Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 35 Pesta Kelulusan
Siang itu di hari minggu yang cerah, seluruh murid dari kelas 12 IPA 2 sedang berkumpul di salah satu kafe yang ada di daerah Jakarta Selatan. Mereka akan merayakan kelulusan sekaligus pesta perpisahan sebelum masing masing tentunya akan disibukan dengan kuliah atau meniti karir.
Di ruangan yang telah mereka sewa sebulan sebelumnya itu, terlihat berbagai hiasan seperti balon, pita, juga poster besar bertuliskan Selamat Lulus! menambah suasana semarak.
Lana sejak tadi duduk di samping Dilla memperhatikan teman-temannya yang sedang asyik bercanda dan berceloteh. Sesekali ia menimpali ocehan mereka dan juga ikut tertawa karena lelucon-lelucon receh yang dilontarkan temannya.
Rasa hangat perlahan muncul di dadanya, suasana seperti ini tidak akan pernah ia temukan lagi. Banyak kenangan yang ia habiskan dengan kawan sekelasnya, yang tentunya akan jadi memori indah bagi dirinya.
"Selamat untuk Alana, aset kelas kita yang berhasil meraih nilai UN tertinggi se kabupaten." tiba-tiba ucapan Rio ketua kelasnya membuat gadis itu menoleh.
Wajah Lana langsung memerah, karena semua kawannya langsung menatapnya. Ia memang tidak suka menjadi pusat perhatian.
Jadi, gadis yang sebentar lagi berusia 18 tahun itu hanya tersenyum tulus dan berterimakasih pada teman-temannya itu.
"Jangan lupa, Lana juga bentar lagi ke Singapore guys." seloroh Dilla
Lana langsung melotot ke arah Dilla dan berusaha membungkam mulut gadis itu.
"Hah, Singapore?" teman-teman Lana terperangah.
"Iya, tadi malam Lana sudah dapat email notifikasi kalau ia berhasil lulus dan dapat beasiswa di NAFA."
Riuh tepuk tangan dan sorakan membahana di ruangan.
"Terimakasih ya teman-teman. Semoga kita sukses dan bahagia selalu ke depannya. Kita mungkin bakal sulit ketemu lagi, tapi kita saling mendoakan yang terbaik untuk semuanya ya."
Ucapan Lana mendapat tepuk tangan lagi dari kawan-kawan sekelasnya.
Ada saat di mana tatapan Lana bertemu dengan Sakha. Namun pemuda itu membuang muka, padahal Lana ingin setidaknya memperbaiki hubungan mereka sebelum keduanya berpisah. Tapi Sakha bahan seperti tidak sudi melihatnya.
Lana membuang nafas lelah. Ia menggigit bibir dalam. Rasa sedih dalam hatinya menyeruak namun berhasil ia sembunyikan dengan senyum palsu dan binar di matanya.
Acara perpisahan berlangsung dengan semarak. Hingga waktu tak terasa, Lana mengangkat tangannya, melihat arloji di sana.
Malam sudah larut, gadis itu sepertinya harus memesan taxi karena jadwal bisnya telah berakhir di jam 10 tadi.
"Pulang sama aku aja."
Dilla berbisik ke telinganya.
"Aku dijemput Joshua, sebentar lagi." lanjut Dilla sambil tak berhenti mengunyah french fries miliknya.
"Oh, oke."
Akhirnya Lana pun pulang dengan diantar oleh Dilla dan Joshua.
Yang paling menyedihkan atas kepergiannya ke Singapore tentunya, perpisahannya dengan Dilla. Sahabatnya tersebut berencana untuk kuliah di Jakarta karena ia tidak ingin jauh dari kedua orangtuanya. Maklum Dilla adalah anak tunggal dan sangat dimanjakan.
Kedua orangtuanya juga sangat ketat pada putrinya tersebut. Bahkan awalnya mereka tidak menyetujui Dilla berpacaran dengan Joshua, namun karena pemuda itu membuktikan kalau dia siswa berprestasi, bertanggung jawab merupakan ketua OSIS di sekolah. Akhirnya orangtua Dilla memberikan izin, daripada putrinya berpacaran secara sembunyi-sembunyi.
-----------
Lana selesai membersihkan diri dan telah mengenakan piyama tidurnya. Ia menaiki tempat tidur, menepuk-nepuk bantal sebelum direbahkan kepalanya.
Ia mengambil ponsel dan melihat beberapa foto yang dikirimkan oleh teman-teman di grup kelas mereka. Ekspresi lucu teman-temannya membuat senyum gadis itu otomatis terukir.
Saat dirinya masih asyik melihat layar ponselnya, terdengar suara bel pintu berbunyi.
Lana melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 2 malam.
"Siapa yang bertamu malam-malam?"
Lana menaruh curiga dan sedikit ketakutan.
Ia menggigit bibirnya, ragu untuk membukakan pintu. Namun bunyi bel itu tak berhenti, Lana akhirnya memberanikan diri untuk melihat siapa yang datang.
Gadis itu melangkah perlahan ke arah pintu.
Ia lalu menarik sedikit gorden jendelanya, untuk melihat siapa yang datang.
Gadis itu melebarkan matanya untuk melihat labih jelas, saat akhirnya ia tahu siapa yang berdiri di sana. Lana mengernyitkan keningnya bingung.
"Sakha?"
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri