inilah kisah cinta perjalanan rumah tanggaku. yang awalnya begitu sangat indah dan sempurna di mataku kini berubah menjadi malapetaka. kehadiran mertuaku yang mendambakan sosok seorang cucu membuatku harus menerima cacian dan makian tiap harinya.
Hingga pada saat titik di mana mertuaku terus mendesak suamiku harus menikah lagi demi mendapatkan seorang keturunan. Hancur sudah hati yang selama ini aku jaga, hancur sudah rumah tangga yang di bangun kokoh dengan cinta karena kehadiran seorang wanita yang akan menjadi istri dari suamiku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Pagi harinya Maharani yang sudah selesai membuat sarapan pagi, kini telah duduk di kursi makan menanti sepasang pengantin baru. Namun sudah satu jam berlalu penantian Maharani tak kunjung ada.
"Jangan menunggu Agam dan Arini. Mereka sedang berusaha membuat cucu untukku." Ucap Ramayani sambil duduk di kursi meja makan. Ramayani langsung mengambil sarapan dan menyantapnya dengan senyuman tipis yang seakan mengejek pada Maharani.
"Agam sudah jatuh cinta pada Arini. Buktinya tadi subuh Arini sampai meminta obat kuat padaku. Mereka sedang melakukan olahraga dari malam hingga pagi." Perkataan Ramayani mampu membakar perasaan Maharani.
Maharani mengepalkan kedua tangganya saat ibu mertuanya terus saja memanasih dirinya. Dan selalu berkata jika Agam sangat ketagihan dengan tubuh Arini dan bahkan tidak segan-sengan Ramayani memperlihatkan foto Agam yang saat ini tegah membaringkan kepalanya tepat di antara kedua gunung kembar milik Arini. Ya, Arini sengaja mengirim gambar itu pada ibu mertuanya, agar memperlihatkan pada Maharani.
Maharani meninggalkan sarapannya yang sama sekali belum ia sentuh.
Maharani memilih pergi keluar dari rumah untuk menjernihkan pikirannya. Karena jika terus berada di dalam rumah, yang ada malah Maharani akan makan hati dan mungkin saja akan mati karena sakit hati.
"Dia." Ucap Bastian yang tanpa sengaja melihat Maharani dari balik kemudi mobilnya. Bastian langsung menghentikan mobilnya dan segera turun dari mobil.
"Hey, kau." Panggil Bastian. "Kau kenal aku kan? Aku." Bastian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku Bastian, yang membawamu ke rumah sakit malam itu."
Maharani tersenyum karena sudah mengingat sosok pria yang saat ini sedang berada di hadapanya.
"Kau ingin kemana? Biar aku yang antar."
"Maaf karena aku lupa menghubungimu. Oh ya, boleh minta nomer rekening mu? Aku ingin mengembalikan uang yang aku pinjam malam itu."
"Ngak usah. Aku ikhlas kok." Tolak Bastian yang memang uang segitu tidak berarti baginya.
"Tapi.."
"Bagaimana jika kau menemaniku makan. Aku anggap kita impas dan utangmu padaku lunas." Ajak Bastian membuat Maharani berpikir sejenak dan mengiyakan permintaan Bastian.
••••
Sudah satu bulan lamanya pernikahan Arini dan Agam berlangsung. Dan juga sudah satu bulan lamanya hubungan Agam dan Maharani semakin renggang. Entah apa yang di berikan Arini pada Agam sehingga membuat Agam tidak pernah lagi meminta jatah malam pada Maharani. Agam hanya masuk ke dalam kamar jika ingin mengambil baju dan sedikit mengobrol dengan Maharani bertanya seputar kesehatan tidak lebih dari itu. Sosok Agam yang dulunya hangat pada dirinya kini perlahan mulai hilang, apalagi semenjak Arini mengatakan jika dirinya menganduk anak Agam. Perubahan derastis pun terjadi. Ramayani yang semulah memang benci kini menjadi semakin membenci Maharani. Arini yang memang menganggap Maharani sebagai saingan kini memaikan perannya dengan baik, terus saja memberi hasutan pada Agam agar menjauh dari Maharani. Dan Agam, orang yang dulunya selalu memihak pada Maharani kini telah berubah, Agam seperti tidak pernah menganggap Maharani sama sekali.
Berbeda dengan bi Sri, dia selalu saja ada dan memberikan ketenangan dan kekuatan pada Maharani agar bisa tegar menghadapi cobaan rumah tangga yang tak kunjung ada ujungnya.
"Mas, baby kita pengen makan buah naga." Kata Arini dengan nada suara yang di buat-buat manja.
"Tunggu, aku suruh bi Sri membelinya."
"Ngak mas. Baby maunya kalau kamu mas yang beliin."
"Yah udah kalau gitu aku pergi bentar, tunggu yah sayang." Kata Agam sambil mengusap perut Arini yang masih terlihat rata.
Dan tanpa Agam sadari Maharani melihat kemesrahan antaran Agam dan juga Arini. Air mata kembali jatuh melihat pria yang begitu sangat mencintainya dulu dengan sangat cepat berpaling.
"Yang sabar nyonya. Bibi doain kelak nyonya juga akan merasakan mengandung."
"Aamiin. Makasih bi." Kata Maharani sambil mengusap air mata di pipinya. Lalu Maharani membawakan jus apel pada Arini yang memang sejak tadi ia minta
"Kenapa kau lama sekali? Aku menyuruhmu membuat jus, bukan memetik buahnya di kebun." Kesal Arini karena apa yang di nantikan terasa lama.
"Arini, sebaiknya ibu hamil tidak boleh banyak teriak dan marah. Karena itu akan berpengaruh buruk pada janinmu."
"Kau bilang apa?" Sentak Arini.
"Hey, kau tahu apa tentang bayi? Kau saja wanita mandul yang belum pernah merasakan hamil. Enak saja memberikan masukan pada menantuku." Timpal Ramayani yang entah dari mana datangnya tiba-tiba berdiri tepat di belakang Maharani.
"Aku membacanya bu."
'Hahahahahahah' Ramayani tertawa mengejek.
"Tidak usah belajar membaca seputar ibu hamil. Karena kau tidak akan merasakan hamil dan mengandung. Ingat, kau itu wanita mandu."
"Ibu." Teriak Maharani tidak terima dengan perkataan Ramayani yang selalu saja mengatakan jika dirinya wanita mandul.
"Apa kau mau membantah? Lihat Arini, baru sebulan lebih menikah tapi dia sudah mengandung, tapi kau? Hahahahha sudah lima tahun lebih tapi sampai sekarang belum ada. Jadi apa namanya jika bukan mandu? Ha?
Plakkkkk.....
Arini menampar sendiri pipinya
"Auhhh sakit.." Kata Arini sambil memengang pipinya. Membuat Ramayani dan Maharani serentak kaget dengan apa yang barusan Arini lakukan.
"Arini..." Teriak Agam yang baru saja masuk. Dan kini Ramayani mengerti dengan sandiwara yang telah di lakukan oleh Arini.
Begitu sangat hebat Arini memainkan perannya, dengan sangat totalitas dan bahkan rela menyakiti dirinya sendiri.
"Apa yang terjadi?" Tanya Agam.
"Maharani marah mas dia menamparku. Maraharani marah karena aku lebih dulu hamil di banding dia mas." Bohong Arini dengan air mata buaya yang jatuh membasahi pipinya.
"Maharani...." Teriak Agam menggema mengisi ruangan dengan lantang. Untuk pertama kalinya dalam lima tahun ini, Agam teriak memanggil namanya dengan nada yang emosi.
"Mas. Bukan aku tapi Arini sendiri."
Bukannya mendengar penjelasan Maharani. Agam justru menarik lengan Maharani membawanya mengikuti langkah kakinya.
"Mas lepaskan. Sakit mas.."
"Mas.. Lenganku sakit mas."
Sreetttt tubuh Maharani di hempaskan di lantai kamarnya.
"Jangan pernah ganggu bayiku Maharani."
Duarrrrr......
Jantung Maharani seperti sedang tertusuk tombak. Pria yang ada di hadapannya ini benar-benar percaya dengan apa yang Arini katakan di banding harus mendengar penjelasan darinya.
"Kau percaya itu mas? Kau percaya Arini ketimbang aku yang sudah lebih dari lima tahun bersama mu? Kau percaya dia mas?"
"Aku tahu kau cemburu Maharani. Tapi tolong, jangan sakiti bayi yang Arini kandung. Bayi itu tidak memiliki salah sama sekali."
"Tega kau mas Agam. Tega."
aduh...
tolong perbaiki lagi dan cari info lagi jangan asal nulis GK tau hukum bisa juga ntar orang pada meniru saat hamil di nikahi
kecuali author GK usah pakai ijab Kabul
mungkin beda tanggapan ku