Jennixia terpaksa menikahi Chester, mafia yang terkenal kejam di Negara X itu. Dia tidak diberikan pilihan lain oleh Chester.
Setelah menikahi Chester, sifat Chester sangat bertolak belakang dengan julukan yang diberikan kepadanya. Jennixia sempat merasa bingung. Chester melakukan apapun untuk meraih cinta Jennixia.
Bagaimana Chester bisa mengenal keluarga Jennixia ?
Apakah Jennixia bisa mencintai Chester setulusnya?
Masih banyak pertanyaan yang masih misteri mari kupas tuntas dengan mengikuti alurnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabby_Rsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Jamuan nikah
"Jenni harus memanggil Om dengan sebutan apa?" Tanyanya dengan polos.
Chester menghela nafas panjang, memang ya berbedaan umur mereka mewajibkan Chester harus mempunyai kesabaran yang tinggi.
"Panggil sayang aja." Jawab Chester dengan wajah penuh berharap.
"Nggak cocok." Jawab Jennixia polos.
"Lah emang apa yang nggak cocok."
"Omnya sudah tua. hemm mungkin Jenni akan memanggil Om dengan daddy hehe." Ledek Jennixia.
"Ck kamu kira aku daddymu." Ketus Chester. "Huft panggil aja Chester kalau begitu, yukk turun mereka sudah pada menunggu." Lanjutnya lagi sambil menarik tangan Jennixia untuk dia gandeng.
Jennixia terkekeh dengan wajah kesal Chester, dia hanya ingin menggoda saja tadi tapi Chester sudah terlanjur kesal jadi dia harus menggunakan jurus ampuh agar wajah Chester kembali ceria dan tidak kelihatan dingin.
Karena kalau dingin bisa jadi perjamuan mereka berubah menjadi canggung dan sepi.
"Baiklah, kalau kita berdua saja Jenni akan memanggil sayang ya, kalau depan yang lain ehmm mungkin Tuan aja ya." Jennixia mulai memberi ide.
Chester tersenyum tipis yang hampir tidak terlihat tapi di protes dengan ide Jennixia.
"Jen, aku bukan majikanmu aku suamimu huhh terserahlah." Chester berpura-pura kesal.
Jennixia memberhentikan langkahlah lalu menatap wajah Chester yang sedang kesal.
Bentuk wajah yang terlihat tegas dan hidung yang mancung di tambah dengan bibir yang sedikit tipis semuanya mampu membuat Jennixia terpesona.
Pikiran Jennixia sempat menerawang tapi dia cepat menggelengkan kepalanya.
"Ehm baiklah Sayang." Jennixia cepat menundukkan kepalanya agar Chester tidak menatapnya dengan intens karena memanggilnya sayang barusan.
Wajah Chester berubah sumringgah, dia menatap ke arah Jennixia yang sedang tertunduk. Perlahan dia mengangkat wajah Jennixia agar mau melihat dirinya.
Kini tatapan mereka beradu, aura bahagia pada keduanya menyeruak mengelilingi mereka.
Chester mengikis jarak antara mereka sehingga bibir mereka mulai bersentuhan. Suasana menjadi semakin panas tetapi mendadak berubah apabila kemunculan Luis dan Mei.
"Tuan." Panggil Luis
"Nona." Panggil Mei.
Chester dan Jennixia di kagetkan dengan kedatangan kedua asisten pribadi itu. Jennixia langsung saja melepaskan tangannya dan menjauh dari Chester dengan wajah yang mulai merona.
Chester pula sudah mengertakkan giginya karena rasa kesal dengan kedatangan mereka, Chester menatap mereka dengan tatapan tajam.
"Maaf, kami menganggu." Ucap Luis dan Mei kompak.
Mereka menjadi salah tingkah karena di tatapan oleh Chester. Tapi Jennixia langsung mendekati Mei dan menariknya pergi dari tempat itu dan menuju ke halaman belakang.
Kini tinggalah Luis bersama Chester di tempat itu. Luis yang sudah mulai berkeringat dingin karena takut akan terkena amukan Tuannya itu.
Chester bersedekap dada, dia menatap Luis seperti ingin menerkamnya.
"Ck, kau merusak segalanya." Ketusnya.
"Maaf Tuan." Jawab Luis masih tertunduk.
"Huh, jadi ada apa?"
"Tidak Tuan, cuma tadi saya khawatir Nona dan Tuan belum muncul makanya saya ke sini untuk memeriksanya."
Chester dibuat semakin kesal karena dia kira ada hal yang serius rupanya hanya mengkhawatirkan dirinya dan Jennixia saja.
"Makanya nikah biar tau bagaimana cih." Chester langsung saja meninggal Luis di tempat itu.
"Ehh padahal Tuan juga baru nikah." Gumamnya dalam hati. "Nasib jomblo." Sambungnya lagi.
Luis menyusul Chester menuju ke halaman belakang mansion.
Semua pelayan dan pengawal telah berkumpul di meja masing-masing, kini mereka menunggu sepatah dua kata dari Chester sebelum memulaikan acara perjamuan mereka.
ting
ting
ting..
Chester memukul gelas kaca itu dengan sendok lalu Luis menyerahkan mikrofon kepadanya.
"Selamat sore semua, terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian dalam melancar acara pesta pernikahan ini. Hari ini bersuka-rialah dan makan sepuasnya. Terima kasih." Ucapan yang tidak terlalu panjang dan tidak terlalu singkat tapi mampu membuat para anak buahnya bersorak sorai.
Bersambung...