yang membuat dua orang itu baku hantam di rooftop sekolah. Keduanya sampai berdarah-darah di hidung dan bibir juga pelipis.
“Dulu mereka sahabat.” Ucap Riko tiba-tiba.
“Oh ya?” Kinanti menoleh dengan penasaran.
Riko mengacak rambutnya yang basah, melap keringatnya dengan handuk kecil, juga memakai kembali seragamnya sebelum menjawab pertanyaan Kinanti. Setelah rapi ia duduk kembali.
“Ya, sahabat dekat.” Riko menengadahkan kepalanya menatap langit biru yang cerah. Matanya sedikit memincing karena silau. Kedua tangannya menjadi tumpuan bagi tubuhnya yang sedikit terlentang.
“Terus, sekarang kenapa mereka musuhan?” Kinanti semakin penasaran.
Riko menoleh, lantas tersenyum kecil.
“Rasa penasaranmu terlalu tinggi.” Decik Riko dengan senyum meledek.
“Tentu aku penasaran karena kejadian tadi berhubungan denganku. Maksudku, aku ada di sana.” Kinanti mencoba menjelaskan.
“Ya, ya aku paham. Apalagi kamu udah di tandain sama Frea.”
“Frea? Menandaiku?” Kinanti menunjuk hidungnya sendiri.
Riko hanya menoleh, tidak menjawab.
“Kenapa?” Kinanti jadi tidak sabaran.
“Dulu itu, Demian sama Kala sahabatan. Dari sejak mereka SMP. Dimana ada Kala, di situ ada Demian. Mereka itu sahabat gak terpisahkan, udah kayak saudara kandung. Dua-duanya terkenal di sekolah ini. Masalah pelajaran, dua orang ini jagonya. Kalau nggak Kala, ya Demian yang jadi juara kelas. Gitu aja terus sampe tahu bulat gak jadi dadakan lagi.”
“Rikoo, kok gak serius sih.” Kinanti mengkerut kesal.
“Hahahaha ... habis itu muka kamu kepo banget. Kayak ibu komplek lagi nunggu gosip di tukang sayur. Nghaaaaa....” Riko mencontohkan ekspresi Kinanti yang menganga, gagal terkontrol.
“Ish, jelek banget aku ya.” Kinanti baru sadar.
“Hahahaha ... ya udah aku lanjutin ceritanya.” Riko menghela nafasnya dalam lalu menghembuskannya. Ia pun menegakkan tubuhnya.
“Satu tahun lalu, orang tua Kala berpisah. Sidang perceraiannya cukup ramai karena sampai dimuat di media. Mereka saling tuntut bukan hanya karena masalah harta gono gini tapi juga masalah hak asuh anak dan tuntutan lainnya.”
“Kala gak terpuruk dengan hal itu. Dia masih datang ke sekolah seperti biasanya. Demian bahkan menyemangati Kala agar tidak menyerah dengan kondisi keluarganya. Sampai kemudian, satu bulan setelah orang tua Kala bercerai, muncul kabar kalau Papahnya Kala akan menikah lagi. Dan kamu tau siapa yang dinikahi papahnya Kala?”
Kinanti menggeleng.
“Ibunya Demian. Dia, yang jadi selingkuhan papahnya Kala selama enam bulan dan menjadi alasan kenapa orang tua Kala bercerai.”
"Beneran?" Kinanti benar-benar berekspresi mirip ibu-ibu kompleks.
“Iya, makanya, sampai sekarang mereka jadi musuh bebuyutan. Kala selalu mengganggu apapun yang dilakukan oleh Demian karena dianggapnya Demian sudah menganggu ketenangan keluarganya. Termasuk saat Demian mendekati kamu. Baginya, itu salah satu cara untuk dia mengganggu ketenangan Demian.”
“Tragis bukan?”
Kinanti hanya bisa mengangguk lemah. Rasanya ia mulai paham apa yang membuat Kala begitu ingin mengganggu Demian. Tapi kenapa ia harus terlibat? Bisakah ia mundur satu langkah dan tidak melibatkan diri?
****