Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My Girl
Diana terbujur lemas di kamarnya, memeluk secarik kertas yang seakan menamparnya begitu keras hingga ia tidak bisa tersenyum lagi.
Di halaman rumah, mobil Charles baru saja terparkir di garasi. Pria itu keluar dengan penampilannya yang lumayan acak-acakan, baru selesai kerja dan langsung pulang. Kemejanya mencuat dari lingkaran celana, lalu melonggarkan dasi yang terasa mencekiknya.
Tak lama kemudian setelah Charles masuk, tibalah motor yang dinaiki oleh Drake. Anak laki-laki itu baru saja pulang dari sekolahnya.
Langkah kaki Charles terhenti di ambang pintu kamar. Suara isak tangis samar terdengar, merembes keluar dari balik celah pintu. Hatinya berdesir. Semakin dekat ia melangkah semakin jelas suara itu terdengar.
Dengan hati-hati, ia memutar kenop pintu.
Di dalam, Diana terduduk di tepi ranjang, tubuhnya berguncang hebat oleh tangis. Wajahnya sembab, matanya semerah delima.
Dengan lembut, ia menghampiri Diana dan duduk di sampingnya.
"Diana," panggilnya lirih, suaranya lembut seperti belaian. Diana menoleh, matanya menatap Charles dengan tatapan kosong.
Charles menariknya ke dalam pelukan, membiarkan tubuh mungil istrinya bersandar pada dadanya. Ia mengelus rambut Diana perlahan, mencoba menenangkannya.
"Apa yang terjadi?" tanya Charles perlahan setelah tangis Diana mulai mereda.
"Kamu membaca komentar jahat?"
"Atau apa seseorang berkata kasar saat kamu sedang bekerja? Apa yang terjadi?"
Charles tak kunjung berhenti bertanya, sementara Diana masih tak mampu untuk berkata-kata. Wanita itu lalu menyerahkan secarik kertas di pelukannya pada sang suami.
Charles melepaskan pelukan mereka, menerima kertas tersebut dengan baik lalu membacanya dengan seksama.
"Anak yang kita miliki ketika kita masih muda dan telah kita sepakati untuk membuangnya demi menjaga karir kita di dunia entertainment, ternyata dia masih hidup, dan aku menemukannya kembali."
"Siapa dia?" tanya Charles berusaha tetap tenang.
"Dia bernama Cherry, teman Drake, yang datang ke sini beberapa waktu lalu. Di lehernya ada liontin kupu-kupu biru pemberian darimu padaku waktu kita pertama kali menjadi sepasang kekasih."
"Dia tumbuh dengan baik dan menjadi gadis yang cantik. Setiap melihat wajahnya aku merasa berdosa." Tangis Diana kembali pecah, dia menutup wajahnya. Membayangkan hari-hari menyakitkan gadis itu membuat hatinya sesak.
Ia telah menjadi ibu yang jahat. Rela membuang anaknya demi sebuah karir. Sekarang dirinya benar-benar menyesal.
Charles segera menghapus air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Penyesalan tak pernah datang di awal, di masa tuanya sekarang ia menyesal telah membuang putri pertamanya hanya demi sebuah karir, tapi apakah rasa sesal cukup untuk membawa putrinya kembali ke pelukannya?
"Tangis kalian saat ini percuma saja," celetuk Drake di ambang pintu. Anak itu sudah cukup lama diam di ambang pintu mendengarkan percakapan kedua orang tuanya.
Selama ini, firasatnya terhadap Cherry telah terbukti. Gadis itu adalah kakak kandungnya yang dibuang. Meski awalnya ia membenci fakta bahwa dirinya bukan anak satu-satunya, tapi jika kakaknya adalah Cherry maka ia akan menerimanya.
Charles dan Diana serempak memutar tubuh mereka menghadap Drake.
"Drake,-"
"Meski kalian menyesal hingga merasa hampir mati, aku yakin Cherry tak akan pernah mau memaafkan kalian. Dan meskipun kalian bersujud di kakinya agar dia mau kembali hidup bersama kita, dia hanya akan memalingkan wajahnya dari kalian," ungkap Drake. Ia berbicara dengan wajah yang berpaling dari orang tuanya.
"Kalian benar-benar jahat dan tak punya hati. Kalau memang kalian ingin Cherry bahagia maka biarkan semuanya tetap seperti ini. Dia sudah sangat bahagia dengan kehidupannya yang tanpa orang tua," lanjutnya.
Kemudian, Drake memilih untuk melenggang pergi dari ambang pintu kamar orang tuanya ini.
...----------------...
"Pak!"
"Pak!"
"Pak!"
Seorang karyawan wanita berusaha untuk mengejar Morgan, tapi pria itu masih tak sadar kalau dirinya lah yang dipanggil sebelum akhirnya sang sekertaris menepuk pundak pria itu dan memberitahunya.
Morgan pun berhenti dan berbalik, menatap karyawan wanita yang berdiri di depannya dengan napas tersengal-sengal.
"Ada apa?" tanya Morgan.
"Itu,-" Jari telunjuk sang karyawan menunjuk ke belakang. Morgan pun memiringkan tubuh demi melihat belakang si karyawan itu akan tetapi tak menemukan apapun.
"Di bawah ada Diana dan Charles, pasangan selebriti yang terkenal. Mereka sedang mencari anda, Pak," ungkapnya.
Morgan mengerutkan keningnya heran. Ia senang bisa bertemu dengan idolanya langsung, tapi juga bingung kenapa mereka mencari dirinya? Apa mereka ingin bekerjasama dengan perusahaannya atau apa?
"Kalau begitu suruh mereka datang ke ruangan saya," perintah Morgan, demi menuntaskan rasa penasarannya.
"Rapat hari ini ditunda," putus Morgan. "Jadwalkan ulang saja. Boleh masih di hari ini tapi tentukan jam nya yang pas."
"Dimengerti!"
"Baik, kalau begitu silahkan kalian kembali ke pekerjaan kalian masing-masing!" perintah sang pemimpin, alias Morgan. Pria itu pun mulai melangkahkan kakinya kembali ke ruangan kerjanya.
Di perjalanan ia mendapatkan telepon dari Cherry. Tak mungkin ia mengabaikan panggilan gadis itu. Pun ia mengangkatnya.
"Apa kamu sudah pulang sekolah?"
"Um, ya. Aku bahkan sudah duduk di meja makan sambil mengenakan pakaian santai."
Morgan tersenyum mendengar itu. "Lalu, ada apa kamu memanggilku? Kamu merindukan ku?"
"Ya. Aku merindukan mu. Kapan kamu akan pulang?"
"Aku tidak tahu, Little Baby. Hari ini ada pertemuan mendadak dan rapat ku juga belum dilakukan, kemungkinan besarnya aku akan pulang terlambat hari ini."
"Ya, baiklah. Aku akan menunggu mu pulang, tapi sambil menunggu aku harus makan demi tetap hidup."
"Sebenarnya aku menghubungi mu untuk membuat spaghetti. Bagaimana cara memasaknya? Apa kamu sangat sibuk? Kalau iya, aku akan meminta bantuan pada tetangga."
Morgan memutar kursinya ke depan saat mendengar pintu ruangannya di buka. Di ambang pintu ada Charles dan Diana, ia pun berdiri dan meminta mereka untuk masuk.
"Cherry!"
Panggilan Morgan itu seketika membuat Diana dan Charles semakin diam ingin mendengarkan percakapan mereka.
"Sebentar lagi koki favorit mu akan datang ke rumah, tunggu saja dia. Jangan masak sendiri, aku tidak ingin kamu terluka, oke?"
"Kalau kamu sangat lapar, kamu bisa makan cemilan atau buah-buahan yang ada di kulkas."
"Um, baiklah. I love you," pungkas Cherry.
"I love you too," balas Morgan malu-malu, apalagi karena ada dua selebriti terkenal di hadapannya.
Morgan berjalan keluar dari kursinya, duduk di kursi lainnya bersama Diana dan Charles.
"Sorry, putri saya menelepon dan saya tidak terbiasa mengabaikan panggilan darinya."
"Ah, tidak masalah. Kami mengerti," ucap Diana, tersenyum tipis untuk menunjukkan keramahannya.
"Saya merasa terhormat didatangi langsung oleh selebriti terkenal seperti kalian," ucap Morgan berbasa-basi. Mereka hanya tersenyum, membuat Morgan kembali bingung harus berbicara apa lagi. Tidak bisakah mereka segera mengatakan apa tujuan mereka datang ke sini?
"Jadi, hal apa yang membawa kalian ke kantor saya?" tanya Morgan akhirnya.
Charles menarik napas dalam, menyiapkan hatinya sebelum membeberkan tujuannya datang ke mari.
"Saya tahu bahwa anda adalah orang yang sibuk, jadi saya tidak akan bertele-tele," ucap Charles memulai.
Charles meletakkan secarik kertas bukti tes DNA di meja. "Beberapa waktu yang lalu istri saya makan malam bersama Cherry. Mungkin tindakannya sedikit lancang dengan mengambil rambut gadis itu secara diam-diam."
"Namun karena itulah kita mendapatkan ini!" Dia menunjuk kertas di meja itu. Pun Morgan mengambil kertas tersebut.
"Tertulis jelas di sana bahwa Cherry adalah anak kami," ungkap Charles. Namun, pria di hadapannya saat ini tetap diam dan hanya fokus membaca.
"Ini adalah rahasia yang begitu rapat, ketika kami terbilang masih remaja, dia saat Diana masih berusia sembilan belas tahun, dia melahirkan seorang putri. Kami tahu bahwa putri yang dia lahirkan itu akan menghancurkan karir kami dan dia juga belum tentu diterima oleh keluarga kami, karena itulah kami memutuskan untuk membuang dia."
"Meski beberapa tahun setelah kami membuang Cherry kami memutuskan untuk menikah dan memiliki Drake."
"Sembilan belas tahun berlalu, kami tidak menyangka bahwa putri kami masih hidup. Setelah tahu bahwa dia masih hidup, kami sangat menyesali perbuatan kami, dan ingin menembus dosa pada putri kami."
"Karena itulah, saya ingin mengambil hak asuh Cherry dari anda. Apapun atau berapapun jumlah uang yang anda inginkan untuk bisa menyerahkan Cherry pada kami, kami akan memberikannya," pungkas Charles.
Morgan tersenyum, wajahnya tetap tenang meski hatinya bergemuruh menahan sedih dan marah. Ia meletakkan kembali kertas tersebut di meja.
Kakinya menyilang dan tangannya di letakkan di atas lutut. Ia menatap Charles dan Diana bergantian.
"Saya tahu hari ini pasti akan terjadi, tapi saya tidak mengira kalau hari itu terjadi sekarang," ujar Morgan, masih mampu menunjukkan senyuman walau tipis.
"Jika kalian bertanya pada saya, tentu saja saya akan egois, dan tidak akan menyerahkan Cherry pada kalian. Bagaimana pun, membesarkan seorang anak perempuan itu tidak semudah yang dibayangkan apalagi saya seorang pria lajang. Saya membesarkannya dengan susah payah, tak mungkin sekarang sudah besar saya menyerahkannya pada kalian."
"Namun, saya merasa tidak berhak untuk memutuskan semua itu. Ini menyangkut kehidupan Cherry, jadi dialah yang paling berhak memutuskan apa dia ingin ikut bersama kalian atau tetap bersama saya. Dia sudah dewasa sehingga saya yakin dia bisa memutuskan yang terbaik untuk kehidupannya sendiri."
"Jadi untuk masalah ini, saya tidak akan berkomentar apapun, semuanya saya serahkan pada Cherry. Apapun keputusan dia nanti, saya akan menerimanya dengan besar hati."
"Dan saya pun memohon kepada kalian agar tidak memaksa ataupun memberi tekanan pada Cherry saat memutuskan tentang hal ini," tukas Morgan.
Charles dan Diana terdiam. Tak menyangka kalau ternyata Morgan akan menanggapi hal ini dengan santai. Padahal mereka membayangkan kalau Morgan akan marah dan melakukan tindakan yang mungkin berlebih.
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲