NovelToon NovelToon
Gara-gara Mantan

Gara-gara Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Berbaikan
Popularitas:59.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: nenah adja

"Dasar brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi. Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."

"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya. Sebelah tangannya memegang kantung kresek, sebelah lagi memasukan gorengan ke dalam mulutnya.

"Kadal burik," jawab Kanya asal.

"Kadal pake segala di sumpahin, ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Berani

Alan berjalan di atas pasir, dimana ombak mendekat lalu membasahi kakinya. Saat desiran ombak kecil itu datang tubuhnya terasa sedikit bergerak terbawa arus, meski tidak terlalu kuat.

Alan menatapi kakinya yang penuh dengan pasir, lalu menghela nafasnya. Semuanya sudah selesai. Tepat saat perceraiannya dan Sonya selesai, pekerjaannya juga selesai. Sekarang dia bahkan bisa bernafas lega setelah lima tahun menyesakkan, dan menekan itu.

Kini Alan sedang menikmati kesepian dan kesendiriannya. Sudah dua minggu Alan meninggalkan Jakarta, dan pergi menjauh dari kesibukan yang selama ini mengalihkan pikirannya. Pergi meninggalkan orang tuanya yang hingga kini nampak benci padanya, bahkan meski dia sudah memberikan kepemilikan bengkel dan rumah. Apalagi Adisti yang masih tak menerima pernikahan Rio dan Sonya.

Tapi tak masalah, bagi Alan semua perasaan tentang orang tuanya sudah terasa dingin. Dan dia tak mau lagi ambil pusing. Alan tak memutuskan hubungan dengan mereka. Hanya enggan menghubungi lebih dulu. Mulai sekarang dia hanya akan memikirkan dirinya sendiri. Alan juga menjual rumahnya di Jakarta dan beberapa asetnya, hingga tak meninggalkan apapun yang tersisa.

Dia benar-benar akan memulai segalanya dari awal, dari nol.

Alan merogoh sakunya saat merasakan ponselnya bergetar, lalu menerima panggilan tersebut.

"Hallo, Sam?"

"Hallo, Pak. Apa kabar?"

"Yang pasti aku masih hidup, Sam." Alan terkekeh.

"Harus dong, Pak. Bapak gak boleh nyerah gitu aja." Saat Alan pergi, Samuel lah yang paling khawatir padanya. Melihat Alan yang sering melamun, yang Samuel takutkan adalah dia mati bunuh diri, karena putus asa. Bagaimana pun Alan sudah putus cinta, bahkan hampir putus hubungan dengan keluarganya. Meski Samuel mendukung sikap tegas Alan pada keluarganya, tetap saja, ada pepatah bilang: Darah lebih kental dari air. Jadi seperti apapun mereka, mereka tetaplah keluarga Alan.

"Gimana sama bisnisnya, Pak. Saya sudah boleh ikut?"

"Aku bahkan baru dua minggu berhenti, dan kamu sudah tanya kerjaan."

"Saya gak sabar jadi sekretaris bapak lagi."

"Aku masih belum berencana bekerja, Sam. Lagi pula aku mungkin tidak akan bisa menggajimu seperti pekerjaan kamu yang sekarang. Sudah bagus kamu disana saja."

"Saya lebih nyaman sama Pak Alan. Lagi pula saya yakin di tangan Pak Alan, usaha apapun akan sukses."

Alan hanya tersenyum.

"Aku kabari kalau aku sukses, sebelum itu jangan ikuti aku." Alan mematikan teleponnya, lalu kembali melangkahkan kakinya menyusuri pantai, hingga tanpa terasa hari sudah sore. Alan pun memutuskan kembali ke penginapan.

Dalam perjalanan ke penginapan Alan mengunjungi sebuah restoran untuk membeli makanan, bertepatan dengan itu beberapa orang berpakaian kantoran memasuki restoran.

"Gak sempet masak, beli aja." beberapa orang nampak berbincang.

"Iya, pulang kerja kan, capek," ujar satunya menanggapi.

Melihat itu Alan mengingat Kanya yang juga mungkin baru pulang bekerja. Mantan kekasihnya itu biasa membeli makanan jika dia sedang malas memasak sepulang kerja. Jadi Alan memutuskan memesan satu paket lengkap lainnya untuk dia berikan pada Kanya.

Setelah pesanan selesai, Alan memacu mobilnya untuk ke rumah Kanya. Melihat motor Kanya sudah berada di pelataran rumah, Alan segera turun dan mengetuk pintu. Tanpa menunggu Kanya muncul Alan segera pergi setelah meletakan makanan di atas meja teras.

Saat Kanya muncul, Alan hanya memperhatikan dari tempatnya bersembunyi. Melihat Kanya membawa kotak makanannya masuk, Alan tersenyum puas.

Baru melihat Kanya dari jauh saja, Alan sudah cukup senang. Apalagi saat dia bisa bertemu lagi dari dekat dengan Kanya. Hanya saja Alan juga memikirkan janjinya untuk tak mengganggu Kanya lagi, dia bahkan tak berani tinggal di rumahnya sendiri, yang bersebelahan dengan rumah Kanya. Dia memilih menginap di penginapan kecil agar tak terlalu mencolok. Dua minggu lalu setelah tiba, Alan hanya bisa melihat Kanya dari jauh, tanpa berani mendekat. Baginya melihat Kanya dari jarak ini saja sudah cukup. Setiap hari Alan akan berdiri dari tempatnya sekarang untuk memperhatikan Kanya. Alan bisa melakukannya berjam-jam hanya demi melihatnya keluar dari rumah, atau sekedar membuang sampah. Lagi pula Alan juga tak memiliki kegiatan apapun. Dia pengangguran sekarang.

Setelah beberapa saat berdiri disana Alan kembali ke penginapan.

Suasana malam tak membuat Alan memejam, pria itu akan diam dengan memandang wajah Kanya di ponselnya, setelah merasa matanya lelah, barulah dia tertidur.

"Bu Kanya, ada kiriman makan siang." Kanya yang sedang berkutat dengan pekerjaannya mendongak, saat seorang OB menghampirinya.

"Saya, gak pesen."

"Saya, gak tahu, Bu. Saya cuma di suruh sampaikan ke sini sama kurirnya."

Kanya melihat isi di dalamnya, dan melihat kotak makanan, lalu ada minuman susu, juga satu cup jus buah segar. Tak lama kemudian muncul lagi OB yang membawakan buket bunga.

Jelas itu menarik perhatian orang-orang, hingga ada yang bersiul menggoda karena untuk pertama kalinya Kanya dapat kiriman tersebut.

"Asik, dari siapa, tuh?"

"Kayaknya Pertu kita bakalan segera ke pelaminan nih."

Kanya hanya mencebik kesal. Di saat yang sama ponselnya berdering.

"Ya?"

"Suka kirimannya?"

Kanya menghela nafasnya. "Aku kira siapa, sok misterius banget sih, Joe."

"Biar bikin heboh."

"Iya deh baru nyampe udah bikin geger." Joe memang baru tiba pukul 9 pagi tadi, dan langsung ke hotel, sebab Kanya juga sedang bekerja dan tak bisa menjemputnya. Namun Kanya berjanji besok akan cuti untuk menemani Joe seharian.

"Bunganya cantik, thanks. Kamu juga tahu makanan kesukaanku."

"Makanan?"

"Iya, kamu juga kirim makan siang buat aku, kan?"

Kanya mengeryit saat Joe terdiam beberapa saat lalu terkekeh.

"Oh, iya. Sorry aku lupa. Aku cuma nebak aja, bagus deh kalau suka."

"Ya sudah, nanti pulang kerja aku jemput ya."

Kanya berdehem lalu mematikan teleponnya.

Setelah layar ponselnya menjadi gelap Kanya menatap bergantian buket bunga dan makan siangnya di meja, lalu mengedikkan bahunya acuh.

...

Di sore hari Joe benar-benar menjemput Kanya. Pria itu datang dengan taksi dan menunggu Kanya di pintu masuk. Hingga satu persatu karyawan keluar, begitu pun Kanya.

"Hai." Kanya menghampirinya.

Joe mengangkat helm yang sengaja dia beli untuk pergi dengan motor Kanya. "Ayo jalan- jalan."

Kanya terkekeh. "Oke, tapi pulang dulu. Gak enak kalau pake baju kerja." Joe mengangguk, dan mereka berjalan ke arah motor Kanya.

Tiba di rumah Kanya, Joe menunggu di kursi teras sambil memperhatikan sekitar. Saat melihat sekelebat bayangan Joe mengeryit. Joe memicingkan matanya saat melihat seorang pria berdiri di balik pohon di sebrang rumah Kanya.

Joe terkekeh saat melihat siapa pria tersebut. Tentu saja dia mengingatnya, meski hanya dua kali bertemu dengan Alan, tapi jelas Joe tahu pria yang kini tengah mengawasinya, tepatnya mengawasi rumah Kanya, adalah Alan.

"Jadi makan siang itu dari dia." Joe mendengus. "Kita lihat sampai dimana dia berani."

Saat ini Kanya muncul dengan pakaian santainya. "Sudah?"

"Hm, ayo!" Joe menaiki motor diikuti Kanya di belakangnya.

Joe melihat ke belakang lalu menyeringai. "Pegangan yang erat!"

Kanya menaikan alisnya namun tak urung juga dia memegang pinggang Joe, dan motor pun mulai melaju melewati seseorang yang masih bersembunyi di balik pohon.

1
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Rahmawati
gentle jg Alan berani dateng utk minta maaf dan minta diberi kesempatan utk dekati kanya lagi
Siti Zaid
Alan..teruskan merayu kanya dan juga keluarga kanya...mungkin luluh pada Alah yang ikhlas dan bersungguh2...🤗
mom's Abyan
ini kakak sama papa anya juga kocak bnget🤩
Mira Esih
lha nego pa diskusi si bang
Jeng Ining
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/ini arga dn papa malah ngobrol kocak dah😂😂😂
yuning
Arga sama papanya kocak 😁😁
Nana Colen
badas kau akan,,, tapi tetep aja aku dongkol sama kalakuanmu
Saadah Rangkuti
sabar Alan, terus kasih effort lebih
kiya
tetangga ku cintaku judule😆
Nana Colen
mantap betul doanya... badas kanya
Nana Colen
hahaha seru nihhh keluarga kocak end sengklek 😍😍😍😍
Anonymous
aq dukung sialan skrg/Grin/
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
sabar ..... masih ada kah stok sabarnya 😅
Rabiatul Addawiyah
semangat Alan buat Anya buka hatinya utk mu
Jengendah Aja Dech
❤️
Myfuture
Alan Kamu pasti bisa /Hey//Hey//Hey//Hey//Hey/
Siti Zaid
Lanjut lagi author..semangat💪💪💪
yuning
pelan pelan Alan, kalau jodoh gak akan kemana
Rahmawati
eh alan knp tuh, beneran ato pura pura
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!